AGAMA

Istafti Qalbak!

Oleh: Imam Shamsi Ali, NYChhc Chaplain/Presiden Nusantara Foundation TULISAN yang sama pernah saya tuliskan beberapa waktu yang lalu. Tapi mengingatkan “Adz-dzikra” itu selalu bermanfaat bagi yang punya iman (lil-mikminin) maka saya angkat kembali. Maklum kebohongan yang paling berbahaya adalah ketika sudah terjadi “kebohongan pada diri” sendiri. Kita sepenuhnya sadar jika sekeliling hidup manusia itu, selain banyak menipu dan sangat keras (hard), juga terkadang kejam (harsh). Saking menipu dan kerasnya seringkali warna-warni kehidupan disulap terbolak-balik. Yang hitam bisa jadi putih. Yang putih bisa jadi hitam. Dan, manusia begitu lemah mengekor kepada warna yang direkayasa sesuai kecenderungan hawa nafsunya. Di sinilah Islam hadir memberikan solusi. Minimal ada tiga tingkatan solusi untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan menjadi korban kerasnya rekayasa warna hidup, yang kadang berujung pada tendensi kemunafikan itu. Pertama, bersikap bagaikan pohon subur yang akarnya menghunjam kuat ke dalam tanah. كشجرة طيبة اصلها ثابت. Sebuah ilustrasi bahwa orang beriman itu tidaklah mudah terwarnai oleh lingkungan sekitar. Tidak saja kuat, tapi juga subur dan memberikan buah-buah segarnya. Kedua, Islam mengajarkan istiqamah atau konsistensi dalam warna iman kita sendiri. Pujian dan janji Allah kepada orang yang beriman (قالوا ربنا الله) lalu istiqamah (ثم استقاموا) bahwa mereka akan mendapatkan ketenangan hidup dunia akhirat. Bahkan bacaan kita: اهدنا الصراط المستقيم (tunjuki kami ke jalan yang lurus) bermakna antara lain “kuatkan kami untuk istiqamah” atau konsisten di jalan kebenaran. Ketiga, Islam tidak saja mengajarkan orang-orang beriman untuk solid dan konsisten dalam kebenaran. Tapi lebih dari itu memerintahkan mereka untuk menjadi agen perubahan. Ajaran “amar ma’ruf nahi mungkar” bermakna antara lain agar Umat ini harus berjuang untuk “membentuk” keadaan dan jangan “dibentuk” oleh keadaan. Tapi ada masa-masa di mana manusia lemah. Sering mengalami kegalauan akibat kerasnya alam sekitar. Apalagi di saat-saat ketika kecenderungan beragama itu mengikut arus emosi sesaat atau kepentingan sesaat. Terlebih lagi di saat kelemahan itu didukung oleh fitnah yang merajalela di mana-mana. Di saat-saat seperti itulah kita diingatkan sebuah pesan Rasulullah SAW yang mengatakan: “استفت قلبك” (mintalah fatwa kepada hatimu). Tentu Fatwa di sini bukan meminta sebuah keputusan hukum dalam agama. Tapi dalam  bahasa yang sederhana dapat diartikan “nasehat, arahan, petunjuk, bimbingan” dan yang semakna. Di saat fitnah merajalela, trust (kepercayaan) kepada umara bahkan Ulama menurun, bahkan seringkali membingunkan. Di saat seperti itulah yang harus menjadi rujukan terakhir untuk menjadi pertimbangan dalam menyikapi dan/atau mengambil sebuah keputusan hidup adalah hati. Pesan Rasul ini secara khusus menekankan hati sebagai bukti bahwa hati itu selama masih “hidup” harusnya bersifat suci (fitrah). Dengan kata lain, hati itu bersih, bening, berkarakter suci. Dengan kata lain karakter dasar dari hati adalah bersih, tidak kotor dan bukan dusta dan kepura-puraan. Esensi pesan Rasul ini ada pada penekanan akan kejujuran hati. Karena memang karakter aslinya yang fitri. Sebuah karakter yang tidak akan berubah (لاتبديل لخلق الله). Realita ini dalam bahasa sederhana biasa diungkapkan dengan “kata hati” atau “bisikan nurani”. Sekaligus realita ini pula yang mengantar kepada kesimpulan bahwa kebohongan yang paling buruk adalah kebohongan pada diri sendiri. Karena dalam diri yang didustai itu ada kejujuran yang tak tertutupi atau fitrah manusia yang identik dengan “kesucian ilahi” (fitratullah). Kedustaan pada diri dan kejujuran hati menjadi dua situasi yang paradoks dalam diri seseorang. Suasana yang paradoks (kontra) ini yang menjadikan seseorang itu selalu merasa terburu (being hunted). Bahkan, ada perasaan tertekan yang dalam. Tidak akan merasakan kedamaian walau kadang nampak/berpura-pura tersenyum. Dalam sebuah hadits Rasulullah mengekspos realita ini. “Al-itsmu maa haaqa fii sodrika” (dosa itu adalah sesuatu yang selalu menghantui di dadamu”. Kebohongan pada orang lain hanya akan menjadi hantu (hunting) di dada orang yang berdusta. Dan karenanya dalam menyikapi hidup yang penuh tipuan, baik pada diri sendiri maupun orang lain, baiknya hati selalu menjadi rujukan. Mungkin jika ingin saya bahasakan secara sederhana: “jangan dustai dirimu”. Atau “jujurlah kepada hati nuranimu”. Jangankan dalam urusan dunia, politik sebagai misal yang seringkali penuh dengan intrik dan kebohongan. Politisi tidak saja memakai baju koko dan songkok yang biasa dianggap sebagai simbol kesalehan. Bahkan sebagian mengekspos diri dengan ragam ritual. Ada yang tiba-tiba diberitakan rajin sholat dhuha, puasa sunnah, bahkan puasa Daud (setiap hari lagi). Bahkan sebagian pula karena merasa kaya memaksakan diri mengadakan tempat ibadah untuk membangun imej  hebat sekaligus tokoh (perjuangan) agama. Padahal jika jujur dengan kata hatinya akan mengakui: “ada baiknya saya belajar dulu membaca Al-Quran yang benar”. Kebohongan pada diri atau pengkhianatan pada hati nurani ini menjadikan orang-orang itu tertekan secara batin. Sehingga ada rasa khawatir dan takut yang mengharuskannya mencari perlindungan. Di sìnilah kerap mencari pelarian. Dan tidak jarang dengan cara-cara busuk untuk merusak orang lain. Hawa nafsu mendirikan rumah ibadah karena kekecewaan, apalagi dengan tujuan busuk, disebut “kegiatan dhiror”. Masjid yang demikian dalam Al-Quran disebutkan “masjid dhiror”. Bagaikan masjid yang didirikan di Madinah oleh kaum munafik untuk merongrong ketenangan Komunitas Muslim dan dengan i’tikad merusak masjid Rasulullah SAW. Menghadapi musim politik seperti saat ini kecenderungan beragama “dadakan” akan muncul di mana-mana. Tapi pada akhirnya Umat ini juga dituntut untuk selalu merujuk pada kata hatinya. Agar tidak mudah terbuai dan jatuh dalam pelukan buaya darat atau musang yang berbulu domba. Yang mengherankan adalah ketika ada orang yang seharusnya berada pada posisi yang terhormat (honorable), justeru tidak saja jadi korban. Tapi menjadi pendukung fenomeno kebohongan dan pengkhiatan seperti ini. Ingat, jujur dan apa adanya itu kadang pahit. Tapi lebih mulia dari “dzulwajhain” atau bermuka dua. Di hadapanmu tersenyum. Di belakang dia rela menikanmu. Pahit dalam kejujuran itu obat. Tapi manis dalam kebohongan itu penyakit. “Istifti qalbak” (minta fatwa pada hatimu)! NYC Subway, 2 Agustus 2022. (*)

Ustadz Bachtiar Nasir Umumkan Resolusi Peradaban Al-Qur'an

Bogor, FNN --- Dalam rangka memperingati Milad ke 14, Ar-Rahman Qur\'anic Learning (AQL) Islamic Center, Ustadz Bachtiar Nasir selaku pimpinan lembaga Al-Quran ini mengumumkan resolusi peradaban Al Quran.  Hal itu disampaikan UBN, panggilan Ustadz Bachtiar Nasir, pada acara puncak  Milad  ke 14, di lapangan Arrahman Qur\'anic Collage (AQC) Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad 31 Juli 2022, bertepatan dengan 2 Muharram 1444 H. UBN menyampaikan bahwa sudah saatnya yayasan AQL Islamic center berubah menjadi perkumpulan peradaban Qur\'an.   Agar peradaban ini bangkit, kata UBN, ada tiga aspek utama yang harus dijalankan dalam lembaga Adab-Qu, yaitu; Pertama, mengokohkan iman dan menegakkan tauhid pada setiap individu kita semua.  Kedua, mengimplementasikan tauhid dalam bentuk ibadah Ketiga, meningkatkan ilmu pengetahuan baik ilmu agama maupun sains, karena peradaban pada hakikatnya didasari oleh ilmu. Ustadz Bachtiar Nasir juga mengajak seluruh jama\'ah untuk mengikrarkan tujuh resolusi peradaban Qur\'an 1444 H, yaitu :  1. Senantiasa memohon ampun kepada Allah Swt dan bertobat kepada-Nya 2. Cukuplah Allah saja bagi kami, tidak ada tuhan selain Dia, dan hanya kepadaNya lah kami bertawakkal 3. Senantiasa meningkatkan ketauhidan, yakni meyakini Allah SWT itu Esa dan tidak ada sekutu baginya. 4. Senantiasa ikhlas, yakni mengarahkan semua orientasi ketaatan diri pada Allah semata, tidak ada yang lain. 5. Berhijrah hanya kepada Allah dan RasulNya untuk mengharap rahmat Allah semata. 6. Senantiasa menjadikan Al-Qur\'an sebagai penyejuk hati, cahaya di dada, penghilang kesedihan dan pelenyap keresahan 7. Senantisa menjalankan perintah Allah, meninggalkan larangan-Nya dan meridhoi semua takdir Allah. KH. Bachtiar Nasir berharap, resolusi ini sebagai basic perjalanan kita untuk senantiasa optimis, positif dan semangat kedepan. \"Mulai hari ini, segenap takbir bukan dengan kemarahan tapi takbir untuk membangun peradaban,\" kata UBN.  Rangkaian terakhir dari apel akbar ini ditutup dengan do\'a bersama yang dipimpin oleh KH. Deden Makhyarudin. Adapun sesi kedua adalah acara hiburan, yaitu pemutaran perjalanan AQL Islamic Center selama 14 tahun,  penampilan tari Bhineka Tunggal Ika dan puisi, penampilan tapak suci dan penampilan marawis, yang dibawakan oleh maha santri AQC.  Dalam acara milad tersebut, juga hadir Ustadz Bendri Jaysurrahman, Ustadz Dede Makhyarudin,  Ustadz Handi Bonny dan Drs. H Mulyadi, MM anggota DPR RI dari fraksi Gerindra serta Ustadz Ferry Nur dan Ustadz Fakhrizal Idris dari Wahdah. (TG)

Jawa Barat Menggebrak Lagi Tolak Islamophobia

Oleh M. Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Keagamaan  SETELAH hari Jum\'at tanggal 29 Juli 2022 sejumlah Ormas Islam bergerak menggeruduk DPRD Jawa Barat dan berunjuk rasa di depan Gedung Sate dan di depan Gedung Merdeka Jl. Asia Afrika yang bertema melawan Islamophobia, maka pada hari ahad 31 Juli sejumlah Ormas Islam kembali berunjuk rasa. Momentum nya bersamaan dengan tabligh Akbar peringatan tahun baru 1444 Hijriyah. Bertempat di stadion Indoors Si Jalak Harupat Kabupaten Bandung.  Acara yang dikoordinasi oleh Syarikat Islam (SI) itu berjalan lancar. Dihadiri oleh ribuan peserta yang memenuhi seluruh ruang stadion. Ormas Islam melakukan Deklarasi Gerakan Nasional Anti Islamophobia (GNAI) Jawa Barat. Para tokoh baik Ketua Ormas maupun ulama dan aktivis Islam bersama para jamaah menggelorakan semangat untuk melawan berbagai bentuk Islamophobia di Indonesia.  Tabligh Akbar oleh dua ulama dan tokoh umat yaitu DR Hamdan Zulfa SH MH dan KH Athian Ali Da\'i, MA mengingatkan bahwa perilaku Islamophobia bukan saja bertentangan dengan agama Islam tetapi juga melanggar Konstitusi dan ideologi Negara Pancasila. Karenanya Islamophobia wajib untuk dilawan dan dihapuskan. Keduanya setuju UU Anti Islamophobia harus segera dibuat.  Deklarasi Gerakan Nasional Anti Islamophobia dibacakan oleh Presidium DR Feri Juliantono, SE Ak MSi diikuti oleh ulama, tokoh dan pimpinan Ormas Islam. Ribuan peserta yang memadati stadion turut menyimak dan menggemakan takbir membangun semangat bersama untuk berjuang melawan Islamophobia. Deklarasi PBB tentang hari dunia melawan Islamophobia menjadi acuan dan dasar gerakan.  Orasi para Ketua dan Pimpinan Ormas Islam Jawa Barat menghangatkan situasi dan membulatkan tekad untuk menggelindingkan terus gerakan melawan Islamophobia. Ada DR KH Nandang Koswara MPd, Prof DR Badru zaman Yunus, KH Hari Maksum, MH dan tokoh lainnya.  Pimpinan Ormas mendukung lima butir Deklarasi Gerakan yaitu siap memperingati  setiap tahun pada 15 Maret sebagai hari perlawanan Islamophobia, mengimbau Pemerintah untuk tidak menjadikan Islam sebagai masalah atau lawan, hentikan stigmarisasi radikal dan intoleran untuk umat Islam, tidak mengarahkan narasi moderasi kepada liberalisasi, sekularisasi, dan pengambangan nilai, serta mendesak terbitnya UU Anti Islamophobia.  Gebyar Tabligh Akbar dan Deklarasi Gerakan Nasional Anti Islamophobia Jawa Barat ini dinilai luar biasa sambutannya. Momentum perjuangan untuk menjadikankan tahun 1444 Hijriyah sebagai tahun kebangkitan umat Islam agar umat dapat kembali menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Mengusir penjajah tirani dan oligarki yang nyata-nyata Islamophobia.  Bandung, 1 Agustus 2022

Moderasi Beragama Itu Islamophobia

Oleh M. Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan  Islamophobia untuk kebijakan global adalah isu terorisme sedangkan di ruang nasional di samping terorisme juga radikalisme dan intoleransi. Ketika dunia sudah menghentikan program Islamophobia yang diawali adanya UU penghapusan Islamophobia Amerika kemudian Resolusi PBB \"International Day to Combat Islamophobia\" maka sewajarnya Indonesia juga menghentikan isu radikalisme dan intoleransi karena isu sangat menyakiti umat Islam.  Islamophobia memiliki berbagai wajah atau bentuk. Di samping penodaan atau penistaan agama juga kriminalisasi ulama dan aktivis Islam. Wajah lain adalah pembiaran atau pengembangan faham sesat yang mengganggu dan merusak agama Islam. Tentu saja isu terorisme, radikalisme dan intoleransi juga disematkan pada umat. Moderasi beragama sebagai antisipasi dari radikalisme dan intoleransi menjadi bagian tak terpisahkan dari program Islamophobia tersebut.  Berprasangka bahwa agama sebagai sumber terorisme, radikalisme dan intoleransi adalah persoalan serius bangsa. Berasumsi bahwa umat Islam telah terpapar oleh faham radikalisme dan intoleransi, karenanya harus ditangkal dengan program moderasi beragama, merupakan sikap berlebihan. Apalagi disebutkan tingkat keterpaparan hingga anak-anak TK.  Moderasi beragama tidak mutatis mutandis dengan \"ummatan wasathan\" atau wasathiyah sebab makna ayat yang berkaitan dengan hal itu konteksnya adalah keteladanan dan keunggulan umat. Bukan umat yang tidak kesana sini atau di tengah tanpa pendirian. Narasi gramatika QS Al Baqarah 143 menunjukkan keteladanan dan keunggulan tersebut. Tidak terhubung dengan moderasi atau anti radikalisme. Belum lagi batasan radikalisme yang masih bias. Berbeda dengan terorisme yang berbasis UU.  Umat Islam yang memiliki keimanan kuat, bertahkim pada syari\'at dan berakhlakul karimah dengan merujuk pada sunnah Nabi, bukanlah orang yang radikal sebagaimana dimaknai secara politis dan negatif. Seseorang akan menjadi baik dan toleran jika memahami dan menggenggam agama dengan kokoh. Apalagi utuh atau kaaffah.  Moderasi beragama yang disalah-arahkan akan beririsan dengan de-Islamisasi dan lebih jauhnya de-Qur\'anisasi. Disinilah Islamophobia menjadi sangat berbahaya. Umat Islam nantinya  dianjurkan bahkan dilarang untuk membaca dan menyampaikan ayat-ayat \"radikal dan intoleran\" seperti kafir, jihad, qital, qishash, khilafah dan sejenisnya.  Berbagai pernyataan baik yang disampaikan oleh pemangku kekuasaan, cendekiawan, maupun buzzer alias badut Istana bahwa di Indonesia  tidak ada Islamophobia adalah benar sepanjang yang dimaksud adalah seharusnya (das sollen). Akan tetapi jika yang dimaknai itu adalah kenyataan (das sein) maka hal itu bagai jarak langit dan bumi. Indonesia adalah negara kaya. Kaya Islamophobia.  Ketika PBB telah mencanangkan hari dunia untuk melawan Islamophobia, maka saatnya kita semua teriak untuk Indonesia tercinta : Stop Islamophobia  !  Teriak dan bergerak bersama dalam perjuangan melawan Islamophobia.  Bandung, 29 Juli 2022

Haji yang Wafat Sebagian Besar Karena Penyakit Cardiovascular

Mekkah, FNN - Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah mencatat bahwa dari 81 haji yang meninggal dunia, sebagian besar disebabkan oleh penyakit cardiovascular.\"Penyebab terbesar jamaah meninggal adalah cardiovascular,\" kata Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Mekkah Muhammad Imran di Mekkah, Minggu.Dari 81 haji yang meninggal, sebanyak 45 disebabkan oleh cardiovascular, 15 orang syok atau penyebab lainnya, dan 21 karena penyakit terkait pernapasan.Lebih lanjut Imran mengatakan meninggalnya jamaah itu setelah puncak haji di Arafah, Muzdhalifah, dan Mina (Armuzna) meningkat karena dipicu kelelahan.\"Memang lebih tinggi dari sebelum Armuzna disebabkan karena kelelahan yang cukup tinggi terutama pada saat Armuzna sehingga menyebabkan jamaah yang punya komorbid terkontrol karena kelelahan harus menjalani perawatan di RS termasuk KKHI,\" tambah dia.Bisa dikatakan, lanjut Imran bahwa kematian jamaah haji karena kelelahan dan dehidrasi.Sebab, cardiovascular bukan hanya karena seseorang punya penyakit komorbid, seperti jantung, diabetes, dan hipertensi, melainkan bisa juga tanpa komorbid tapi karena kelelahan dan juga mungkin usia sehingga mudah terkena serangan jantung.Sebelumnya Pusat Kesehatan Haji menargetkan penurunan angka kematian jamaah haji Indonesia di bawah dua per mil.Lebih lanjut dia mengatakan saat ini sebanyak 23 haji dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi dan 10 orang dirawat di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah. (Ida/ANTARA)

Ma'ruf Amin Keliru, MUI Tidak Perlu Ikut-Ikutan Penentuan Capres

Oleh Nuim Hidayat | Dosen Akademi Dakwah Indonesia Depok PERNYATAAN Wapres Ma\'ruf Amin Minta MUI Tidak Perlu Ikut-Ikutan Penentuan Capres-Cawapres dalam Pemilu 2024 perlu dikritisi. Pernyataan itu diungkap Ma\'ruf Amin saat memberi sambutan di Milad ke-47 MUI di Ballroom Hotel Sultan Jakarta, Selasa malam (26/7). \"MUI tidak terlibat dalam menentukan presiden dan wakil presiden. Yang menentukan partai politik dan gabungan partai politik,”kata Ma\'ruf. MUI, menurut Ma\'ruf, harus terlibat aktif menjaga keutuhan bangsa menjelang Pemilu 2024. MUI adalah kumpulan para ulama atau cendekiawan yang merupakan representasi dari seluruh umat Indonesia. MUI harusnya menjadi panduan bagi umat dalam berpolitik, berekonomi, berbudaya dan lain-lain. MUI meski punya hubungan baik dengan pemerintah -dapat dana hibah dari pemerintah- harus tetap mandiri dalam mengambil keputusan. Keputusan MUI harus dilandasi pada Al Qur\'an, Sunnah dan ijtihad ulama yang shalih. MUI tidak boleh disetir oleh pemerintah atau pihak-pihak yang ikut mendanainya. Uang hibah dari pemerintah, sejatinya adalah uang rakyat, bukan uang pribadi sang penguasa. Menyambut tahun politik 2024, harusnya MUI memberi panduan siapa calon yang harus dipilih nanti oleh umat Islam. Jangan sampai umat Islam terperosok kembali memilih presiden yang salah, seperti tahun 2014 dan 2019.  Seperti diketahui, kebijakan presiden Jokowi selama dua periode ini banyak merugikan umat Islam. Mulai dari pembubaran ormas dan lembaga kemanusiaan Islam, kriminalisasi ulama dan aktivis Islam, dan pembunuhan beberapa pemuda Islam. Selain itu, derasnya tenaga kerja Cina ke tanah air dan rencana pemindahan ibukota negara tidak menguntungkan umat Islam.  Presiden Jokowi sering disebut para ahli politik tidak punya pendirian yang kuat. Ia banyak disetir oleh Luhut Panjaitan dan pengusaha-pengusaha Cina yang punya saham besar menjadikannya presiden. MUI bila takut menyebut nama, harusnya membuat kriteria presiden yang patut dipilih oleh umat Islam. Misalnya harus cerdas, shalih, punya jiwa kepemimpinan, punya pemihakan kepada umat Islam, mandiri, punya keinginan kuat menjadikan Indonesia hebat dan lain-lain. Bila MUI tidak ikut campur dalam proses pencapresan 2024, apa gunanya MUI? Memang capres cawapres adalah urusan partai politik. Tapi parpol butuh dukungan rakyat atau umat untuk mengegolkan pilihannya.  Dari sini memang ada dilema. Karena Ma\'ruf Amin sendiri menjadi pasangan wapres yang banyak tidak dikehendaki umat. Pada pemilu 2019, umat Islam lebih memilih pasangan Prabowo dan Sandi. Sedangkan umat non Islam lebih banyak memilih pasangan Jokowi dan Ma\'ruf Amin. Posisi Ma\'ruf sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI sendiri patut dipertanyakan. Harusnya yang menjabat posisi-posisi penting di MUI adalah mereka yang tidak bertugas di birokrasi pemerintahan. Seperti presiden, wapres, menteri, gubernur dan lain-lain, harusnya tidak menjabat posisi strategis di MUI. Ketika para birokrat masuk MUI, lembaga ini menjadi tidak independen. Lembaga ulama yang seharusnya memberikan panduan moral kepada pemerintah, akhirnya menjadi pak turut. Ulama dalam Islam adalah pewaris Nabi. Tugas ulama itu berat, ia harus menjadi teladan bagi umatnya. Keilmuan dan perilakunya harus bisa diteladani masyarakat. Bila tidak, harusnya ia copot gelar ulama itu. Karena itu, Imam Ghazali membagi ulama menjadi dua. Ulama pewaris Nabi dan ulama su\' (ulama jahat). Ulama jahat ini hanya membuat fatwa yang menguntungkan dirinya, jabatannya atau organisasinya belaka. Senang dengan kemewahan duniawi dan tepuk tangan dari pengikutnya. Ia tidak peduli umat menderita, dipenjara, dianiaya dan lain-lain. Semoga kita terhindar dari perilaku ulama su\'. Wallahu azizun hakim. II  

Ridwan Saidi Turun ke Jalan Dukung Resolusi PBB Anti Islamopobia

Jakarta, FNN -  Budayawan Betawi Ridwan Saidi turun ke jalan memberikan dukungan kepada pemerintah Amerika Serikat dan Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) yang telah menetapkan hari anti Islamopobia. \"Saya mendukuung AS yang telah menyeponsori anti Islamopobia,\" katanya kepada FNN di depan Kedubes AS, Jakarta, Rabu (27/7/2022). Ridwan menegaskan dirinya bersama seratusan Emak-emak yang datang dari Bekasi melakukan orasi di depan Kedubes AS di bawah koordinasi Wati, emak setengah baya. \"Ada juga bule cewek, wartawan sebuah majalah yang ikut berunjuk rasa,\" lanjut Ridwan. Ridwan mengaku baru kali ini bisa menuangkan ekspresinya atas keberpihakan Amerika pada Islam. \"Saya aktivis sejak Orla. Sulit bergerak dengan semangat Islam karena dikepung oleh Islamophobia. Sekarang kita mendapat dukungan PBB untuk menerangi pembenci Islam,\" paparnya. Dengan adanya resolusi anti Islamopobia kata Babe, panggilan akrab Ridwan Saidi - umat Islam mendapat kesempatan untuk bergerak membela haknya. Ridwan dan Emak emak sangat menghargai AS  yang mengakselerasi perjuangan melawan Islamophobia melalui Kongres AS sehingga lahir resolusi PBB 15/3/2022 memerangi Islamophobia. Atas dasar ini Ridwan meminta pada pemerintah Indonesia untuk menetapkan dan meliburkan 15 Maret sebagai Hari Internasional Anti Islamopobia. Ridwan menegaskan bahwa sebagai aktivis pergerakan sejak era Orla, ia merasakan betapa sulitnya jadi orang Islam dijepit islamophobia dari zaman ke zaman. \"Bukti Islamophobia penyakit keturunan. Padahal peran Islam bagi kemerdekaan tidak kecil. Misal, pemberontakan tareqat di Jawa melawan Belanda berlangsung 68 tahun dari 1856-1924, terlama dalam sejarah,\" pungkasnya. (sws)

Mengkalkulasi Amal Pahala

Oleh: Shamsi Ali, TKI (Tenaga Kerja Imam) Indonesia Dalam memahami pahala Allah jangan pernah memakai cara hitungan matematis yang saklek. Ketika manusia menghitung secara maka hitungannya jadi: 5+5:10.  Masalahnya jumlah 10 itu tidak selalu harus 5+5. Tapi juga bisa 3+7, 6+4, 8+2 atau bahkan 1+9 dan seterusnya. Karenanya pahala Allah jangan dihitung dengan cara pandang matematika manusia.  Karenanya ketika anda merasa amalannya terbaik dari satu sisi, tidak perlu melihat orang lain kurang. Karena boleh jadi anda dan orang lain itu sama-sama dapat 10. Hanya saja hitungannya berbeda. Anda mungkin memakai hitungan 5+5. Sementara orang lain memakai hitungan 7+3.  Yang pasti Allah Maha adil. Dan jangan lupa keadilanNya itu terbangun di atas asas cinta dan kasihNya. Pada akhirnya lakukan “muhasabah” tanpa “menghisab” (orang lain).  Muhasabah itu introspeksi diri. Sementara “menghisab” itu artinya menghakimi orang lain.  Dan tak kalah pentingnya, syurga itu tidak berpintu tunggal. Fokus saja pada diri dan jalan menuju Allah. Biarlah Allah yang mengkalkulasi dengan caraNya.  Do self introspection, rather than being judgmental…to others!  NYC Subway, 25 Juli 2022. (*)

Ampunan dan Rahmat Allah yang Tak Terhingga

Oleh: Imam Syamsi Ali, Presiden Yayasan Nusantara & Direktur Jamaica Muslim Center NIKMAT dan berkah Allah kepada kita tidak terbatas dan tidak terhitung hingga sebagian besar umat manusia tidak bersyukur kepada Allah. Allah menyatakan hal ini dalam Al-Qur\'an: “dan beberapa dari hamba-Ku bersyukur”. Di atas segala nikmat Allah adalah rahmat dan kasih sayang-Nya yang tak terbatas kepada hamba-hamba-Nya. Dia adalah Rahman-Rahim (Maha Penyayang dan Penyayang). Salah satu manifestasi rahmat-Nya adalah pengampunan-Nya yang tak terhingga atas dosa atau kesalahan yang dilakukan hamba-hamba-Nya. Pengampunan Allah (magfirah) dari hamba-hamba-Nya mungkin merupakan bentuk kasih sayang-Nya yang paling dibutuhkan. Faktanya adalah bahwa tidak ada yang kebal dari dosa dan kesalahan. Dikenal dengan: “Al-insan mahallul khato’ wan-nisyaan”.(Kelemahan manusia adalah betapa mudahnya kita lupa dan betapa mudahnya kita jatuh ke dalam kesalahan). Dalam Islam, baik dalam Al-Qur\'an dan hadits, kami menemukan banyak informasi yang menjamin pengampunan Allah bagi mereka yang mencarinya. Padahal, Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya untuk memohon ampunan-Nya. Hal ini tentunya bukan hanya untuk satu-satunya tujuan pengampunan tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan cara untuk menunjukkan kerendahan hati seseorang kepada Yang Maha Kuasa. Salah satu ayat, dan banyak lainnya yang serupa, memerintahkan umat Islam: “Hai manusia, mintalah taubat kepada Allah dengan taubat yang benar (taubah nasuhah)”. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Hai manusia, mintalah taubat kepada Allah. Sesungguhnya aku memohon taubat kepada-Nya 70 kali sehari”. Dalam riwayat lain dia berkata: “100 ratus kali sehari” (hadits). Apalagi Allah telah memberikan jaminan-Nya untuk mengampuni segala dosa hamba-Nya: “Katakanlah wahai Muhammad: Wahai hamba-hambaku yang tercinta jangan putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa”. Dalam banyak hadits Nabi juga menjamin ampunan Allah. Salah satu hadits misalnya mengatakan: “Sesungguhnya Allah mengulurkan tangan-Nya di malam hari untuk mengampuni orang-orang yang berbuat dosa di siang hari. Dan mengulurkan tangan-Nya di siang hari untuk mengampuni orang-orang yang berbuat dosa di malam hari”. Nabi juga bersabda: “Sesungguhnya Allah terbuka untuk mengampuni hamba-hamba-Nya sebelum matahari terbit dari barat”. Lebih lanjut dia berkata: “Sesungguhnya Allah mengampuni seorang hamba sebelum nafas terakhir melewati tenggorokannya (maa lam yugargir)”. Yang ingin saya garis bawahi secara khusus saat ini adalah perbedaan antara cara kita memaafkan dan cara Allah mengampuni. Tentu jenisnya tidak sama dan tidak mirip. Sifat (karakteristik) dan amal (tindakan) Allah adalah unik dan mutlak sifatnya. Tapi sebagai cara untuk mudah memahami dan mengambil hikmah (pelajaran) saya ingin membandingkan antara cara Allah mengampuni dan cara kita memaafkan. Ini adalah perbandingan langit dan bumi. Seseorang atau orang-orang dapat memaafkan. Dan ada ekspresi yang berbeda dalam cara mereka menangani pengampunan. Orang Amerika misalnya mengatakan: “kami memaafkan tapi kami tidak melupakan”. Sementara orang Afrika Selatan mengatakan: “kami memaafkan dan melupakan”. Dan ya sering kali kita bisa dan mungkin memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Namun kenyataannya dalam hati kita berkata: “Aku memaafkanmu tapi aku tidak akan melupakannya”. Atau bahkan pikiran kita berkata: “Aku memaafkanmu tapi aku tidak ingin melihat wajahmu lagi”. Kami memaafkan tapi kami tidak bisa memungkiri sisa amarah dan dendam yang ada di hati. Atau setidaknya kita memaafkan tetapi kita tidak ingin tahu dan peduli lagi dengan orang atau orang yang bersalah kepada kita. Tapi lihatlah bagaimana Allah mengampuni. Dalam beberapa ayat Al-Qur\'an, Allah menghubungkan pertobatan yang baik dari hamba-hamba-Nya dan rahmat-Nya yang tak terbatas: “Innallaha Tawwabun Rahiim” (Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Dalam banyak ayat lain Allah menghubungkan magfirah (pengampunan)-Nya dengan kasih sayang Mutlak-Nya: “innahu Huwal ghafuur ar-Rahim” (Sesungguhnya Dia adalah Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang). Hubungan pengampunan dan belas kasih yang tak terbatas ini adalah perbedaan inti antara cara kita memaafkan dan cara mengampuni yang Mahakuasa. Bagi Allah sambil mengampuni mereka yang melakukan kesalahan, Dia juga menjamin cinta dan perhatian-Nya yang berkelanjutan bagi mereka. Dengan kata lain, Allah dalam pengampunan-Nya dicirikan oleh dua landasan unik yang tidak dimiliki manusia: Pertama, Allah mengampuni bukan hanya karena para pendosa itu memohon pengampunan-Nya, tetapi yang terpenting karena Allah mengasihi mereka. Itulah alasan mengapa Allah menyebut orang-orang berdosa “ibadiya” (hamba-hambaku yang tercinta). Kedua, Allah tidak berhenti dengan pengampunan. Tetapi karena Dia mencintai orang-orang yang mencari pengampunan, Allah juga menjamin mereka perawatan khusus. Bahkan justru karena kasih-Nya kepada hamba-hamba-Nya, Dia memiliki belas kasihan dan pengampunan yang tak terbatas bagi kita. Dan itulah perbedaan mutlak antara kita memaafkan orang lain dan Allah, Maha Pengampun dan Penyayang, mengampuni hamba-hamba-Nya. Jadi, apakah Anda berani tidak berterima kasih kepada-Nya? Kereta Bawah Tanah NYC, 22 Juli 2022. (*)

Ratusan Santri Gaza Semarakkan Program Bahagia Khatam Qur’an

Palestina, FNN --- Ratusan santri penghafal Al-Qur’an Gaza, Palestina, ikut menyemarakkan program Bahagia Khatam Al-Qur’an dalam rangka menyambut Milad AQL ke-14.  AQL Islamic Center akan merayakan milad ke-14 pada 30 Juli 2022/1 Muharram 1444 H mendatang.  Para santri Markaz Qur’an Gaza sangat antusias mengikuti program itu. Mereka terbagi ke beberapa kelompok lalu melingkar membaca ayat demi ayat. Gemerlap cahaya lampu gantung memantul ke karpet hijau masjid memperlihatkan bayang semangat mereka.   Surah Al-Fatihah selesai dibaca, dilanjut Surah Al-Baqarah, lalu surah-surah berikutnya. Saat tiba di Surah Al-Isra, seorang santri maju ke depan memimpin pada santri lainnya membaca ayat pertama hingga akhir. Khataman kemudian dilanjutkan sampai pada Surah An-Nas.  Menariknya, halaqah Qur’an itu tak hanya diikuti santri-santri berusia remaja saja. Ada pula santri yang sudah menginjak usia 30-an ke atas. Mereka tak malu berbaur satu sama lain. Tak ada kasta, mereka duduk khusyu membaca lembar demi lembar kitab suci.  Konsistensi AQL Direktur program Spirit of Aqsa, Ustadz Ridwan Hakim, mengatakan, semarak Bahagia Khatam Qur’an di Gaza merupakan bentuk terimakasih kepada AQL Islamic Center dan Spirit of Aqsa (SoA). AQL melalui SoA setiap mendukung para santri itu beberapa tahun terakhir.  “Santri penghafal Al-Qur’an di Gaza mengucapkan selamat MIlad AQL yang ke-14, dan mengucapkan terimakasih atas peran AQL melalui Spirit of Aqsa yang selama ini memberikan sponsor dan bantuan demi terselenggara dan terwujudnya kegiatan menghafal Al-Qur’an di Gaza,” kata Ustadz Ridwan di Jakarta, Ahad (17/6/2022).  Hal serupa disampaikan pembina Markaz Qur’an Gaza, Syekh Abdullah. Dia mengungkapkan, para santri turut berbahagia atas konsistensi AQL di jalan dakwah selama 14 tahun terakhir. Demikian pula dukungan moral dan moril yang selalu diberikan kepada santri Gaza.  “Kami dari markaz Qur’an di gaza turut serta dalam program Khatam Qur’an dalam rangka milad AQL, dan kami sampaikan terimakasih kepada AQL dan Spirit of Aqsa, terkhusus kepada Ustadz Bachtiar Nasir,” kata Syekh Abdullah.  Gaza sampai hari ini masih menjadi sasaran serangan udara penjajah Israel. Bahkan, Sabtu (16/7), angkatan udara militer Israel meluncurkan roket ke daerah tersebut. Kendati begitu, semangat mereka tak pernah surut untuk mengamalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.  Penghafal Al-Qur’an menjadi salah satu kekuatan penting para pejuang Gaza. Lumrah ditemui setiap rumah memiliki satu hafidz. Tak jarang pula ditemui satu keluarga diisi oleh penghafal Al-Qur’an.  Berkah Al-Qur’an itu yang membuat mereka tetap teguh berdiri. Tidak ada kata mundur dalam berjuang melawan penjajahan zionis Israel. Para santri selalu siap-siaga turun ke medan perlawanan. Meski tanpa senjata berat di tangan, namun Qur’an menggema di dalam dada membakar semangat untuk berada di garis terdepan.  “Sesungguhnya program membina para penghafal Al-Qur’an ini adalah khidmat untuk Al-Qur’an dan Islam. Sebagaimana pesan Rasulullah dalam sebuah hadits, ‘sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya.’ (HR Bukhari),” kata Syekh Abdullah. (TG)