ALL CATEGORY

Jokowi Makin Nekad, Kalap dan Brutal

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Merah Putih  JOKOWI terlihat ada gangguan psikologis. Endorsement power    Jokowi sudah selesai, kekuatan endorsenya  telah berkurang atau melemah namun dirinya seolah masih ingin mengatur dan berkuasa. Hal tersebut menandakan bahwa Jokowi mengalami delusi,  kondisi dimana penderitanya tidak lagi dapat membedakan antara realita dan hanya bayangan. Orang yang mengalami gangguan delusi akan menganggap apa yang telah dialami dan terjadi sukses kemenangan Pilpres 2019 dengan segala cara diyakini dan menjadi bayangan bisa diulang kembali, untuk kemenangan Capres dan Cawapresnya. Tidak sadar keadaan dan sikon politik masyarakat sudah berubah, rakyat pada posisi kesadaran tertinggi bahwa kecurangan pilpres 2019 yang telah membawa petaka tidak boleh terjadi lagi.  Pelaksana Pilpres yang tinggal menghitung hari perkembangan dan fenomena politik licik oleh Jokowi dengan semua kekuatan dan kekuasaannya makin menggila, semua aturan diterabas, asal bisa menenangkan Calon Presiden dan wakilnya. Pasangan Calon  Capres / Cawapres Anies Baswedan - Muhaimin dan Ganjar Pranowo - Machfud MD dalam ancaman serius akan di patahkan dan dirusak oleh rezim Jokowi  ditengah jalan, dengan macam macam rekayasa politik busuk, kotor dan licik. Khususnya Pasangan Capres Anies Baswedan dan Muhaimin  dengan semangat perubahan yang makin membesarkan di semua daerah dan hampir pasti bisa menenggelamkan Pasangan Prabowo Subianto dan Gibran harus bisa di hancurkan dengan segala cara. Delusi yang terbaca dengan kuat, ketika Gibran dalam ancaman maka hanya dengan cara curang ( memanipulasi suara ) adalah satu satunya cara dan jalan terakhir bagi Jokowi. Menghadapi protes rakyat, Jokowi sudah menyiapkan  semua perangkat keamanan negara, KPU, Panwas dan Mahkamah Konstitusi sebagai benteng terakhir sengketa pemilu semua sudah dalam siaga tinggi. Dalam kondisi seperti ini Pasangan Calon Capres / Cawapres Anies Baswedan - Muhaimin dan Ganjar Pranowo - Machfud MD bersama masa pendukungnya harus siaga tinggi melawan, menghadang dan menghadapi begal politik yang sedang berjalan, kecurangan yang pasti akan terjadi. \"Mengharapkan Pilpres jujur dan adil sudah tipis harapan karena Presiden Jokowi sepertinya sudah benar benar nekad, kalap, bruta dan membabi buta akan merusak proses Pilpres berjalan dengan normal sesuai demokrasi yang wajar dan normal.\" Pesan politik rakyat mutlak harus di hidupku dan di kobarkan ke seluruh penjuru negeri, apabila Jokowi tetap nekar, kalap, brutal dan membabi buta akan memenangkan Capres / Cawapresnya dengan segala cara sama saja membuka front terjadinya kerusuhan nasional. Strategi  kekuatan rakyat melawan para begundal demokrasi, dari rakyat akan muncul sebagai kekuatan yang tidak mungkin bisa dilawan oleh kekuatan apapun. Rezim penguasa harus diberi sinyal dan peringatan tegas dan keras bahwa kerusuhan nasional bisa membawa negara pada perang saudara akan terjadi.***

Air Mata dan Nyawa Rakyat Jelata

Oleh Ubedilah Badrun | Analis Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Di tengah hiruk-pikuk Pemilu 2024 yang penuh gimmick dan dramaturgi ada baiknya beri ruang dan sedikit waktu untuk merenung. Sebab sesunguhnya merenung adalah jendela batin untuk memetakan problem, anomali dan paradox dalam kehidupan sosial kita, dalam kehidupan kebangsaan kita. Ada banyak problem sosial yang menggambarkan fenomena paradox, misalnya ada entitas sosial yang serba kecukupan dan berlebihan, di saat yang sama ada entitas sosial lainya yang hidup serba kekurangan. Dalam situasi itu kita memerlukan kepekaan untuk merespon dan peduli, apalagi ketika institusi negara telah abai terhadap mereka yang menderita, mereka yang kesepian. Derita dan Kematian dalam Sepi Hidup dalam situasi sosial ekonomi yang terbatas, bukan karena tidak mau bekerja tetapi karena pekerjaan tak bisa memberi kesejahteraan, bahkan seringkali diputus sepihak oleh mereka yang berkuasa. Tidak lagi berada dalam keramaian bisingnya mesin pabrik, dan hiruk pikuk para pekerja, dia telah menjadi sepi. Seperti tIdak ada lagi harapan. Tak ada tempat sesama untuk bergantung. Baik kepada keluarga, atau saudara yang kondisinya ternyata juga tak jauh berbeda. Tidak ada jalan lain kecuali jalan sunyi, sepi dan air mata. Dalam situasi beban ekonomi yang berat dan hidup sosial yang sepi, seringkali menjadi faktor untuk memilih jalan pintas mengakhiri hidup atau bunuh diri. Tidak banyak di antara kita yang membuka ruang batin untuk melihat data dan fakta sosial tentang semakin banyaknya masyarakat yang memilih mengakhiri hidup secara tragis itu. Faktanya  data angka bunuh diri di Indonesia dalam tiga tahun terakhir ini jumlahnya melonjak naik sangat drastis. Pada tahun 2021 ada 629 kasus bunuh diri, tahun 2022 terdapat 902 kasus bunuh diri, dan tahun 2023 ada 1.214 kasus bunuh diri (Puskinas Polri, 2023). Grafiknya naik. Mayoritas kasus bunuh diri dilakukan karena beban ekonomi yang berat. Fakta Menyayat Hati Mungkin anda dan kita semua masih ingat dengan Kristianto Billy (27 tahun), pemuda Kasongan-Kalimantan Tengah yang gantung diri di kamar rumahnya pada malam (2022), dua tahun setelah rame-rame UU Omnibus Law Ciptaker diprotes dan disahkan secara terburu-buru oleh DPR saat itu (2020). Kisahnya mengiris hati sebab dia bunuh diri karena tidak terima dirinya terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau diberhentikan dari pekerjaannya secara sepihak. Padahal pagi harinya baru saja dia bercerita kepada pamannya tentang kondisi ekonominya yang berat karena telah di PHK.  Sehari kemudian di daerah dan tahun yang sama, kisah menyayat hati itu terjadi lagi, namanya Leno B Jinu (49 tahun) yang setiap pagi bekerja menjala ikan ditemukan gantung diri dipinggir sungai. Ia bunuh diri ditengah kondisi ekonominya yang sulit sembari merawat istrinya yang terkena kanker kista. Tragedi bunuh diri juga terjadi lagi, kali ini satu keluarga di Malang, Jawa Timur  terjadi pada 2023. Dalam insiden tersebut, seorang ayah tewas bersama istri dan satu anaknya yang berusia 13 tahun. Sebelum mengakhiri hidup, sang Ayah yang menghadapi masalah ekonomi dan banyak utang menulis pesan  \"Kakak jaga diri. Papa, mama, adik pergi dulu. Nurut uti, kung, tante, dan om. Belajar yang baik. Love you kakak,\" pesan sang Ayah bernama Wahab kepada anak pertamanya yang masih hidup, dengan derai air mata sang anak membacanya. Tragedi kematian keluarga terjadi kembali. Empat anak usia dini di sebuah rumah kontrakan yang terletak di Gang Roman, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada Desember 2023 juga telah meninggalkan duka mendalam. Bermula ketika sang Ayah (P) dan istrinya (D) tidak lagi bekerja, hingga mengalami problem ekonomi serius. Sejak itu, sejumlah permasalahan muncul hingga berujung kematian 4 anaknya yang berusia 6 tahun,4 tahun ,3 tahun dan 1 tahun. Beban ekonomi yang berat dan problem keluarga membuatnya kehilangan rasionalitas hingga mengakhiri hidup anak - anaknya yang masih balita. Awal Januari 2024, MJ (31), warga Musi Banyuasin, Sumatera Selatan ditemukan gantung diri tepat di tempat pencucian mobil sekitar pukul 07.00 WIB. Anak muda itu diketahui baru saja sehari bekerja di bengkel cucian mobil (car wash) di Kota Jambi. DIa bunuh diri karena beban ekonomi yang juga berat disusul kemudian masalah rumah tangganya. Faktor Ekonomi dan Tiadanya Solidaritas Organik Sosiolog Emile Durkheim (1858-1917) dalam bukunya berjudul Suicide (1897) mengemukakan bahwa salah satu tipe bunuh diri adalah bunuh diri Anomik, yaitu suatu praktik bunuh diri akibat kegagalan pembangunan ekonomi dan pembagian kerja yang tak mampu menghasilkan solidaritas organik. Kesenjangan sosial ekonomi yang tinggi antara kaya dan miskin, banyaknya kelompok ekonomi rentan dan runtuhnya norma-norma sosial yang mengatur perilaku, oleh Emile Durkheim (1897) keadaan ini disebut anomie. Dari keadaan anomie inilah muncul segala bentuk perilaku menyimpang, dan yang paling menonjol adalah tindakan bunuh diri. Faktanya di Indonesia,  kesenjangan sosial ekonomi masih terus menganga, kelas menengah rentan  (aspiring middle class) angkanya mencapai lebih dari 115 juta (World Bank, 2023). Secara sistemik ini bisa dilihat sebagai fakta persoalan serius pembangunan di Indonesia. Situasi rentan ini dampak sosialnya sampai ke ranah psikologi sosial yang  berat di derita masyarakat. Ada penderitaan sosial ekonomi yang berat yang menyebabkan seseorang mengakhiri hidupnya. Episode Besar dan Air Mata Darah Kisah tragis Kristisnto Billy dan Leno B Jinu di Kalimantan, keluarga Wahab di Malang, Keluarga Panca di Jakarta Selatan, kisah  MJ di Jambi dan kisah derita lainya yang tak bisa diceritakan, adalah air mata dan nyawa rakyat jelata yang menjerit ditengah keramaian elit berebut kekuasaan, keramaian elit mengabaikan moralitas dan konstitusi.  Bahkan ada yang berpesta menumpuk kekayaan karena privilage sebagai keluarga penguasa. Ya..Air Mata dan Nyawa  Rakyat Jelata masih sering diabaikan dalam hiruk pikuk politik. Rakyat jelata masih terus menjerit berharap ada episode besar yang membawanya pada kemakmuran. Di manakah tuan episode besar itu? Apakah harus menunggu air mata darah kembali menetes? ....

Konglomerat Sofjan Wanandi Ajak Generasi Pemuda Coblos Pemimpin Tanpa Beban Masa Lalu

Jakarta | FNN - Perhelatan Pilpres tinggal menghitung hari, sejumlah pihak telah pula menentukan pilihannya. Terbaru adalah konglomerat Indonesia Sofjan Wanandi yang secara tegas mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Menurut Sofyan, pasangan ini mempunyai rekam jejak baik sehingga akan mampu memberikan kepastian kondisi negara. Konglomerat senior ini pun terang mengakui bahwa pengusaha sangat membutuhkan sebuah kepastian yang hanya bisa dijamin oleh pemimpin dengan rekam jejak jelas.  \"What is the best for this country? Just do it! Nggak usah lagi. Sudah tidak ada waktu, sisa 16 hari mau debat apa? Kamu bisa ubah siapa? Kamu harus mengubah diri, mesti berubah untuk masa depan bangsa ini, untuk itu pilih nomor tiga,\" ujar Sofjan dalam acara \"All Out Ganjar Mahfud\" yang diadakan Alumni SMA Top Gan di Jakarta, Minggu (28/1/2024).  Alumni SMA Top Gan sendiri terdiri dari alumni SMA Kanisius, Pangudi Luhur, Tarakanita, Santa Ursula, St Theresia, Gonzaga, dan Loyola. Di saat bersamaan, Sofjan kemudian mengkritisi kepemimpinan Presiden Jokowi meskipun sejak awal kepemimpinan Jokowi dan Jusuf Kalla, ia ikut mendukung penuh. Namun kata Sofjan, saat ini Jokowi telah mengabaikan cita-cita reformasi dan bahkan indikasi kecurangan Pemilu 2024 semakin terlihat. \"Jokowi menjanjikan reformasi, namun apa yang dilakukan sekarang persis terbalik. Jadi apalagi yang mau dibicarakan mengenai masa depan? Apa yang seseorang bikin di masa lalu, dari situ kita bisa menentukan. Kalau nomor tiga kita anggap lebih baik itu karena masa lalu mereka memang membuktikan apa yang telah mereka kerjakan untuk bangsa ini. Apa jejaknya, apa kekurangan dan kelebihan,\" ungkapnya.  Dengan tegas, Sofjan kemudian mengajak generasi muda lebih cerdas dalam menentukan pilihan politik. Rekam jejak paslon dapat diakses melalui berbagai media dan generasi muda memiliki kecerdasan untuk menentukan yang terbaik bagi mereka.  \"Anda lebih pintar dari kita untuk menentukan yang terbaik bagi Anda. Saya pikir itu saja. Make it very simple! Kalau Anda tanya pengalaman saya 50 tahun lebih, 10 kali pemilu saya sudah ikut. Bahkan, aktif membuat siapa yang jadi presiden. Kali ini saya merasa komitmen saya terhadap Top Gan (Ganjar-Mahfud),\" tegas Sofjan. (sws)

Guru Besar Romo Magnis Soeseno Singgung Soal Ucapan 'Ndasmu Etik' Prabowo, Masih Mau Pemimpin Begitu?

Jakarta | FNN - Etika menjadi sangat penting bagi setiap sendi kehidupan. Karenanya Guru Besar Filsafat Moral, Franz Magnis Suseno sangat resah dengan ucapan \'Ndasmu Etik\' calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto yang disampaikan di hadapan para pendukungnya, belum lama ini. Diketahui, Prabowo mengucapkan itu usai dicecar soal etika dalam debat pertama Pilpres 2024. Franz Magnis Suseno pun menyebut situasi politik Pemilu 2024 dalam kondisi genting.  Alasannya, banyak orang yang menjadi korban di era reformasi atas dasar Pancasila, Keyakinan, dan Etika. Tetapi kini, etika justru dinodai hingga adanya tanda-tanda Pemilu mendatang bakal dipengaruhi penguasa dan tanda-tanda manipulasi.  \"Sekarang kita menghadapi situasi \'etika ndasmu\', apa kita mau dipimpin oleh orang yang menodai etika, itu serius loh tampak etika kekuasaan merosot, paling-paling kekuasan yang disebut oligarki dan sebagainya, saya melihat ada tanda-tanda sekarang juga bukan hanya arah pemilihan mau dipengaruhi oleh penguasa, tapi tanda-tanda manipulasi,\" katanya dalam Talkshow yang digelar Alumni SMA Top GUN di Triboon Jeruk Purut, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (28/1/2024). Menurut Romo Magnis, kalau indikasi kecurangan itu betul adanya maka kita dapat kesan pemilihan umum kali ini sudah tidak adil. \"Maka betul-betul dicuri, kita dalam situasi gawat yah, lebih gawat dari sebelum reformasi,\" kata Romo mengingatkan. Romo Magnis melanjutkan, sejatinya dalam memilih capres-cawapres, prinsipnya adalah dengan tidak memilih pasangan yang dinilai paling buruk. \"Apakah situasi itu genting, iyah. Saya mau sedikit jelaskan situasi genting itu, kemarin saya ditanyai sahabat saya Din Syamsuddin (Muhammad Sirajuddin Syamsuddin), Romo pilih siapa, saya jawab saya pegang pada prinsip saya, pokoknya jangan yang terburuk, yang terpilih yang lain, jadi saya akan putuskan kemudian,\" tuturnya. (sof)

Ganjar Pranowo Pastikan Program Satu Keluarga Satu Sarjana Terealisasi, Sudah Terbukti Saat Gubernur

Kulon Progo | FNN - Satu keluarga miskin, satu sarjana merupakan program yang pasti dijalankan pasangan capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar-Mahfud. Hal ini merupakan komitmen Ganjar Pranowo sejak lama dan sudah dibuktikan saat menjabat Gubernur Jawa Tengah. Kepastian akan menjalankan program tersebut kembali ditegaskan Ganjar saat hadir dalam acara kampanye akbar bertajuk Hajatan Rakyat Yogyakarta di Alun-alun Wates, Kulon Progo, DIY, pada Minggu (28/1/2024) sore. Ganjar merespon teriakan massa yang meminta adanya sekolah gratis. Menjawab permintaan itu, Ganjar kemudian balik bertanya: sekolah gratis atau makan gratis. Massa kompak menjawab: sekolah gratis. Mendapat jawaban itu, Ganjar pun mengamini kebutuhan sekolah gratis demi kepentingan masa depan generasi muda. Sekolah gratis adalah sebuah program yang menurut Ganjar diidam-idamkan masyarakat Indonesia selama ini. \"Maka satu keluarga miskin, satu sarjana. Itulah yang kemudian diharapkan nantinya mereka akan jadi anak-anak hebat membantu keluarganya, membantu orang tuanya karena pasti mereka punya budi pekerti yang luhur,\" ucap capres pasangan cawapres Mahfud MD itu. Diketahui, saat menjadi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar telah memulai program vokasi. Program ini dirancang melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan dipersiapkan agar anak bisa cepat bekerja.   \"Terasa betul ciri-ciri kemiskinan melekat mulai hilang karena fasilitas kehidupan jauh lebih baik,\" paparnya. Ganjar kemudian menilai semua daerah harus menjalankan program tersebut yang dikomandoi oleh pemerintah pusat. Pendataan akan dilakukan dengan rinci, penyusunan sistem canggih dan pelaksanaan dengan benar dan transparan. \"Negara bisa hadir membantu keluarga itu agar ada anaknya 1 sarjana dalam keluarga miskin untuk mengubah nasibnya,\" terang Ganjar. (dos)

Paket Lengkap Cawapres Mahfud MD, Pendekar Hukum di Segala Medan

Jakarta| FNN - Siapa tak kenal Mahfud MD, seorang profesor hukum yang integritasnya tidak diragukan lagi. Banyak godaan duniawi yang  bisa dengan mudah membuatnya bergelimang harta, tetapi Mahfud lebih memilih tetap \"miskin\". Hidup sederhana, apa adanya. Di Indonesia, tak banyak sosok yang  sepaket komplit Mahfud MD. Pernah sebagai anggota DPR (legislatif), Menteri Pertahanan dan sekarang Menkopolhukam (eksekutif), hingga Hakim Konstitusi (yudikatif). Semua pilar demokrasi diborongnya, dan tak pernah sekalipun meninggalkan catatan negatif. Namun yang paling menarik dari Sampang, Madura, 13 Mei 1957, ini adalah ketegasannya. Ia tak pernah neko-neko, selalu konsisten antara ucapan dan perbuatan. Tidak peduli siapapun lawannya. Itu sebabnya, Mahfud layak disebut sebagai pendekar hukum yang siap bertarung di segala medan: legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Bakat Mahfud yang menguasai bidang hukum memang sudah terlihat sejak kuliah, saat ia menempuh pendidikan di dua perguruan tinggi sekaligus. Yakni Jurusan Sastra Arab di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Jurusan Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta. Lulus kuliah, Mahfud langsung mengabdi di UII sebagai dosen hukum sembari mengambil program magister dan doktoral di UGM. Mahfud kemudian diangkat menjadi Guru Besar bidang Politik Hukum pada tahun 2000, dalam usia 43 tahun.  Nama Mahfud mulai terdengar secara nasional saat dia dipilih menjadi Menteri Pertahanan oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada periode 2000-2001. Mahfud juga merangkap Menteri Kehakiman dan HAM di masa jabatan Abdurrahman Wahid. Puncaknya, nama Mahfud langsung naik ke panggung nasional saat ia ditunjuk Presiden Gus Dur sebagai Menteri Pertahanan. Sebuah jabatan yang saat itu masih asing diduduki oleh sipil. Namun nyatanya, Mahfud mampu mengemban amanah itu selama masa kepemimpinan Gus Dur. Di saat bersamaan, Mahfud juga merangkap Menteri Kehakiman dan HAM. Usai dari legislatif, Mahfud kemudian beralih ke dunia legislatif dengan menjadi anggota DPR pada 2004 dari PKB. Berselang tiga tahun, tepatnya 2008, Mahfud terpilih sebagai Hakim Konstitusi, dan juga ditunjuk sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) untuk masa jabatan 2008 hingga 2013. Selama memimpin MK, Mahfud dikenal sebagai Hakim Konstitusi yang tegas dan tidak ada kompromi terhadap apapun dan siapapun. Di era Mahfud, lembaga MK sangat disegani dan dihormati. Itu karena Mahfud selalu menerapkan prinsip yang betul-betul berlandaskan hukum. Dengan segudang pengalaman dan integritas yang dimilikinya, kini Mahfud MD resmi bertarung sebagai cawapres nomor urut 3 mendampingi Ganjar Pranowo. (Ida)

Ganjar Pranowo Bukan Anak Kemarin Sore, Pembela Wong Cilik dari Gunung Lawu

Jakarta | FNN - Ganjar Pranowo tak mudah menyerah, sikap dan karakter yang telah terpatri sejak kecil dalam dirinya. Kuncinya, ia ikhlas menjalani setiap tugas yang diamanahkan kepadanya.  Terlahir sebagai anak seorang polisi dan dari ibu yang sederhana, Ganjar kini menjelma menjadi sosok yang sangat tepat memimpin Indonesia. Terlebih, pengalaman Ganjar juga sudah lengkap. Dari anggota DPR tiga periode, Gubernur Jawa Tengah dua periode, hingga kini sedang berjuang merebut RI-1. Kepemimpinan Ganjar yang lahir pada 28 Oktober 1968 di desa lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah, ini semakin komplit usai menyunting Siti Atikoh, seorang istri berdarah pesantren. Sebagai putri anak pemilik pondokan di Banyumas Jawa Tengah, Siti Atikoh sudah jelas menjunjung tinggi etika, adab, dan tatakrama. Perintah agama menjadi patokan utama dalam menandingi suami dan mendidik anak. Pertemuan Ganjar dan Atikoh sendiri terjadi pada 1994 ketika Ganjar melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN), saat ingin menyelesaikan Sarjana Hukum dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.  Uniknya, Ganjar yang mendalami ajaran Bung Karno lewat organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), malah sangat cocok dengan Atikoh yang berlatarbelakang NU dan PPP. Keduanya pun menikah pada tahun 1999 dan memiliki satu orang anak laki-laki yang bernama Muhammad Zinedine Alam Ganjar, yang lahir pada 2003. Alam Ganjar, seiring pendidikan dan bimbingan orangtuanya, juga tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, tangguh, dan paling penting menjunjung adab dan etika. Alam Ganjar tak pernah menunjukkan dirinya sebagai anak pejabat dengan segala kemudahannya. Ia justru tampil apa adanya,  sederhana dan menjauhi sifat-sifat hedonis. Kembali ke Ganjar Pranowo. Bagaimana Ganjar berubah menjadi sosok yang dikenal dekat dengan rakyatnya sejatinya tidak terjadi secara instan. Tetapi sudah dipupuk sejak lama, bahkan ketika Ganjar masih aktif sebagai mahasiswa di UGM Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan ketika ia secara resmi bergabung dengan PDI (kini berubah PDI Perjuangan) pada 1996. Sejak saat itulah Ganjar kian gencar membela wong cilik. Awal karir politik Ganjar di DPR RI dimulai sejak 2004 hingga terpilih kembali pada 2009. Kemudian, menjadi Gubernur Jawa Tengah pada 2013 dan terpilih kembali pada 2018. Dengan kata lain, pengalaman Ganjar di legislatif dan eksekutif tercatat cukup lama yakni 20 tahun. Semasa Gubernur Jawa Tengah, salah satu aksi yang sangat menyita perhatian publik Indonesia adalah ketika ia memergoki petugas Dishub yang melakukan pungutan liar (pungli) di Jembatan Timbang Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah pada 27 April 2014. Ganjar melihat langsung kernet truk memberikan uang mulai Rp 10.000 sampai Rp 20.000 atau di bawah denda resmi tertinggi sebesar Rp 60.000 kepada petugas Dishub yang berjaga. Aksi Ganjar yang memergoki petugas nakal ini pun viral di media massa dan media sosial. Ganjar menegaskan tak ingin rakyatnya diperas oleh petugas pemerintah sendiri. Aksi membela wong cilik yang diperlihatkan Ganjar kemudian menjadi sangat fenomenal hingga menempatkan dirinya sebagai salah seorang kepala daerah yang sangat peduli terhadap rakyat kecil. (Ida)

Akar Rumput Sudah Kering

Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan MELIHAT tayangan video pidato Letjen Mar (Purn) Suharto yang ditayangkan RH Channel membuat kita merenung dan meyakini pernyataan itu ada benarnya. Mantan DanKormar saat peristiwa 1998 dan Ijen Dephankam dahulu ini menegaskan bahwa akar rumput (grassroot) sudah kering, jika ada yang menyulutnya pasti terbakar hebat.  Pengelolaan negara rezim Jokowi yang berantakan telah membuat kering akar rumput.  Anggota Petisi 100 Letjen Mar (Purn) Suharto mengktitisi perilaku Jokowi dan rezimnya. Mulai dari ketidakjelasan ijazah hingga kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat dan melanggar konstitusi. Baginya pemakzulan Jokowi menjadi bahasa dan upaya yang terlalu lunak bahkan rumit, menurutnya Jokowi harus segera digulingkan \"Meski sudah tua, saya siap memakai helm lagi, pakai senapan serbu kembali untuk merubah ini\", serunya.  Survey kepuasan yang tinggi kepada Jokowi adalah palsu dan bisa diuji di lapangan bagaimana yang sesungguhnya. Rakyat saat ini memendam rasa jengkel dan sudah muak pada perilaku politik Jokowi dan rezimnya. Kehidupan semakin berat di tengah lapangan kerja yang sempit dan sulit. Harga kebutuhan pokok terus naik sementara gaya hidup para pejabat tetap mewah, boros, dan hedonis.  Ada lima hal yang dapat membakar akar rumput kering ini, yaitu  :  Pertama, urusan perut rakyat yang sudah berat untuk mengisinya. Sembako yang dibagikan dan diserbu adalah gambaran itu. Politik sembako untuk penggiringan, suatu saat akan membakar diri sendiri. Ada ketidakadilan, pelecehan dan unjuk kemiskinan disana.  Kedua, kesenjangan antara kaya miskin termasuk arogansi komunitas warga negara keturunan Cina terhadap pribumi. Sekali ada insiden dapat menyulut kerusuhan dan penjarahan. Kemandegan pembauran menciptakan atmosfir yang rentan konflik.  Ketiga, korupsi khususnya suap menyuap yang semakin merajalela. Menyerang nilai-nilai moral bangsa. Sudah terbentuk stempel bahwa pemerintahan Jokowi adalah rezim korup. Korupsi kini lebih dahsyat dibanding masa Orde Baru. Lembaga anti korupsi sengaja dibuat mandul dan menjadi alat kepentingan politik.  Keempat, politik dinasti yang merupakan sentimen dan musuh rakyat. Sangat terang-terangan Jokowi membangun kekuasaan keluarga. Gibran telah menjadi racun demokrasi dan ragi monarki. Gerakan rakyat akan menguat untuk menumpas keserakahan penguasa. Gerakan anti politik dinasti.  Kelima, agama yang dipinggirkan dan umat beragama yang dipecah belah. Sementara penodaan agama diabaikan dan tidak bersanksi keras. Pelecehan terhadap nilai-nilai dan antribut keagamaan adalah pembakar rumput kering yang paling efektif dan cepat.  Sikap merasa bahwa kekuasaan dapat menentukan segalanya serta menginjak-injak martabat rakyat dapat menjadi bensin pembakar akar rumput kering pula. Pilpres 2024 dengan nafsu besar memenangkan Prabowo-Gibran dengan segala cara juga menjadi pembakar. Slogan curang berarti perang sudah terdengar di mana-mana.  Menang curang bukan akhir dari permainan akan tetapi menjadi permulaan dari permainan yang sebenarnya.  Rakyat akan menunjukkan kekuatan aslinya. Akar rumput Itu sudah kering.  Letjen Mar (Purn) Suharto menggelorakan semangat, khususnya untuk kaum muda :  \"Meski sudah tua, saya siap memakai helm lagi, pakai senapan serbu kembali untuk merubah ini\".  Akar rumput sudah kering. Bangkit atau punah.  Bandung,  29 Januari 2024

Anis Matta: Indonesia akan Stabil Apabila Kelompok Kanan dan Nasionalis Bersatu di Tengah

JAKARTA | FNN  -  Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta meminta para pendukung pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka untuk tidak alergi dengan kata \'aamiin ya rabbal alamin\'.  Sebab, hal itu adalah bagian dari doa, sehingga tidak perlu menggantinya menjadi kata \'qobul\'.  Anis Matta menilai yang mendoakan pasangan Prabowo-Gibran agar bisa memenangi pemilihan presiden (Pilpres) 2024, justru lebih banyak dibandingkan pasangan calon (paslon) lain. \"Jadi kalau ada yang mendoakan beliau (Prabowo Subianto, red) untuk menang dalam Pilpres, apalagi sampai menang satu putaran. Kita juga bilang aamin ya robbal alamin (kabulkan ya Tuhan, kabulkanlah), tidak perlu mengubahnya menjadi qobul,\" kata Anis Matta dalam Dialog Keumatan di Ronatama Graha & Convention Hall, Depok, Jawa Barat (Jabar), Minggu (28/1/2024) sore. Menurut Anis Matta, tidak perlu bermain-main dengan hal-hal seperti itu, apalagi mempermainkan ayat dan agama untuk kepentingan politik elektoral dalam pemilihan. \"Kita milih pasangan Prabowo-Gibran itu dengan yakin, dan tidak bermain-main dalam hal hal seperti itu. Insya Allah kita teguh dengan pilihan kita, yakin bahwa pilihan kita yang tepat. Dan mudah-mudahan, karena tepat akan dimenangkan oleh Allah SWT,\" katanya. Prabowo, kata Anis Matta, akan memberdayakan umat, dari orang yang tidak berdaya menjadi berdaya. Dari orang tidak berpengetahuan menjadi berpengetahuan, serta mengubah orang lemah menjadi kuat. \"Itulah yang menjadi cita-cita Partai Gelora, dan kenapa kita mendukung Pak Prabowo. Karena kita ingin mengubah Indonesia menjadi pemimpin dunia, menjadikan Indonesia sebagai negara superpower baru,\" katanya. Namun, hal itu akan terwujud apabila situasi Indonesia stabil, dan tidak ada pembelahan di masyarakat. Kelompok kanan dan nasionalis, menurutnya, harus disatukan seperti yang telah dilakukan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2019 lalu.. \"Hal ini sudah terbukti. Kita berhasil melalui Covid-19 dan krisis yang lalu, dimana ekonomi Indonesia relatif stabil dengan menyatukan dua orang yang berseteru menjadi sekutu yang kuat,\" katanya. \"Ini yang dilihat sebagai persatuan dalam menghadapi krisis besar. Bersatu pun sebenarnya, belum tentu bisa menghadapi krisis, apalagi tidak bersatu. Karena itu, saya tidak bisa membayangkan, apabila kita sebagai bangsa masih terbelah, sementara ancaman disintegrasi bangsa dan krisis di depan mata,\" sambungnya. Anis Matta menegaskan, bahwa semua agenda pasangan Prabowo-Gibran adalah memperjuangkan kepentingan umat Islam. Mulai dari pemberian gizi ibu hamil, makan siang gratis di sekolah, wajib belajar 16 tahun hingga kuliah gratis. \"Itu semua adalah sarana pemberdayaan bagi umat Islam. Dan Umat Islam akan mendapatkan keuntungan terbesar dari semua agenda yang diperjuangkan Pak Prabowo,\" tegasnya. Ketua Umum Partai Gelora ini menilai kesungguhan Prabowo dalam memperjuangkan kepentingan Islam, bisa dilihat dari semangat pantang menyerah dalam mengikuti kontestasi Pilpres, meskipun sudah pernah kalah dua kali. \"Kalau targetnya kursi biasanya sudah menyerah, apalagi sudah tua, orang akan berpikir begitu. Maknanya dia punya agenda dalam hidupnya yang ingin diperjuangkan. Pak Prabowo ini punya cita-cita besar,\" jelasnya. Prabowo, lanjutnya, memiliki pemahaman tentang situasi geopolitik dunia sekarang yang berada dalam ancaman krisis besar.  Sebab, informasi mengenai geopolitik ini, tidak banyak didapat elite-elite nasional, padahal hal itu sangat fundamental. Situasi geopolitik sekarang berbahaya bagi bangsa dan negara, karena ada ancaman perang kawasan dan perang global. \"Sehingga kita tidak sedang mencari pemimpin yang sempurna, tetapi pemimpin yang tepat pada waktunya, tepat pada tempatnya dan tepat pada situasinya. Pak Prabowo adalah adalah orang yang paling tepat memimpin kita saat ini. Prabowo adalah man of the moment,\" pungkasnya. Dialog Keumatan ini dihadiri kurang lebih 1.000an orang berasal tokoh alim ulama, kiai, ustad, ibu-ibu majelis taklim se-Kota Depok. Juga dihadiri pada pengurus, kader dan simpatisan, serta calon anggota legislatif DPR, DPRD Provinsi Jawa Barat, dan DPRD Kota Depok. Mereka antara lain Dedi Miing Gumelar dan Ratu Ratna Damayani, caleg DPR Ri daerah pemilihan (dapil) Jabar VI (Kota Bekasi dan Kota Depok), serta Achmad Chudori, caleg DPRD Provinsi dapil Jabar VIII (Kota Bekasi dan Kota Depok). Dialog Keumatan ini juga dihadiri Ketua Bappilu Partai Gerindra Jawa Barat Aries Marsudiyanto, perwakilan partai politik Koalisi Indonesia Maju, politisi senior Partai Gelora Deddy Mizwar, Ketua Bangter II DPN Partai Gelora dan lain-lain. (Ida)

Pemilu 2024, Perang Penentu Masa Depan Indonesia

Oleh: Syaiful Bahri Rurai | Anggota DPR RI Periode 2014-2019 PEMILU  kali ini, terlihat menguatnya pertarungan gerakan di bawah permukaan, bukan sekadar pada WA Group dan medsos, namun operasi daratlah yang menentukan akhir kemenangan dari sebuah perang. Walaupun perang via medsos, hanyalah operasi udara di dunia maya semata, yang bisa saja mempengaruhi persepsi publik.  Namun operasi darat, adalah pasukan infanteri di lapangan yang menentukan akhir sebuah pertempuran dan perang, makanya infanteri adalah queen of the battle. Tentu saja pasukan darat tersebut harus pula mendapat bantuan tembakan dari pasukan artileri medan, dan juga kavaleri, agar tidak banyak jatuh korban yang berjatuhan.  Dengan turun tangannya sang raja ke medan laga, itu berarti indikasi kuat bahwa kontestasi pemilu 2024 semakin kencang dan kompetitif. Intinya seluruh operasi dalam sebuah perang, tetap saja bertumpu pada operasi intelijen sebagai tulang punggungnya.  Makanya Hadist Nabi menyebut \"Al-harbu khid\'ah\" karena politik, adalah perang tanpa darah, dan perang adalah politik dengan darah, kata Mao Tze Tung, juga Carl von Clauzewits. Mao Tse Tung menyebut kemenangan perang bertumpu pada operasi gerilya, dengan strategi desa mengepung kota.  Strategi mana telah berhasil melumpuhkan pihak Kuo Min Tang dibawah pimpinan Chiang Kai Sek pada 1948. Mao pun akhirnya berhasil menguasai China daratan sepenuhnya. Kuo Min Tang pun akhirnya memilih mundur ke Taiwan. Gerilya pun terbagi dua, ada total gerilya, dan ada hit and run.  Dalam sejarah Indonesia, sesaat setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, kita pun tak luput dari intervensi asing. Indonesia pernah diserbu sekian Divisi Pasukan Inggris, dengan melibatkan detasemen Gurkha yang terkenal tangguh di segala medan tersebut.  Inggris sebagai pemenang Perang Dunia II, memiliki alutsista lengkap, darat, laut dan udara, namun mereka kalah di Surabaya, karena ada spirit pada rakyat yang melawan secara kolektif dan solid berjibaku, walau hanya dengan bermodalkan *Resolusi Jihad* Para Kyai (KH Hasyim Ashari dan KH Chasbullah Wahab), yang ikut membentuk lasykar² perlawanan seperti Hizbullah dll untuk bangkit melawan sampai titik darah penghabisan.  Tercatat dua orang Brigadir Jenderal Inggris tewas, di Morokrembangan dan Jembatan Merah, Surabaya, ditangan milisi sipil yang justeru tidak terlatih dengan baik secara militer tersebut. Mereka dengan gagah berani menghadang militer Inggris, walau hanya dipimpin seorang anak muda Bung Tomo, dengan modal retorika yang menggema: *Allahu Akbar* dan *Merdeka atau Mati* lewat siaran Radio Pemberontak. Hingga 3 orang tukang becak jalan Tunjungan Surabaya, dengan gagah berani menaiki puncak menara Hotel Yamato (eks Hotel Oranye, sekarang: Hotel Majapahit), untuk merobek bendera Belanda menjadi Merah Putih, walau tewas ditembus peluru Belanda.  Lalu pada tahun 1947 dan 1948, Indonesia secara resmi diserbu Militer Belanda pada Agresi I dan II, dengan mengerahkan 200,000 pasukan militernya. Belanda secara sepihak membatalkan Perjanjian Renville yang ditanda tangani diatas kapal perang AS USS Renville tersebut. Namun perlawanan gerilya \"hit and run\" dari Panglima Besar Sudirman, yang sementara sakit paru² berat, beserta rakyat, berhasil melumpuhkan militer Belanda.  Bahkan panglima pasukan KNIL, Jenderal Simon Hendrik Spoor pun tewas tertembak oleh pasukan gerilya pimpinan Kapten Maraden Panggabean di Sumatera Timur (Sumut sekarang), walau versi Belanda menyebutnya tewas diracun oleh operasi telik sandi gerilya Indonesia, karena saking malunya Belanda untuk mengakui sang jenderalnya tewas ditangan pasukan TNI..Nakh, sekarang pemilu juga adalah tak lepas dari campur tangan kepentingan asing dan aseng.  Karena posisi geostrategis, dan SDA Indonesia yang sangat kaya dan melimpah, begitu menjanjikan baginsiapapun yang menguasainya...Nusantara memang telah lama di incar, bahkan sejak era Kediri dibawah Raden Wijaya dan Kertanegara, telah di invasi oleh Pasukan Kubilai Khan sebanyak dua kali, namun 30,000 Prajurit Mongol yang sangat kesohor dan ditakuti tersebut, justeru kucar-kacir di tanah Jawadwipa pada 1293.  Bahkan Komandannya Meng Khi, dipotong hidungnya oleh pendekar-pendekar pribumi yang tak rela tunduk kepada asing dan aseng. Prinsip lama Sun Tze seakan berlaku abadi: \"kenalilah musuhmu, maka engkau akan memenangkan 1000 pertempuran.\" Indonesia kali ini butuh pemimpin baru, yang benar-benar memahami akan perubahan geopolitik, baik regional maupun global dewasa ini. Karena dunia sedang tidak dalam kondisi baik-baik  saja.  Disekeliling kita, ada eskalasi di Laut China Selatan (LCS) dengan kencangnya klaim China melalui Ten Dash Lines nya, di selatan kita telah ada Pakta AUKUS antara Australia, AS dan Inggris, yang mengantisipasi kehadiran China di Pasifik Selatan, dan  di Pasifik ada juga Aliansi QUAD.  Ini seakan memutar memori kita kembali pada era Cold War. Namun kali ini *Cold War Going Hot* nampaknya. Dan Pemilu 2024 ini, adalah penentuan seperti apa nantinya wajah dan eksistensi Indonesia dimasa depan. Mengutip Gandhi: *the future depends on what we do today.*_