Demonstrasi Menuju Pemerintahan Transisi
Oleh: Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI
NKRI memang tak pernah lepas dari tragedi.
Berbangga-bangga pada demokrasi, kenyataannya hidup dalam pemerintahan bertangan besi.
Konstitusi hanya menjadi alat legitimasi korupsi dan kolusi.
Oligarki masif menguras sumber daya alam dan kekayaan negeri.
Dari orde lama ke orde baru hingga ke orde reformasi, selalu ada peran pemuda pelajar dan mahasiswa.
Dinamika dan gerakan sekolah dan kampus selalu dibutuhkan saat menghadapi kedzoliman penguasa.
Tak pernah menyerah dan lelah menyampaikan suara rakyat jelata.
Meski unjuk rasa selalu dibayangi ancaman kematian atau penjara.
Rakyat tertindas hidup menderita menghadapi rezim kekuasaan tirani dan wabah pandemi.
Seiring waktu rakyat mulai jenuh dan memberontak pada pemimpin-pemimpin serakah dan pencuri.
Mahasiswa dan rakyat mulai bereaksi merasakan kegagalan agenda reformasi.
Bersama kekuatan perubahan lain seperti buruh tani nelayan, mengisi hari-hari dengan aksi massa dan massa aksi.
Pemerintahan gagal memicu situasi dan kondisi bagaikan kehidupan rakyat tanpa negara.
Perilaku kekuasaan menyimpang, membuat rakyat hidup tertekan, tanpa arah dan mulai merasakan putus asa.
Semakin tak berdaya dan tak mampu lagi berbuat apa-apa.
Gelombang demonstrasi untuk mewujudkan pemerintahan transisi, boleh jadi sebuah upaya bagi kebaikan seluruh rakyat Indonesia.