POLITIK

Presiden Sebar Bansos Jelang Pemilu, Rakyat Harus Paham: Itu Duit Negara Bukan Punya Jokowi

Jakarta | FNN - Menjelang Pilpres, Presiden Jokowi mendadak merilis bantuan sosial (bansos) baru berupa bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp200 ribu per bulan dari Januari hingga Maret 2024. Bahkan, bansos ini dikucurkan dengan anggaran sebesar Rp11,2 triliun di tengah masa kampanye Pemilu 2024. Nantinya, bantuan tunai itu bakal diberikan sekaligus pada Februari 2024 kepada 18 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani,  bansos itu dirapel sehingga warga akan mendapatkan Rp600 ribu sekaligus. \"Diberikan langsung tiga bulan pada Februari,\" ujar Sri Mulyani di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (29/1). Menanggapi hal ini, pengamat politik di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno meminta agar pihak yang memberikan dan pihak yang menerima sedianya sama-sama menyadari bahwa bansos adalah uang negara. Kesadaran tersebut sangat penting agar bansos tidak dikaitkan dengan salah satu calon, partai atau figur tertentu. “Bahwa bantuan yang diberikan negara kepada mereka, itu kewajiban negara dan hak rakyat. Oleh karena itu sehebat apapun bantuan sosial itu, jangan dimaknai dari pemberian penguasa. Penguasa dan pemerintah itu hanya sekedar perantara untuk menyalurkan bantuan itu kepada masyarakat,” ujarnya. Adi kemudian mengingatkan agar elit politik tidak berupaya melakukan propaganda dan penggiringan opini terkait dengan bansos. Di saat bersamaan, Kemenkeu terpaksa harus merealokasi program yang ada di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk memenuhi dana bansos tersebut. \"Sebagian besar kan (anggaran) sudah ada di APBN, tapi ini kan memang ada beberapa perubahan-perubahan yang mungkin sifatnya merespons kondisi yang ada di masyarakat dan global,\" ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (29/1). (abd)

Sengaja Usik Kampanye, Jokowi Buntuti Ganjar, Elektabilitas Prabowo-Gibran Ambyar?

Jakarta | FNN - Ada yang aneh dalam dua bulan belakangan ini, yakni ketika Presiden Jokowi terlihat sangat rajin melakukan kunjungan kerja ke wilayah yang sebelumnya dikunjungi capres nomor urut 3 Ganjar-Mahfud. Terkini, Jokowi menyambangi Yogyakarta saat bertepatan dengan agenda kampanye Ganjar Pranowo yang bertajuk Hajatan Rakyat Yogyakarta di Alun-alun Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, Minggu (28/1). Diketahui, Jokowi terpantau sarapan dan gowes bareng bersama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Kota Yogyakarta. Bukan itu saja, Jokowi menemui Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sekaligus Raja Keraton Ngayogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Kilen, Kecamatan Kraton, Yogyakarta. Adapun Jokowi diketahui telah berada di Yogyakarta sejak Jumat (26/1) malam. Bahkan, sehari setelahnya, Jokowi sempat bermain sepak bola bersama masyarakat di Lapangan Gamplong, Moyudan, Sleman, DIY, Sabtu sore. Lantas, betulkah kunjungan Jokowi yang membuntuti Ganjar terjadi karena masih rendahnya elektabilitas Prabowo-Gibran? Ada kemungkinan ke arah sana, terutama ketika kunjungan Jokowi dilakukan secara berulang membuntuti Ganjar. \"Kalau melihat polanya yang selama ini terjadi ya sepertinya itu disengaja ya. Karena di mana Ganjar melakukan kampanye, tiba-tiba satu atau dua hari ada Pak Jokowi datang. Sekali dua kali ini memang bisa dipahami sebagai suatu yang kebetulan. Tetapi kalau sudah berkali-kali, kan sudah menjadi modus ya, menjadi pola yang bisa dipelajari ya,\" ujar Pengamat Politik dari Universitas Andalas, Asrinaldi, Minggu (28/1/2024). Menurut Asrinaldi, kedatangan Jokowi ke Yogyakarta tentu saja akan mempengaruhi massa pendukung PDIP di sana. Dengan kata lain, tujuan dari Jokowi mengikuti wilayah kampanye Ganjar sudah jelas untuk memaksimalkan dukungan untuk paslon nomor urut 2. Menurut Asrinaldi, terdapat polarisasi dalam massa PDIP, yakni memilih Ganjar atau Prabowo. Artinya, selain basis massa yang loyal kepada Jokowi, terdapat pula basis massa yang masih menjadi swing voter antara Ganjar atau Prabowo. \"Nah, dengan datangnya Jokowi ke daerah-daerah yang dikunjungi PDI Perjuangan tentu persepsi mereka itu akan bergeser. Terutama yang swing voter-nya dari massa pendukung Ganjar ke Prabowo. Paling tidak diharapkan itu adalah berbagi massa untuk melengkapi suara Prabowo yang memang sudah stagnan itu dalam beberapa survei,\" jelas Asrinaldi. (wid)

Viral Anak Sekecil Itu Berkelahi dengan Mahfud: Publik Percaya Gibran Memang Sekurangajar Itu

Jakarta | FNN - Viral di media sosial sebuah video cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dinyanyikan lagu \'Sore Tugu Pancoran\' dengan lirik diubah menjadi \'anak sekecil itu berkelahi dengan Mahfud\'.  Diketahui, momen Gibran dinyanyikan \'anak sekecil itu berkelahi dengan Mahfud\' terjadi di Sanur, Bali, Sabtu (27/1). Dalam video viral tersebut, Gibran tampak tersenyum kecil ketika penonton meneriakkan kata \'Mahfud\'. Banyak respon netizen terhadap video tersebut. Namun bagi TPN Ganjar Pranowo-Mahfud Md, hal tersebut tak lain adalah playing victim. Pasalnya, menurut Jubir TPN Ganjar-Mahfud, Imam Priyono, Gibran bukanlah hanya anak kecil, tetapi juga adalah anak presiden aktif. \"Gimik politik. Mas Gibran kan nggak hanya anak kecil, beliau anak presiden aktif saat ini yang sedang berkontestasi pada level tertinggi. Jadi kalau niatnya untuk playing victim rasanya nggak pas,\" kata Imam Priyono, Senin (29/1/2024). Menurut Imam, cawapres Gibran terkesan hanya melakukan playing victim karena seolah-olah lemah. Padahal, sumber kekuatan Gibran cukup besar. \"Iya karena seolah-olah kan seperti digambarkan sosok yang lemah dan kecil. Tentu dalam kondisi politik saat ini kepentingannya elektoral,\" kata dia. Sebelumnya, rendahnya etika cawapres Gibran juga ramai diperbincangkan terutama saat debat cawapres. Salah satu pihak yang menyoroti etika Gibran adalah Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago. Dia mengatakan sepanjang debat Gibran secara membabi buta menyerang, merendahkan, dan mengolok-olok karakter personal kandidat lainnya. Begitulah betapa rendahnya adab seorang anak kecil bernama Gibran. Ia melecehkan seorang profesor yang sudah malang melintang di dunia politik. Tak layak anak sekecil itu mempertontonkan tindakan yang tak beretika. \"Inilah sebabnya mengapa founding father republik merancang bahwa calon presiden dan wakil presiden harus memiliki usia minimal 40 tahun. Saya yakin bahwa keputusan tersebut bukanlah sesuatu yang spontan dan tidak punya alasan yang kuat,” jelasnya. (sws).

ASN Dipaksa Netral, Presiden Malah Memihak: Jokowi Sakit Mental?

Jakarta | FNN - Aparatur Sipil Negara (ASN) belakangan ini harus rela menerima kenyataan pahit. Di saat seluruh ASN dipaksa harus netral dalam perhelatan Pilpres, Presiden Jokowi malah terang-terangan menunjukkan keberpihakannya kepada pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo-Gibran. Presiden yang seharusnya memberikan teladan kepada ASN agar tetap netral, justru kini berbanding terbalik. Aneh bin ajaib. \"Biadab,\" protes salah seorang abdi negara di Kementerian Dalam Negeri yang sengaja tidak dipublikasikan identitasnya. ASN itu tak habis pikir di saat semua pegawai negeri dipaksa netral, tetapi Jokowi malah asyik memihak ke pasangan capres-cawapres nomor urut 2. \"Lalu apa gunanya kita belajar hukum, apa manfaatnya kita belajar etika, apa gunanya kita menjaga moral,\" ketus ASN tersebut. Kekesalan serupa juga datang dari seorang ASN yang sudah cukup lama berkarir di Kementerian BUMN. Menurut ASN yang enggan disebutkan namanya itu, sikap memihak yang dipertontonkan Jokowi justru menimbulkan kontroversi di kalangan ASN. Ada yang suka tetap tak sedikit pula yang tidak suka, tergantung pada preferensi politik masing-masing ASN. Perbedaan inilah yang rawan akan menimbulkan kegaduhan di antara sesama ASN. Menanggapi hal tersebut, kritikus politik Faizal Assegaf malah menduga ada yang salah dengan kondisi kejiwaan Presiden Jokowi. Menurutnya, Jokowi kemungkinan sudah mengalami depresi dan sakit mental.  \"Bukan mustahil dialami Jokowi. Publik harus tahu itu. Hasilnya harus diumumkan,\" terang Faizal Assegaf dalam program Kontroversi Metro TV, (26/2024). Dikatakan Faizal, sangat mungkin Jokowi mengalami tekanan berat hingga depresi mengingat banyaknya persoalan politik yang harus dihadapi. Tampaknya, ada kecemasan luar biasa yang mendera Jokowi hingga menimbulkan kepanikan. Akibatnya, kecemasan tersebut menjadi sikap panik, hingga melakukan kegilaan politik. \"Maka melanggar netralitas, etika, bahkan tabrak aturan hukum, lalu dia nilai wajar. Apalagi beban menangkan anak di Pilpres. Ini berat,\" ungkap Faizal. Buktinya, sambung Faizal, sudah banyak komentar tokoh dan pakar bicara soal hukum, etika, moralitas dan martabat negara, tetapi tak pernah direspon Presiden. Faizal pun menyebut sudah banyak contoh pemimpin dunia yang juga pernah mengalami depresi dan sakit mental. “Ini bukan hal baru. Mereka tak peduli masa depan bangsa,\" kata Faizal mengingatkan. (abd)

Kasus Nepotisme Jokowi di Tangan Tipikor Bareskrim Mabes Polri

Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan  PENGADUAN Masyarakat mengenai dugaan tindak pidana Nepotisme Jokowi dan keluarga yang dilaporkan oleh Petisi 100 dan Forum Alumni Perguruan Tinggi Bandung Berijazah Asli (For Asli) ke Bareskrim Mabes Polri pada tanggal 22 Januari 2024, kini telah berada dalam penanganan Direktorat Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Mabes Polri.  Perwakilan pelapor/pengadu HM Rizal Fadillah, SH (Petisi 100) dan Ir. H. Budi Rijanto (For Asli) bersama dengan Kuasa Hukum Prof. Dr. Eggi Sudjana, SH M.Si, Djudju Purwantoro, SH, MH,  CIL, CLA, M.Irwan Nasution, SH dan Asep Maulana Syahidin, SH sesuai dengan pemberitahuan Bareskrim, pada Senin 29 Januari 2024 telah memenuhi hadir di Bareskrim Mabes Polri.  Delegasi mendapat penjelasan bahwa kasus tersebut kini berada dalam penanganan Dit Tipidkor Bareskrim Mabes Polri yang teregister dengan nomor B/ND-143/1/Res 7.4/2024/Robinops tanggal 23 Januari 2024. Menurut informasi yang didapat, nanti setelah ditetapkan Tim Penyidik, maka pihak pengadu akan diberitahu untuk langkah-langkah  selanjutnya.  Langkah cepat Bareskrim Mabes Polri terhadap Pengaduan Masyarakat (Dumas) atas dugaan terjadinya tindak pidana Nepotisme Jokowi dan keluarga ini menggembirakan dan patut mendapat apresiasi. Harapan bahwa kasus ini akan mendapat penanganan yang serius menjadi terbuka. Nepotisme sendiri dikualifikasi sebagai tindak pidana berat dengan ancaman hukuman maksimal 12 (dua belas) tahun penjara. Tersangka dapat ditahan.  Anwar Usman, mantan Ketua MK diduga akan menjadi awal atau pembuka pemeriksaan. Adik ipar Jokowi ini sangat terkait dengan Putusan \"nepotis\" yang menguntungkan keponakannya Gibran Walikota Surakarta sekaligus putera pasangan Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Widodo. Putusan MK No 90/PUU-XXI/2023 sudah menjadi bukti hukum sekaligus bacaan rakyat Indonesia sebagai vonis \"rekayasa\" yang menguntungkan keluarga Istana.  Atas dasar Pasal 17 ayat 6 UU No 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, maka Anwar Usman dapat dipidana sebagaimana bunyi ayat : \"(6) Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) putusan dinyatakan tidak sah dan terhadap hakim atau panitera yang bersangkutan dikenakan sanksi administratif atau dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan\". Ayat (5) mengingatkan adanya \"kepentingan langsung atau tidak langsung\" dengan perkara yang diperiksa.  Dari Anwar Usman inilah berlanjut kepada peran-peran dan keterkaitan Jokowi, Iriana dan Gibran. Pasal 55 dan 56 KUHP mengenai penyertaan (deelneming) dapat menjerat ketiganya. Pembuktian dapat didalami dari berbagai sumber dan kesaksian. Informasi publik sangat terbuka.  Investigasi Majalah Tempo Edisi 20-26 Desember 2023 dengan cover Iriana Widodo membonceng Gibran didorong oleh kaki Jokowi dari motor belakang bertema \"Tenang Ibu Sudah Disini\" menggambarkan peran besar Jokowi dan Iriana untuk menggolkan Putusan MK No 90/PUU-XXI/2023. Jokowi dan Iriana adalah \"Tim Sukses\" Gibran Rakabuming Raka.  Begitu juga investigasi Majalah Tempo Edisi 16-22 Oktober 2023 bertema \"Gerilya Untuk Putusan Mahkamah Konstitusi\" dan Edisi 30 Oktober-5 November 2023 \"Timang-Timang Dinastiku Sayang\" dapat menjadi bahan bagi proses pemeriksaan kasus Nepotisme Jokowi oleh penyidik Tipidkor Mabes Polri.   Peran serius Penyidik Tipidkor Bareskrim Mabes Polri akan menjadi harapan seluruh rakyat Indonesia dalam upaya untuk mencegah dan menindak perilaku Nepotisme atau politik dinasti yang dilakukan oleh siapapun di negara hukum Republik Indonesia. Asas \"equality before the law\" tentu menjadi pegangan. Sejarah akan membuktikan.  Nepotisme adalah kriminal dan merusak tatanan negara demokrasi yang sudah menjadi kesepakatan bangsa dan rakyat Indonesia. Bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.  Sebagaimana Korupsi dan Kolusi, maka Nepotisme pun harus segera dibasmi atau diberantas. KKN adalah rumpun dari penyakit berbahaya.  Bandung, 30 Januari 2024.

Bakar Semangat Relawan, Putra Pertama Soekarno Minta Menangkan Ganjar: Urus Jokowi Gampang

Jakarta | FNN - Relawan Ganjar-Mahfud diminta untuk total berjuang dalam rangka memenangi Pilpres 2024. Hal ini sangat penting dilakukan agar Ganjar dan Mahfud sebagai pasangan capres-cawapres terpilih nantinya, akan bisa leluasa melaksanakan program jika sudah sah dilantik. Ajakan itu ditegaskan oleh putra pertama Sukarno, Guntur Soekarnoputra yang meminta para relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD bekerja serius di Pilpres 2024 demi meraih kemenangan. \"Kalau Ganjar dan Mahfud sudah jadi presiden dan wakil presiden, presiden punya hak prerogatif, gampang itu. Jokowi mau diapain nanti terserah,\" kata Guntur di hadapan relawan, Senin (29/1/2024). Ia pun kemudian mengomentari pendapat berbagai pihak yang menghendaki pemakzulan Presiden Jokowi. Terkait hal ini, Guntur menyebut masih ada hal yang lebih penting daripada usaha pemakzulan. Tak lain adalah dengan lebih dulu mengantarkan pasangan Ganjar-Mahfud ke kemenangan Pilpres. \"Ada yang minta pemakzulan, ada yang minta ini, minta itu. Sudahlah, kita lupakan saja itu dulu, yang penting sekarang menurut ajaran Bung Karno yang tidak bisa ditunda-tunda menangkan dulu Ganjar Pranowo-Mahfud MD,\" kata dia. Lebih lanjut lagi, Guntur menegaskan Ganjar dan Mahfud bisa melakukan banyak hal jika sudah berhasil memenangkan Pilpres 2024. Guntur pun meminta seluruh relawan untuk terus bekerja memenangkan Ganjar-Mahfud. \"Kalau itu sudah tercapai, kekuasaan dan hak prerogatif ada di Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Baru yang lain mau kita apa-apain itu gampang, termasuk Jokowi itu mau kita apain nantilah,\" Guntur menegaskan.  Keluarga Bung Karno layak kecewa dan marah karena Jokowi sebagai kader PDIP telah berkhianat kepada partainya. Karier politik keluarga Jokowi difasilitasi oleh PDIP, namun di akhir kekuasaannya mereka ramai ramai meninggalkan PDIP dengan bergabung ke partai lain. Bahkan, Kaesang Pangarep anak bungsu Jokowi, disulap menjadi Ketua Umum PSI dalam sekejap mata. Partai ini memiliki platform yang sama dengan PDIP.  \"Siapa yang tidak sakit hati mendapat perlakuan seperti itu,\" kata Muktiyo, kader Banteng di Solo Jawa Tengah (25/01/2024). (abd).

Guru Besar Romo Magnis Soeseno Singgung Soal Ucapan 'Ndasmu Etik' Prabowo, Masih Mau Pemimpin Begitu?

Jakarta | FNN - Etika menjadi sangat penting bagi setiap sendi kehidupan. Karenanya Guru Besar Filsafat Moral, Franz Magnis Suseno sangat resah dengan ucapan \'Ndasmu Etik\' calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto yang disampaikan di hadapan para pendukungnya, belum lama ini. Diketahui, Prabowo mengucapkan itu usai dicecar soal etika dalam debat pertama Pilpres 2024. Franz Magnis Suseno pun menyebut situasi politik Pemilu 2024 dalam kondisi genting.  Alasannya, banyak orang yang menjadi korban di era reformasi atas dasar Pancasila, Keyakinan, dan Etika. Tetapi kini, etika justru dinodai hingga adanya tanda-tanda Pemilu mendatang bakal dipengaruhi penguasa dan tanda-tanda manipulasi.  \"Sekarang kita menghadapi situasi \'etika ndasmu\', apa kita mau dipimpin oleh orang yang menodai etika, itu serius loh tampak etika kekuasaan merosot, paling-paling kekuasan yang disebut oligarki dan sebagainya, saya melihat ada tanda-tanda sekarang juga bukan hanya arah pemilihan mau dipengaruhi oleh penguasa, tapi tanda-tanda manipulasi,\" katanya dalam Talkshow yang digelar Alumni SMA Top GUN di Triboon Jeruk Purut, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (28/1/2024). Menurut Romo Magnis, kalau indikasi kecurangan itu betul adanya maka kita dapat kesan pemilihan umum kali ini sudah tidak adil. \"Maka betul-betul dicuri, kita dalam situasi gawat yah, lebih gawat dari sebelum reformasi,\" kata Romo mengingatkan. Romo Magnis melanjutkan, sejatinya dalam memilih capres-cawapres, prinsipnya adalah dengan tidak memilih pasangan yang dinilai paling buruk. \"Apakah situasi itu genting, iyah. Saya mau sedikit jelaskan situasi genting itu, kemarin saya ditanyai sahabat saya Din Syamsuddin (Muhammad Sirajuddin Syamsuddin), Romo pilih siapa, saya jawab saya pegang pada prinsip saya, pokoknya jangan yang terburuk, yang terpilih yang lain, jadi saya akan putuskan kemudian,\" tuturnya. (sof)

Ganjar Pranowo Pastikan Program Satu Keluarga Satu Sarjana Terealisasi, Sudah Terbukti Saat Gubernur

Kulon Progo | FNN - Satu keluarga miskin, satu sarjana merupakan program yang pasti dijalankan pasangan capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar-Mahfud. Hal ini merupakan komitmen Ganjar Pranowo sejak lama dan sudah dibuktikan saat menjabat Gubernur Jawa Tengah. Kepastian akan menjalankan program tersebut kembali ditegaskan Ganjar saat hadir dalam acara kampanye akbar bertajuk Hajatan Rakyat Yogyakarta di Alun-alun Wates, Kulon Progo, DIY, pada Minggu (28/1/2024) sore. Ganjar merespon teriakan massa yang meminta adanya sekolah gratis. Menjawab permintaan itu, Ganjar kemudian balik bertanya: sekolah gratis atau makan gratis. Massa kompak menjawab: sekolah gratis. Mendapat jawaban itu, Ganjar pun mengamini kebutuhan sekolah gratis demi kepentingan masa depan generasi muda. Sekolah gratis adalah sebuah program yang menurut Ganjar diidam-idamkan masyarakat Indonesia selama ini. \"Maka satu keluarga miskin, satu sarjana. Itulah yang kemudian diharapkan nantinya mereka akan jadi anak-anak hebat membantu keluarganya, membantu orang tuanya karena pasti mereka punya budi pekerti yang luhur,\" ucap capres pasangan cawapres Mahfud MD itu. Diketahui, saat menjadi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar telah memulai program vokasi. Program ini dirancang melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan dipersiapkan agar anak bisa cepat bekerja.   \"Terasa betul ciri-ciri kemiskinan melekat mulai hilang karena fasilitas kehidupan jauh lebih baik,\" paparnya. Ganjar kemudian menilai semua daerah harus menjalankan program tersebut yang dikomandoi oleh pemerintah pusat. Pendataan akan dilakukan dengan rinci, penyusunan sistem canggih dan pelaksanaan dengan benar dan transparan. \"Negara bisa hadir membantu keluarga itu agar ada anaknya 1 sarjana dalam keluarga miskin untuk mengubah nasibnya,\" terang Ganjar. (dos)

Anis Matta: Indonesia akan Stabil Apabila Kelompok Kanan dan Nasionalis Bersatu di Tengah

JAKARTA | FNN  -  Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta meminta para pendukung pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka untuk tidak alergi dengan kata \'aamiin ya rabbal alamin\'.  Sebab, hal itu adalah bagian dari doa, sehingga tidak perlu menggantinya menjadi kata \'qobul\'.  Anis Matta menilai yang mendoakan pasangan Prabowo-Gibran agar bisa memenangi pemilihan presiden (Pilpres) 2024, justru lebih banyak dibandingkan pasangan calon (paslon) lain. \"Jadi kalau ada yang mendoakan beliau (Prabowo Subianto, red) untuk menang dalam Pilpres, apalagi sampai menang satu putaran. Kita juga bilang aamin ya robbal alamin (kabulkan ya Tuhan, kabulkanlah), tidak perlu mengubahnya menjadi qobul,\" kata Anis Matta dalam Dialog Keumatan di Ronatama Graha & Convention Hall, Depok, Jawa Barat (Jabar), Minggu (28/1/2024) sore. Menurut Anis Matta, tidak perlu bermain-main dengan hal-hal seperti itu, apalagi mempermainkan ayat dan agama untuk kepentingan politik elektoral dalam pemilihan. \"Kita milih pasangan Prabowo-Gibran itu dengan yakin, dan tidak bermain-main dalam hal hal seperti itu. Insya Allah kita teguh dengan pilihan kita, yakin bahwa pilihan kita yang tepat. Dan mudah-mudahan, karena tepat akan dimenangkan oleh Allah SWT,\" katanya. Prabowo, kata Anis Matta, akan memberdayakan umat, dari orang yang tidak berdaya menjadi berdaya. Dari orang tidak berpengetahuan menjadi berpengetahuan, serta mengubah orang lemah menjadi kuat. \"Itulah yang menjadi cita-cita Partai Gelora, dan kenapa kita mendukung Pak Prabowo. Karena kita ingin mengubah Indonesia menjadi pemimpin dunia, menjadikan Indonesia sebagai negara superpower baru,\" katanya. Namun, hal itu akan terwujud apabila situasi Indonesia stabil, dan tidak ada pembelahan di masyarakat. Kelompok kanan dan nasionalis, menurutnya, harus disatukan seperti yang telah dilakukan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2019 lalu.. \"Hal ini sudah terbukti. Kita berhasil melalui Covid-19 dan krisis yang lalu, dimana ekonomi Indonesia relatif stabil dengan menyatukan dua orang yang berseteru menjadi sekutu yang kuat,\" katanya. \"Ini yang dilihat sebagai persatuan dalam menghadapi krisis besar. Bersatu pun sebenarnya, belum tentu bisa menghadapi krisis, apalagi tidak bersatu. Karena itu, saya tidak bisa membayangkan, apabila kita sebagai bangsa masih terbelah, sementara ancaman disintegrasi bangsa dan krisis di depan mata,\" sambungnya. Anis Matta menegaskan, bahwa semua agenda pasangan Prabowo-Gibran adalah memperjuangkan kepentingan umat Islam. Mulai dari pemberian gizi ibu hamil, makan siang gratis di sekolah, wajib belajar 16 tahun hingga kuliah gratis. \"Itu semua adalah sarana pemberdayaan bagi umat Islam. Dan Umat Islam akan mendapatkan keuntungan terbesar dari semua agenda yang diperjuangkan Pak Prabowo,\" tegasnya. Ketua Umum Partai Gelora ini menilai kesungguhan Prabowo dalam memperjuangkan kepentingan Islam, bisa dilihat dari semangat pantang menyerah dalam mengikuti kontestasi Pilpres, meskipun sudah pernah kalah dua kali. \"Kalau targetnya kursi biasanya sudah menyerah, apalagi sudah tua, orang akan berpikir begitu. Maknanya dia punya agenda dalam hidupnya yang ingin diperjuangkan. Pak Prabowo ini punya cita-cita besar,\" jelasnya. Prabowo, lanjutnya, memiliki pemahaman tentang situasi geopolitik dunia sekarang yang berada dalam ancaman krisis besar.  Sebab, informasi mengenai geopolitik ini, tidak banyak didapat elite-elite nasional, padahal hal itu sangat fundamental. Situasi geopolitik sekarang berbahaya bagi bangsa dan negara, karena ada ancaman perang kawasan dan perang global. \"Sehingga kita tidak sedang mencari pemimpin yang sempurna, tetapi pemimpin yang tepat pada waktunya, tepat pada tempatnya dan tepat pada situasinya. Pak Prabowo adalah adalah orang yang paling tepat memimpin kita saat ini. Prabowo adalah man of the moment,\" pungkasnya. Dialog Keumatan ini dihadiri kurang lebih 1.000an orang berasal tokoh alim ulama, kiai, ustad, ibu-ibu majelis taklim se-Kota Depok. Juga dihadiri pada pengurus, kader dan simpatisan, serta calon anggota legislatif DPR, DPRD Provinsi Jawa Barat, dan DPRD Kota Depok. Mereka antara lain Dedi Miing Gumelar dan Ratu Ratna Damayani, caleg DPR Ri daerah pemilihan (dapil) Jabar VI (Kota Bekasi dan Kota Depok), serta Achmad Chudori, caleg DPRD Provinsi dapil Jabar VIII (Kota Bekasi dan Kota Depok). Dialog Keumatan ini juga dihadiri Ketua Bappilu Partai Gerindra Jawa Barat Aries Marsudiyanto, perwakilan partai politik Koalisi Indonesia Maju, politisi senior Partai Gelora Deddy Mizwar, Ketua Bangter II DPN Partai Gelora dan lain-lain. (Ida)

Pemilu 2024, Perang Penentu Masa Depan Indonesia

Oleh: Syaiful Bahri Rurai | Anggota DPR RI Periode 2014-2019 PEMILU  kali ini, terlihat menguatnya pertarungan gerakan di bawah permukaan, bukan sekadar pada WA Group dan medsos, namun operasi daratlah yang menentukan akhir kemenangan dari sebuah perang. Walaupun perang via medsos, hanyalah operasi udara di dunia maya semata, yang bisa saja mempengaruhi persepsi publik.  Namun operasi darat, adalah pasukan infanteri di lapangan yang menentukan akhir sebuah pertempuran dan perang, makanya infanteri adalah queen of the battle. Tentu saja pasukan darat tersebut harus pula mendapat bantuan tembakan dari pasukan artileri medan, dan juga kavaleri, agar tidak banyak jatuh korban yang berjatuhan.  Dengan turun tangannya sang raja ke medan laga, itu berarti indikasi kuat bahwa kontestasi pemilu 2024 semakin kencang dan kompetitif. Intinya seluruh operasi dalam sebuah perang, tetap saja bertumpu pada operasi intelijen sebagai tulang punggungnya.  Makanya Hadist Nabi menyebut \"Al-harbu khid\'ah\" karena politik, adalah perang tanpa darah, dan perang adalah politik dengan darah, kata Mao Tze Tung, juga Carl von Clauzewits. Mao Tse Tung menyebut kemenangan perang bertumpu pada operasi gerilya, dengan strategi desa mengepung kota.  Strategi mana telah berhasil melumpuhkan pihak Kuo Min Tang dibawah pimpinan Chiang Kai Sek pada 1948. Mao pun akhirnya berhasil menguasai China daratan sepenuhnya. Kuo Min Tang pun akhirnya memilih mundur ke Taiwan. Gerilya pun terbagi dua, ada total gerilya, dan ada hit and run.  Dalam sejarah Indonesia, sesaat setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, kita pun tak luput dari intervensi asing. Indonesia pernah diserbu sekian Divisi Pasukan Inggris, dengan melibatkan detasemen Gurkha yang terkenal tangguh di segala medan tersebut.  Inggris sebagai pemenang Perang Dunia II, memiliki alutsista lengkap, darat, laut dan udara, namun mereka kalah di Surabaya, karena ada spirit pada rakyat yang melawan secara kolektif dan solid berjibaku, walau hanya dengan bermodalkan *Resolusi Jihad* Para Kyai (KH Hasyim Ashari dan KH Chasbullah Wahab), yang ikut membentuk lasykar² perlawanan seperti Hizbullah dll untuk bangkit melawan sampai titik darah penghabisan.  Tercatat dua orang Brigadir Jenderal Inggris tewas, di Morokrembangan dan Jembatan Merah, Surabaya, ditangan milisi sipil yang justeru tidak terlatih dengan baik secara militer tersebut. Mereka dengan gagah berani menghadang militer Inggris, walau hanya dipimpin seorang anak muda Bung Tomo, dengan modal retorika yang menggema: *Allahu Akbar* dan *Merdeka atau Mati* lewat siaran Radio Pemberontak. Hingga 3 orang tukang becak jalan Tunjungan Surabaya, dengan gagah berani menaiki puncak menara Hotel Yamato (eks Hotel Oranye, sekarang: Hotel Majapahit), untuk merobek bendera Belanda menjadi Merah Putih, walau tewas ditembus peluru Belanda.  Lalu pada tahun 1947 dan 1948, Indonesia secara resmi diserbu Militer Belanda pada Agresi I dan II, dengan mengerahkan 200,000 pasukan militernya. Belanda secara sepihak membatalkan Perjanjian Renville yang ditanda tangani diatas kapal perang AS USS Renville tersebut. Namun perlawanan gerilya \"hit and run\" dari Panglima Besar Sudirman, yang sementara sakit paru² berat, beserta rakyat, berhasil melumpuhkan militer Belanda.  Bahkan panglima pasukan KNIL, Jenderal Simon Hendrik Spoor pun tewas tertembak oleh pasukan gerilya pimpinan Kapten Maraden Panggabean di Sumatera Timur (Sumut sekarang), walau versi Belanda menyebutnya tewas diracun oleh operasi telik sandi gerilya Indonesia, karena saking malunya Belanda untuk mengakui sang jenderalnya tewas ditangan pasukan TNI..Nakh, sekarang pemilu juga adalah tak lepas dari campur tangan kepentingan asing dan aseng.  Karena posisi geostrategis, dan SDA Indonesia yang sangat kaya dan melimpah, begitu menjanjikan baginsiapapun yang menguasainya...Nusantara memang telah lama di incar, bahkan sejak era Kediri dibawah Raden Wijaya dan Kertanegara, telah di invasi oleh Pasukan Kubilai Khan sebanyak dua kali, namun 30,000 Prajurit Mongol yang sangat kesohor dan ditakuti tersebut, justeru kucar-kacir di tanah Jawadwipa pada 1293.  Bahkan Komandannya Meng Khi, dipotong hidungnya oleh pendekar-pendekar pribumi yang tak rela tunduk kepada asing dan aseng. Prinsip lama Sun Tze seakan berlaku abadi: \"kenalilah musuhmu, maka engkau akan memenangkan 1000 pertempuran.\" Indonesia kali ini butuh pemimpin baru, yang benar-benar memahami akan perubahan geopolitik, baik regional maupun global dewasa ini. Karena dunia sedang tidak dalam kondisi baik-baik  saja.  Disekeliling kita, ada eskalasi di Laut China Selatan (LCS) dengan kencangnya klaim China melalui Ten Dash Lines nya, di selatan kita telah ada Pakta AUKUS antara Australia, AS dan Inggris, yang mengantisipasi kehadiran China di Pasifik Selatan, dan  di Pasifik ada juga Aliansi QUAD.  Ini seakan memutar memori kita kembali pada era Cold War. Namun kali ini *Cold War Going Hot* nampaknya. Dan Pemilu 2024 ini, adalah penentuan seperti apa nantinya wajah dan eksistensi Indonesia dimasa depan. Mengutip Gandhi: *the future depends on what we do today.*_