serial-drama-jepang

Lawan Oligarki, Mega dan Anies Harus Bersatu 

Oleh Yusuf Blegur | Mantan Presidium GMNI  Sama-sama dikhianati dan didzolimi Jokowi. Mega dan Anies ditantang sanggup memasuki fase “vivere pericoloso” demi menyelamatkan Indonesia dari cengkeraman oligarki dan politik dinasti. Atmosfer politik nasional diprediksi akan mengalami turbulensi dan tumbukan di Jakarta. Pilgub Jakarta sepertinya tidak akan mengulang hasil pilpres 2024, dimana cawe-cawe presiden berkuasa dan politik dinasti mengangkangi konstitusi dan demokrasi. Indonesia bisa dipastikan akan  mencapai titik jenuh pada dominasi pragmatisme atas kedaulatan rakyat. Pilgub Jakarta perlahan membuka ruang bagi lahirnya perlawanan kekuatan spiritual terhadap hegemoni material. Rezim tirani mengalami antiklimaks kekuasaan, geliat perubahan tak terbendung lagi. Adanya Megawati Soekarno Putri dan Anies Baswedan dalam realitas kekuasaan tirani dibawah kepemimpinan Jokowi. Membuka peluang upaya melakukan dekonstruksi dan rekonstruksi atas distorsi akut penyelenggaraan negara selama satu dekade ini. Mega yang ikut berdosa bersama Jokowi, meski tersandera namun tegas menginsyafi keyakinan oposisinya. Pernah bersama Jokowi merajut kekuasaan, kini Mega melakukan perlawanan. Begitupun Anies Baswedan, berkali-kali menjadi bulan-bulanan kekuasan rezim Jokowi, tetap istiqomah dalam gerakan perubahan.  Mega dan PDIP memerlukan trigger politik pada pemimpin yang bisa menjadi representasi kekuatan arus bawah. Sementara Anies harus memenuhi kebutuhan elektoral yang menopang gerakan perubahan dalam jalur konstitusional dan demokratis. Kohesifitas politik Mega dan Anies akan menjadi manuver signifikan dalam pilgub jakarta, terlebih dalam menegasikan upaya melanggengkan kekuasaan rezim Jokowi yang konspiratif Megawati Soekarno Putri dengan kebesaran PDIP yang memiliki rekam jejak historis, ideologis dan empiris. Anies Rasyid Baswedan dengan politik integritas yang mengedepankan moral, etika dan spiritualitas. Keduanya figur pemimpin strategis itu, dapat membangun sinergi, kolaboritas dan bahkan kontrak politik jangka panjang untuk memulihkan Indonesia yang karut-marut. Dengan mengusung Anies sebagai calon gubernur Jakarta, Mega melalui PDIP telah mulai membuka tabir kegelapan kekuasan oligarki dan politik dinasti. Api kesadaran progressif revolusioner itu telah dihidupkan di Jakarta, ibukota negara yang terpinggirkan. Diliputi maraknya orientasi uang, kekuasaan dan jabatan serta politik sandera terutama tang terjadi pada kebanyakan pemimipin dan partai politik.  Mega dan Anies bisa melakukan inisiasi dan  berpotensi membangun simbiosis mutual demi keselamatan Pancasila, UUD 1945 dan NKRI. Momentum pilgub Jakarta yang mendesak, sesungguhnya bisa menghidupkan politik perubahan melalui simbiosis mutual Mega dan Anies. Semoga. Saat kedua anak-cucu pahlawan nasional bersatu. Bukan hal mustahil Mega dan Anies menghidupkan kembali api nasionalisme dan patriotisme  dalam dekadensi Indonesia. (*)