Belajar dari Debat Bersama Anak Muda, Anies Mulai Konsisten Soal IKN
Jakarta, FNN – Jika kita membahas kembali soal debat cawapres yang diselenggaran KPU beberapa waktu lalu, ada benang merah yang bisa dijadikan catatan berkaitan dengan pandangan para pemilih muda tentang cawapres muda Gibran.
Seperti disampaikan oleh Rocky Gerung dalam sebuah diskusi di kanal You Tubenya, bagi anak-anak muda, kecenderungan untuk kembali pada politik yang basisnya adalah akal sehat, perdebatan intelektual, dan pemeriksaan metodologi, tidak ada pada Gibran, karena Gibran tidak terlatih untuk berpikir secara metodologis. Gibran bisa mengucapkan sesuatu dalam 10 - 20 menit karena dia hafal. Jadi, lama-lama anak-anak muda tahu cara Gibran menerangkan idenya.
Ini bukan sekadar kesimpulan Rocky karena dia sudah berbicara dengan anak-anak muuda dan mereka menerangkan hal itu. Mereka mengakui terlihat cepat, tapi mereka bilang seperti diperam. Begitu selesai suhu peramnya, Gibran sudah tidak bisa lagi berpikir.
“Jadi, hal yang sebetulnya bisa disembunyikan oleh tim paslon 2 ini ternyata dibahas dan diulas dengan baik oleh netizen, terutama oleh anak-anak muda tadi,” ujar Rocky di kanal You Tube Rocky Gerung Official edisi Senin (1/1).
Anak-anak muda ini menganggap bahwa Gibran tidak memahami akar masalah. Hal itu terlihat dari ekspresi wajahnya. Mereka juga menerangkan bahwa kedengarannya Gibran paham akar masalah, tetapi kalau dikejar dua putaran (debat) pasti keteter. Inilah kesimpulan yang dibuat oleh pemilih muda yang hampir 60% menguasai suara di 2024 nanti.
Sebaliknya, di sisi lain, perubahan sikap Anies dalam menjawab soal IKN, sangat terlihat. Jika pada beberapa kesempatan awal Anies masih mencoba berdiplomasi, tapi lewat berbagai forum Desak Anies dan forum-forum lain akhirnya makin jelas sikap Anies terhadap IKN. Besar kemungkina hal ini terjadi karena peran para pemilih muda yang menginginkan Anies harus berbeda dengan rezim Jokowi kalau mau dipilih anak muda.
“Itu pentingnyanya debat itu berkelanjutan, supaya dialektikanya timbul,” ujar Rocky.
Dalam debat-debat sebelumnya Anies masih berupaya untuk mengikuti undang-undang dalam soal IKN. Tetapi, kemudian dia masuk dalam desakan yang baru di debat yang lain, lalu diuji apa yang Anda maksud sebagai harus dilanjutkan. Bukankah sesuatu yang buruk harus dibatalkan, kenapa dilanjutkan. Undang-undang itu bisa dibatalkan oleh undang-undang lagi. Akibatnya, Anies kehilangan argumen karena terasa bahwa konsistensi dia tidak ada kalau begitu. Oleh karena itu, Anies mulai mengubah.
“Jadi, Anies justru belajar dari debat itu. Ide dia tumbuh karena belajar dari debat. Kalau Gibran, dia enggak belajar dari debat. Dia berupaya untuk memengaruhi debatnya itu dengan basis yang sebetulnya itu-itu juga. Jadi, Anies tumbuh secara dialektik, Gibran berhenti dan final karena ada pikiran absolut yang sudah ditanamkan oleh bapaknya, yaitu keberlanjutan, keberlanjutan, keberlanjutan,” tegas Rocky. (ida)