KESEHATAN

TNI Gelar Kegiatan Teritorial Inovatif Bbagi Pelajar Pegunungan Bintang

Jayapura, FNN - Prajurit Babinsa TNI melakukan kegiatan kreatif dan inovatif, termasuk edukasi protokol kesehatan COVID-19, dalam mewujudkan pembinaan teritorial untuk pelajar SD Katobapib di Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua demi terwujudnya interaksi yang baik dengan masyarakat. "Dalam kegiatan tersebut diawali dengan edukasi protokol kesehatan COVID-19 tentang bagaimana menerapkan hidup sehat dengan 3M, yakni menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan agar terhindar dari virus corona," kata Komandan Rayon Militer (Danramil) 1715-01/Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang Kapten (Cba) Dwi Wawan dalam keterangan yang diterima di Jayapura, Minggu. Dalam kegiatan tersebut juga diserahkan pemberian bantuan penyanitasi tangan, masker, serta saat beinteraksi dengan pelajar dilakukan dengan berbagi kasih berupa pemberian batuan 100 alkitab dan 50 tas sekolah. Ia mengatakan kegiatan di Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang itu dilakukan demi terwujudnya interaksi yang baik dengan masyarakat. Selain itu, kata Dwi Wawan, juga untuk melakukan interaksi secara langsung dengan siswa-siswi SD Katobapib demi menciptakan suka cita bahagia untuk generasi penerus bangsa. Sementara itu guru honorer yang setia mengajar di SD itu, Yotam Y menyatakan rasa bahagia kepada para Babinsa bersama Danramil Oksibil atas kehadiran memberikan bantuan peralatan sekolah melalui kegiatan teritorial yang sangat inovatif dan kreatif. "Ini peristiwa yang luar biasa dan penuh kasih bagi kami yang berada jauh dari perbatasan timur Indonesia, khususnya Pegunungan Bintang Papua," katanya. Ia berharap kehadiran kembali aparat TNI untuk memberikan motivasi kepada anak asli orang Papua yang sedang menuntut ilmu di sekolah. (sws)

Pemerintah Tetapkan Harga Dosis Lengkap Vaksin Berbayar Rp879.140

Jakarta, FNN - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengemukakan harga vaksin dosis lengkap Sinopharm berbayar untuk individu ditetapkan pemerintah Rp879.140 per orang. "Harga itu sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/4643/2021," katanya melalui pesan singkat di Jakarta, Minggu pagi. Keputusan Menteri Kesehatan tersebut berisi tentang sejumlah aturan terkait penetapan besaran harga pembelian vaksin produksi Sinopharm melalui penunjukan PT Bio Farma (Persero) dalam pelaksanaan pengadaan vaksin COVID-19 dan tarif maksimal pelayanan untuk pelaksanaan Vaksinasi Gotong Royong. Sesuai dengan aturan tersebut, kata dia, harga vaksin per dosis Rp321.660 ditambah dengan harga layanan Rp117.910 sehingga harga per dosis vaksin yang dibebankan kepada penerima manfaat seharga Rp439.570 per dosis. "Untuk satu orang kan butuhnya dua dosis, jadi dikalikan dua menjadi totalnya Rp879.140," kata Siti Nadia. Sebelumnya dalam sesi diskusi daring, Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan makin banyak orang yang divaksin itu akan semakin bagus. "Kalau bisa makin banyak orang divaksin dengan apapun juga caranya dan makin cepat makin bagus," katanya saat menjawab pertanyaan seputar vaksinasi berbayar bagi individu di Indonesia. Ia mengatakan vaksinasi bukan hanya COVID-19. Indonesia telah mengawali program vaksinasi sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu. "Vaksin kalau mau gratis bisa di puskesmas atau di posyandu. Kalau mau pergi ke rumah sakit A atau B ya bayar. Memang ada opsi itu dibuka buat vaksinasi anak seperti BCG, DPT dan lainnya," katanya. Negara seperti India, kata dia, juga melakukan hal yang sama. "Jadi vaksinasi gratis juga diberikan. Tapi kalau orang mau pergi ke dokter pribadi yang rumah sakitnya bagus, yang pakai AC yang tidak panas-panasan itu bayar," katanya. Namun juga tidak memungkiri bahwa banyak juga negara lain yang 100 persen menggratiskan vaksinasi bagi penduduknya. "Jadi itu, silakan ditimbang yang baik yang mana," demikian Tjandra Yoga Aditama. (sws)

Dokter Gigi Beri Kiat Agar Buah Hati Tidak Takut ke Klinik

Jakarta, FNN - Orangtua bisa menanamkan pikiran positif mengenai berobat ke dokter gigi sejak dini kepada anak agar buah hati dengan senang hati rutin memeriksakan kesehatan rongga mulutnya tanpa diliputi rasa takut. Dokter gigi spesialis anak Selvyra Rachmawati, Sp.KGA. dari Universitas Indonesia menyarankan kepada orangtua untuk mengajak anaknya pergi ke dokter gigi ketika tidak ada keluhan di mana kondisi gigi mereka sehat. "Jangan pas giginya sakit karena akan membuat anak cemas dan takut," kata Selvyra kepada ANTARA. Saat memeriksakan gigi, anak akan belajar mengetahui bahwa pemeriksaan di klinik bukanlah mimpi buruk. Dia juga bisa membiasakan diri dengan peralatan-peralatan asing di klinik gigi hingga prosedur yang dilakukan dokter dalam pemeriksaan gigi rutin. Cara lain orangtua untuk mempersiapkan anak agar siap ke dokter gigi adalah memberikan gambaran melalui video. "Sebelum ke dokter gigi orangtua dapat mengajak nonton video anak lain sedang ke dokter gigi," dia menyarankan. Ajak anak mengobrol jauh hari sebelum ke dokter gigi. Beritahukan kepada buah hati bahwa orangtua akan mengajaknya ke dokter gigi pada waktu yang sudah ditentukan. Bicarakan secara jelas dan berulang agar anak mengerti dan tidak ketakutan atau tantrum ketika jadwal ke dokter telah tiba. Pemilihan waktu juga penting. Pilih jadwal yang sesuai dengan aktivitas anak. Buatlah janji dengan dokter pada jam anak sedang aktif, hindari mengajak anak saat jam tidur siang untuk menghindari anak rewel. Jika si anak memiliki saudara yang lebih tua, perkenalan ke dokter gigi bisa dimulai dengan memintanya menemani sang kakak saat kontrol gigi. Jangan lupa untuk memberikan kesan positif mengenai dokter gigi. Hindari membuat dokter gigi jadi momok menyeramkan, seperti mengancam akan membawa anak ke dokter bila berbuat nakal. "Berikan kesan positif tentang dokter gigi pada anak bukan malah menakut-nakuti, contohnya bilang 'ke dokter gigi nanti disuntik', itu tidak boleh," tutur dia. Terakhir, pilihlah klinik gigi yang ramah anak dengan tim spesialis gigi anak terpercaya yang sudah terbiasa menangani pasien anak. (mth)

Pasien RSD Wisma Atlet Sembuh COVID-19 Sebanyak 104.183 Orang

Jakarta, FNN - Pasien sembuh COVID-19 di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kemayoran, tower 4, 5, 6 & 7 Jakarta, hingga 9 Juli 2021 dilaporkan berjumlah 104.183 orang. Kepala Penerangan Kogabwilhan I Kolonel Marinir Aris Mudian, dalam keterangan persnya, Jumat, mengatakan jumlah pasien sembuh merupakan akumulasi dari pencatatan sejak 23 Maret 2020 lalu. "Rekapitulasi sejak 23 Maret 2020 - 9 Juli 2021, pasien terdaftar sebanyak 111.434 pasien, pasien sembuh 104.183 orang," kata dia. Lebih lanjut, rekapitulasi pasien sejak 23 Maret 2020 untuk pasien yang berada di tower 4, 5, 6, dan 7 didata terjadi penambahan angka kesembuhan sebesar 783 orang jika dibandingkan dengan angka kesembuhan sebelumnya. Kemudian, sebanyak 942 pasien dirujuk ke rumah sakit lain, sedangkan untuk data yang meninggal dunia dicatat sebanyak 307 orang. RSDC Wisma Atlet Kemayoran tower 4, 5, 6 dan 7, pada laporan 9 Juli 2021 ini mendata terdapat sebanyak 6.002 pasien perawatan COVID-19. Jumlah tersebut bertambah 103 pasien jika dibandingkan laporan sebelumnya yang berjumlah 5.899 orang. Kemudian, RSDC Wisma Atlet Pademangan, atau untuk tower 8, mendata pasien rawat inap sebanyak 761 orang, angka ini berkurang sebanyak 207 orang dibandingkan laporan sebelumnya. Jumlah data total untuk tower 4, 5, 6, 7, dan 8 sesuai data Jumat 2 Juli 2021, merawat sebanyak 6.763 pasien perawatan COVID-19. Jumlah tersebut berkurang 104 pasien jika dibandingkan laporan sebelumnya yang berjumlah 6.867 orang. Lebih lanjut, RSDC terhitung mulai 28 Juni 2021 juga merawat pasien perawatan COVID-19 di RSDC Rusun Nagrak atau tower 1, 2 dan 3. Data hingga 9 Juli 2021 menginventarisasi, pasien terdaftar sebanyak 5.140 orang, pasien selesai isolasi 3.051 orang, pasien dirujuk ke RS lain 32 orang dan tidak ada data pasien meninggal dunia. RSDC Rusun Nagrak merawat 1.806 orang pasien perawatan COVID-19. Angka ini dicatat berkurang sebanyak 139 orang dibandingkan laporan semula yang berjumlah 1.945. Sementara itu, RS Khusus Infeksi COVID-19 di Pulau Galang merawat sebanyak 290 pasien, 290 pasien berstatus positif COVID-19, data kali ini tidak ada pasien suspek terdaftar di RSKI. Jumlah pasien rawat inap berkurang 36 orang. Atau, pasien positif berkurang 36 orang jika dibandingkan dengan laporan sebelumnya yang berjumlah 326 orang. Pasien yang terdaftar di rumah sakit itu sejak 12 April 2020 yakni sebanyak 14.321 orang, sebanyak 6.888 orang pasien sembuh, 7.297 pasien suspek yang selesai perawatan, pasien dirujuk ke rumah sakit lain 42 orang, dan tidak ada pasien meninggal di RSD Pulau Galang. (sws)

Minta Rakyat Sumbang Vitamin, Erick Thohir Buat Jokowi Malu

by Asyari Usman Medan FNN- Menteri BUMN Erick Thohir mengajak masyarakat menyumbangkan vitamin dan suplemen untuk tenaga kesehatan (nakes). Menurut Erick, para nakes itu berjuang keras menyelamatkan pasien Covid-19. “Sebagai rasa cinta pada dedikasi dengan taruhan nyawa para nakes,” kata Erick. Sepintas lalu, ajakan ini sangat wajar. Menyentuh sekali. Untuk menunjukkan solidaritas kepada pasukan nakes yang tak kenal lelah. Dan banyak yang gugur juga. Sudah lebih 500 orang dokter dan naker yang meninggal dunia di tengah perjuangan mereka menyelamatkan para pesakit Covid. Bagus sekali ajakan Erick. Melatih sentimen kesetiakawanan dan budaya berbagi. Erick sendiri mencontohkan langsung. Dia menyediakan 100 paket vitamin dan suplmenen untuk dibagi-bagikan kepada nakes. Mulia sekali ajakan ini. Tetapi, sebaliknya, ada yang dibuat tidak mulia. Yaitu Presiden Jokowi. Sadar atau tidak, sesungguhnya anjuran Erick itu mempermalukan Presiden dan pemerintah secara keseluruhan. Sebab, negara tidak boleh kalah menghadapi Covid-19, seperti meminjam narasi “negara tak boleh kalah dengan ormas”. Dan memang 100% narasi itu benar. Negara tak boleh dipermalukan gara-gara kekurangan nutrisi di kalangan para nakes. Dimana muka Pak Jokowi mau ditaruh? Kalau sempat rakyat yang sedang sulit itu berbondong-bondong menyumbangkan vitamin dan suplemen kepada nakes, betapa malunya Pak Jokowi. Apalagi kalau para pemimpin negara-negara tetangga tahu. Terpukul sekali Pak Jokowi. Kesian Presiden Indonesia. Dibuat malu sama Menteri BUMN Erick Thohir Jadi, sebaiknya Erick Thohir tidak meminta bantuan dari masyarakat. Merendahkan wibawah pemerintah, khususnya Presiden Jokowi. Lagi pula, dana penanganan Covid ‘kan banyak. Ada sekitar 800 triliun. Setengah triliun saja untuk vitamin dan suplemen nakes, mungkin lebih dari cukup. Sayangnya, terlalu banyak vitamin dan suplemen yang diberikan kepada Juliari Batubara, mantan Menteri Sosial yang sekarang meringkuk di penjara. Penulis adalah Wartawan Senior FNN.co.id.

Pemerintah Buta dan Tuli

By M Rizal Fadillah Bandung, FNN - Buta tidak bisa melihat dan tuli itu tidak bisa mendengar. Pemerintah dibebani kewajiban untuk bisa melihat keadaan rakyat dan mendengar suara jeritan atau rintihan rakyatnya. Realita rakyat Indonesia saat dalam keadaan kesulitan berat. Bukan hanya menghadapi pandemi Covid 19 tetapi menghadapi dampak dari kebijakan penanganan Covid yang inkonsisten. PPKM Darurat tidak disambut positif karena tidak jelas agendanya selain ketidakbolehan ini dan itu yang dinilai diskriminatif. Masyarakat tidak bisa usaha, lalu dari mana mereka makan Rumah ibadah ditutup namun bandara tetap dibuka. Penular asing dibiarkan datang. Kegiatan konstruksi 100 % diperkenankan. Situasi dibuat mencekam akibat kondisi ekonomi rakyat yang ambyar. Pengangguran dipastikan meningkat. Koran Tempo membuat head line "Saatnya Jokowi Kibarkan Bendera Putih". Kondisi berat yang dihadapi sudah tidak mampu diatasi. Jokowi memang tidak memiliki kemampuan. Hampir semua masalah ditangani dengan amatiran dan semaunya. Soal covid 19 Jokowi tidak berani Karantina Wilayah, malah ditetapkan PSBB, PSBB transisi, lalu New Normal dan kini PPKM. Netizen mengolok-olok PPKM sebagai Planga Plongo Kagak Mikir. Ada pula Planga Plongo Kelakuan Mukidi. Dan yang paling menusuk ialah Pak Presiden Kapan Mundur. Mulai banyak tulisan, meme, ataupun karikatur yang pada prinsipnya mendesak Presiden Jokowi agar segera mundur atau mengundurkan diri. Ada yang melalui gugatan hukum seperti dilakukan oleh Eggi Sudjana, Khozinudin, dan teman lainnya, ada pula yang membuat "Seknas Jokowi Sudahlah" seperti Adhi Massardi. KAMI se-Jawa mengusulkan juga agar Jokowi segera mundur. Ekonom Senior Rizal Ramli mengasihani rakyat dan Jokowi sendiri atas ketidakmampuan dalam mengelola negara, karenanya Presiden mundur adalah yang terbaik. "Beri kesempatan yang lain untuk mengelola negara", ungkapnya. Jokowi kini sudah menjadi bahan olok-olok. Rontok kewibawaan sejatinya dan yang tersisa hanya puja-puji para buzzernya. Meskipun demikian hingga kini Jokowi dan Pemerintahannya tetap bergeming. Tidak ada tanda tanda untuk siap mundur, bahkan manuver dan manipulasi pendukungnya adalah agenda perpanjangan jabatan untuk tiga periode. Suatu wacana dan harapan yang digaungkan oleh para ilusionis. Ketika ekonomi morat marit, hukum diinjak-injak, demokrasi diborgol, kedaulatan negara digadaikan, serta agama yang dipinggirkan, maka itulah saatnya rakyat berteriak. Sayangnya teriakan rakyat memang belum terdengar kompak, masih sporadis, dan sayup-sayup. Pemerintah yang buta dan tuli makin asyik dengan mainan kuda-kudaannya. Renungan kita adalah mari mendengarkan dan membaca satu bait dari lagu Simon & Garfunkel "The Sound Of Silence"--Suara Keheningan. Fools, said I You don't know, silence like a cancer grows Hear my words that I might teach you Take my arms that I might reach you But my words like silent raindrops feel And echoed, In the wells of silence. Orang-orang bodoh, kataku Kau tidak tahu, keheningan itu seperti kanker yang tumbuh Dengarkan kata-kataku dan aku mungkin mengajarimu Raih tanganku dan aku mungkin akan bisa menggapaimu Tapi kata-kataku seperti tetesan keheningan yang jatuh Dan menggema, Dalam sumur keheningan. Nah, Pemerintah yang buta dan tuli adalah kanker yang terus tumbuh. Karenanya harus cepat diamputasi. *) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Anis Matta Nilai Perlu Perbaikan dan Penguatan 'Emergency Management' Tangani Covid-19

Jakarta, FNN - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora), Anis Matta menilai perlu perbaikan dan penguatan sistem emergency management tangani pandemi Covid-19. Anis mengatakan, persoalan emergency management ini menjadi sangat rumit dalam kasus pandemi karena ini memiliki dimensi masalah yang banyak. Pertama dimensi sains. Anis mengatakan bahwa virus Corona merupakan makhluk baru bagi semua orang secara global bahkan bagi para ilmuwan atau scientist. Hal itu juga berdampak pada tingkat pengetahuan tentang Covid-19 terlalu sedikit dan menjadi sumber kesimpangsiuran dalam informasi. Demikian disampaikan Anis Matta dalam webinar Gelora Talks bertajuk 'Covid-19 Mengganas: Sanggupkah Sistem Kesehatan Mengatasinya?' pada Kamis (1/7/2021). "Tetapi apa yang lebih buruk dari itu adalah bahwa kita tidak bisa mengkonsolidasi para scientist yang ilmunya berhubungan secara langsung atau tidak langsung sehingga ada sesuatu yang ingin saya sebut sebagai otoritas sains," kata Anis. Kedua, Anis menyebut masalah Covid-19 memiliki dimensi geopolitik yang sangat tinggi. Dikatakannya, virus Corona ini datang dari China dan Indonesia menggunakan vaksin dari China. Menurut Anis, makna geopolitiknya adalah Indonesia sebagai korban dan pada waktu yang sama setelah menjadi konsumen. "Tapi kita juga lihat di sini ada racing perlombaan dari paling tidak 4 kekuatan dunia, Amerika Serikat, Eropa, Rusia dan China dalam produksi vaksin," ujarnya. "Apakah industri ini akan menjadi salah satu leading industry di masa datang atau farmasi secara keseluruhannya menjadi leading industry ini juga akan menjadi persoalan geopoltik," ucapnya. Ketiga, pandemi Covid-19 ini akan menunjukkan kebijakan konomi yang diambil pemerintah. Keempat adalah yang berhubungan dengan otoritas pelayanan. Anis Matta menyatakan bahwa penanganan pandemi Covid-19 ini lebih rumit daripada menghadapi bencana alam misalnya banjir dan gempa bumi. "Tetapi karena faktor-faktor yang sangat kompleks tadi maka kita membutuhkan penguatan dan perbaikan terus menerus pada emergency management kita," katanya. "Dan terakhir ini adalah momentum untuk menumbuhkan solidaritas nasional dan karena itu semangat kolaborasi hatlrus kita bangun dalam penanganan masalah ini," pungkasnya.

Saat Pakai Oximeter Selama Isoman Perhatikan Kuku Hingga Posisi Tubuh

Jakarta, FNN - Ada beberapa hal yang perlu pasien COVID-19 tanpa gejala ataupun bergejala ringan perhatikan saat mengukur saturasi oksigen menggunakan pulse oximeter selama menjalani isolasi mandiri di rumah, mulai dari posisi tubuh hingga kuku jari. Hal-hal ini agar pengukuran bisa menghasilkan angka yang akurat. Dari sisi frekuensi, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Vito Anggarino Damay menyarankan pasien mengukur minimal sebanyak tiga kali. "Minimal tiga kali. Pagi siang malam tidak ada jam yang ketat," ujar dia kepada ANTARA melalui pesan elektroniknya, dikutip Senin. Menurut Vito, saat mengukur, sebaiknya posisikan tubuh dalam keadaan duduk dan kondisi pasien tenang atau rileks. Kondisi pilek yang biasanya dialami sebagian pasien COVID-19 tidak akan mempengaruhi saturasi oksigen. Pengukuran saturasi oksigen dilakukan untuk mendeteksi bila terjadi hypoxia atau kondisi tubuh kekurangan oksigen yang bisa dialami pasien COVID-19. Mengutip laman WebMD, tanpa oksigen, organ-organ tubuh seperti otak, hati dan lainnya bisa rusak hanya dalam beberapa menit usai gejala dimulai. Kondisi ini biasanya ditandai dengan perubahan warna kulit yang menjadi biru atau merah ceri, pasien mengalami kebingungan, batuk, detak jantung cepat, napas cepat, bekeringat dingin, sesak napas dan mengi. Tetapi, tak semua pasien COVID-19 merasakan gejala atau keluhan ini, padahal kadar oksigen dalam darahnya sangat rendah. Ada kasus saat pasien merasa baik-baik saja padahal angka saturasi oksigennya di bawah rentang normal yakni 95-100 persen atau disebut happy hypoxia. Di sisi lain, ada kondisi yang bisa mempengaruhi angka saturasi oksigen, salah satunya gambaran pneumonia di paru-paru. Kondisi ini biasanya akan menurunkan angka saturasi oksigen. Oleh karena itu, sebelum pasien melakukan isolasi mandiri, sebaiknya lakukan dulu rontgen dada (foto x-ray). "Kalau normal tidak ada tanda pneumonia viral barulah isolasi mandiri. Lebih baik lagi kalau dokter yang memutuskan boleh isolasi mandiri," kata dia. Selain pneumonia, penggumpalan darah juga bisa mempengaruhi angka saturasi oksigen pasien. Kondisi ini terkadang bisa menyumbat di paru-paru dan lepas dengan sendirinya sehingga angka saturasi oksigen bisa naik turun. Untuk mengetahui ada tidaknya penggumpalan darah, pemeriksaan D-Dimer pun direkomendasikan dokter. Kembali mengenai pengukuran oximeter, dalam kesempatan berbeda, dokter spesialis penyakit dalam yang menjadi edukator hoaks COVID-19, RA Adaninggar melalui sebuah talkshow daring mengenai isolasi mandiri belum lama ini, mengingatkan pasien agar memastikan kondisi kukunya bersih dari cat kuku dan tidak panjang. "Syaratnya tidak boleh pakai kuteks, bisa menghalangi sinar infrared-nya (di oximeter). Jadi harus kuku yang bersih dan jangan terlalu panjang. Kalau terlalu panjang nanti enggak sampai ke (alat). Jarinya boleh yang mana saja," tutur dia. Kemudian, untuk memudahkan dalam pengukuran saturasi oksigen mengggunakan oximeter, dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT) yang juga Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India, Harsh Vardhan melalui laman Twitter-nya memberi panduan yang bisa pasien ikuti. Pasien sebaiknya beristirahat dulu selama 10-15 menit sebelum melakukan pengukuran. Setelah itu, letakkan tangan di dada dan tahan selama beberapa waktu. Berikutnya, masukan jari tengah atau telunjuk ke dalam oximeter, tunggulah beberapa saat hingga pembacaan angka oximeter stabil. Kemudian, catatlah angka tertinggi yang muncul. Lakukan pengukuran tiga kali sehari kecuali pasien merasa ada perubahan pada kesehatannya. Segera berkonsultasi dengan tenaga medis bila terjadi sesak napas atau penurunan kadar oksigen hingga di bawah 95 persen dan berusahalah menjaga kondisi agar tak panik sembari mengikuti saran dari tenaga medis.

Anis Matta Soroti Ketidakpastian Informasi tentang Covid-19

Jakarta, FNN - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menyoroti ketidakpastian informasi tentang Covid-19. Menurut Anis, hal tersebut merupakan persoalan paling besar yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. “Kondisi ini membuat para pasien menghadapi psikologis yang sangat akut, para dokter juga menghadapi persoalan tingkat keyakinan mereka dalam memberikan rekomendasi bagi pasiennya,” kata Anis dalam keterangannya di Jakarta seperti dikuti Antara. Menurut Anis, ketidakpastian informasi terjadi akibat banyaknya informasi saintifik bercampur kabar hoaks yang begitu cepat menyebar di tengah masyarakat. Di lain pihak, pengetahuan dokter saat ini tentang masalah Covid-19 juga masih terbatas. Hal itu, kata Anis Matta, membuat ada serangan besar terhadap optimisme. Hal itu penting dalam pendekatan keagamaan karena agama adalah sumber optimisme, bukan sumber fatalisme. “Agama menjadi langkah awal untuk memahami persoalan Covid-19 dan dapat menjauhkan diri dari sikap fatalis. Agama harus jadi sumber optimisme dan otorisasi sains jadi referensi utama menghindarkan disinformasi publik,” ujar Anis. Anis mengutip dalil yang menyebutkan bahwa Allah Swt tidak pernah menurunkan suatu penyakit, tetapi juga bersamanya menurunkan obatnya. Menurut Anis, agama menyuruh manusia bergantung pada Sang Pencipta, termasuk mencari kesembuhan dan obat dari Covid-19. “Kemudian mengikuti seluruh rekomendasi dokter dan para saintis yang berhubungan dengan penyakit itu. Jadi, makna tawakal tidak boleh jadi sumber fatalisme, tetapi justru menjadi sumber optimisme. Di sinilah kita melangkah untuk menghadapi persoalan ini,” ujar Anis.

Ada Layanan Telemedicine Gratis bagi Isoman

Jakarta, FNN - Pemerintah melibatkan 11 jasa telemedicine swasta untuk melayani secara gratis pasien isolasi mandiri (isoman) dengan gejala COVID-19 ringan, kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan. "Ada 11 aplikasi telemedicine. Mereka bekerja untuk mengurangi tekanan di rumah sakit. Jadi, rumah sakit hanya untuk yang membutuhkan. Yang lain cukup isolasi mandiri," katanya dalam konferensi pers secara virtual yang dipantau dari Jakarta, Senin. Luhut mengatakan layanan tersebut bisa diakses masyarakat yang membutuhkan konsultasi dokter agar memperoleh panduan yang benar seputar konsumsi obat atau vitamin maupun aktivitas selama masa pemulihan kesehatan di rumah. Pemerintah mengapresiasi keterlibatan pihak swasta dalam layanan telemedicine secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan. "Saya ucapkan terima kasih karena anda terpanggil untuk melaksanakan ini semua," kata Luhut. Dalam acara yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengemukakan sejumlah kriteria bagi pasien bergejala ringan yang disarankan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. "Lihat saturasi oksigennya apakah masih 95 ke atas dan tidak sesak serta komorbid, lebih baik isolasi mandiri di rumah," katanya. Pasien COVID-19 dengan gejala ringan, diarahkan untuk isolasi mandiri agar terhindar dari risiko penularan virus yang cenderung lebih tinggi di rumah sakit. Selain itu, secara emosional pasien bisa lebih tenang di rumah sehingga imunitas lebih terjaga, kata Budi. "Kalau sudah merasakan sesak dan saturasi di bawah 95 dan komorbid, itu harus masuk rumah sakit," katanya. Berikut ini daftar jasa telemedicine yang dapat diakses pasien isolasi mandiri di rumah secara gratis: 1. Alodokter 2. Getwell 3. Good Doctor 4. Halodoc 5. Klik Dokter 6. KlinikGo 7. Link Sehat 8. Milvik Dokter 9. ProSehat 10. SehatQ 11. YesDok