Gibran Bakal “Tunggangi” Gerindra Maju Pilkada DKI Jakarta?
PEMILU 2024 itu masih dua tahun lagi, tapi kalau Anda cermati para politisi sudah mulai mengambil ancang-ancang siapa yang akan maju dengan siapa akan berpasangan? Siapa yang akan dimintai dukungan dengan siapa akan berkoalisi?
Tanda-tandanya itu sudah mulai bisa kita baca dari sekarang. Yang sulit kita baca itu siapa cukong yang akan membiayainya karena transaksinya selalu di belakang layar dan di bawah meja, baru nanti setelah terpilih, kita nanti bisa menduga-duga dari kebijakan yang diambil itu menguntungkan siapa.
“Dari situlah kita bisa tahu ternyata kandidat ini didukung oleh Taipan ini, ternyata pejabat yang ini dulu pada waktu dia maju ke Pilpres itu didukung oleh cukong ini,” kata warawan senior FNN Hersubeno Arief dalam kanalnya, Hersubeno Point, Ahad (19/6/2022).
Calon ini didukung oleh kelompok bisnis ini begitulah konsekuensi dari sistim politik biaya tinggi seperti di Indonesia saat ini, hanya kandidat yang direstui dan didukung Taipan oligarki yang bisa maju dan memenangkan pemilihan.
Semuanya sudah diatur mulai dari siapa yang boleh maju, siapa yang akan menjadi wasitnya, bagaimana aturan permainannya, dan siapa yang akan jadi pemenang? Syarat utamanya figur itu harus nurut apapun kepentingan dari oligarki, begitulah realitanya politik Indonesia saat ini.
Menurut Hersubeno, siapa kandidat yang sudah mengambil ancang-ancang akan berlaga pada pilpres 2024? Coba perhatikan siapa saat ini yang paling banyak bertemu atau ditemui siapa.
Anda pasti bisa dengan mudah menyebut satu nama, yakni Ketum Partai Gerindra yang kini menjabat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Dia ini menjadi salah satu figur yang paling sibuk mondar-mandir sana-sini bertemu dengan tokoh ini, dengan tokoh itu, dengan ulama ini, bertemu dengan ulama itu dan sebagainya.
Hari Sabtu kemarin itu menjadi hari yang sangat sibuk bagi Prabowo. Siang harinya dia menerima kedatangan putra sulung Presiden Joko Widodo yang menjadi Walikota Solo Gibran Rakabuming di kediamannya itu di Kawasan Bukit Hambalang, Kabupate Bogor, Jawa Barat.
Pada malam harinya dia menerima kunjungan Ketum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin di rumahnya di Jalan Kertanegara Kebayoran Baru, Jakarta. Jadi dia dari Phuket di Hambalang untuk menemui Gibran dan turun pada sore harinya hingga malam harinya bertemu dengan Cak Imin.
Di Hambalang, Prabowo menyambut sangat hangat Gibran. Dia mengajak Gibran belajar naik kuda.
Pertemuan itu divideokan dan diposting di akun Instagram pribadi Gibran. Dia memberi keterangan cukup panjang berkesempatan silaturahmi dengan Pak @Prabowo. Kunjungan ini memenuhi undangan beliau waktu kami bertemu beberapa minggu lalu di pernikahan bulik saya di Solo. Pada momen itu saya juga diajari berkuda. Ternyata cukup menyenangkan.
Matur nuwun pak @Prabowo atas jamuan dan sambutanya yang begitu hangat, kami banyak mengobrol santai diskusi ringan namun membangun. Saya banyak ngangsu kaweruh soal Patriotisme, kebangsaan, dan berkendaraan dari beliau sebelum pulang beliau memberi oleh-oleh untuk Ethes ini sepatu untuk Jan Ethes ayok ajak dia ke Hambalang. Saya mau ajari dia berkuda itu tulis Gibran.
Ada pernyataan yang berbau-bau politik yang mengindikasikan bahwa ada tujuan lain selain silaturahmi, kemudian diajari naik kuda dan sebagai anak muda Gibran menyebut dirinya itu ngangsu kaweruh. Bahasa Jawa itu kalau dalam bahasa Indonesia, artinya menimba ilmu tentang patriotisme dan kenegaraan seperti dari figur seperti Pak Prabowo.
Ini beda sekali saat pertemuan dengan Cak Imin yang publik itu bisa langsung menafsirkan adanya agenda penjajakan politik antara Gerindra dan PKB pada Pilpres 2024, apalagi setelah pertemuan, kepada media, Prabowo menjelaskan mereka punya titik temu, titik kerjasama.
Titik kesepakatan untuk bekerjasama menghadapi tanggungjawab kenegaraan tersebut, yakni Pilpres, Pileg, dan Pilkada pada 2024. Sementara Cak Imin, dia mengatakan bahwa sebenarnya pengurus PKB dan Gerindra itu sudah sering berkomunikasi dan berlangsung secara intensif.
Pertemuan dengan Prabowo menurut Cak Imin, makin menguatkan kerjasama tersebut dan seperti dikatakan oleh Prabowo, mereka siap bekerjasama pada Pilpres dan Pileg serta Pilkada 2024, clear apa hasil yang dikandung oleh Cak Imin maupun Prabowo ketika mereka bertemu itu semuanya jelas.
“Yakni muaranya pada pilpres 2024. Kalau tadi disebut ada soal pemilihan legislatif dan Pilkada, saya kira itu hanya sampingan itu bahasa pemanis saja atau dalam politik modus-lah ya kalau bisa, misalnya mereka bekerjasama di Pilkada kalau Pileg, saya enggak bisa kerjasamanya.
Tapi yang paling utama tujuannya adalah Pilpres 2024, ini rupanya memang sudah disiapkan jauh-jauh hari. Karena pertemuan baru berlangsung tadi malam tapi hari ini sudah beredar video-video ini kalau gak salah videonya diambil di Bandung.
Iya semacam deklarasi barisan Prabowo-Muhaimin 2024. Wow mereka sudah branding angkot-angkot dengan wajah Prabowo dan Cak Imin, itu pada tanggal 31 Oktober 2016 atau ya kira-kira satu setengah tahun berselang atau hampir dua tahun berselang Presiden Jokowi mengunjungi Prabowo di Hambalang juga.
Pertemuan tersebut sebagaimana penjelasan dari DPP Partai Gerindra digelar atas permintaan Istana. Jokowi hadir ditemani Luhut Binsar Panjaitan dan setelah di saat ada sambutan resmi ada marchingband dan kemudian ada jamuan makan siang. Prabowo juga mengajak Jokowi naiki kuda. Ini kudanya waktu itu adalah kuda milik Prabowo bernama Salero.
Diplomasi naik kuda Prabowo dengan Jokowi pada saat itu jelas penuh makna dan tafsir politik. Apalagi pertemuan itu digelar di tengah kontroversi rencana “Aksi 411”, dulu banyak sekali “Aksi 212”, “Aksi 411” dan beberapa aksi-aksi lainnya.
Jadi bisa diduga pertemuan pada waktu itu dimaksudkan untuk meredakan tensi ketegangan-ketegangan politik. Karena, bagaimanapun pada waktu itu para penggelar aksi ini kelompok-kelompok Islam, yang ini dianggap identik dengan pendukung Prabowo.
“Beda sekali dengan sekarang. Ketika Pak Probowo masuk ke kabinet tafsirnya sudah berbeda lagi,” katanya.
Sekarang apa dong tafsir politiknya diplomasi berkuda Prabowo dengan Gibran ini dari sisi Prabowo jelas ini tidak bisa ditepis bahwa pertemuan ini adalah apa pertemuan ini sarat dengan tafsir politik jelang Pilpres 2024.
Pada hari raya lalu Prabowo adalah satu-satunya menteri yang silaturahmi ketika Jokowi menyepi ke Istana Gedung Agung Yogyakarta setelah bertemu dengan Jokowi. Kemudian barulah Prabowo terbang kembali ke Jakarta lagi, bersilaturahmi dengan Megawati di Jakarta.
“Dari rangkaian silaturahmi itu sangat terlihat bahwa Pak Prabowo tampaknya tetap mencoba merangkul dua kekuatan politik besar, yakni gerbong politik Jokowi dan Megawati, dalam hal ini kalau Megawati PDIP tentu saja sebagai partai pemenang Pemilu,” jelas Hersubeno.
Prabowo tampaknya tetap memperhitungkan kekuatan Jokowi itu bisa kita lihat dari bocoran yang disampaikan oleh politisi Panda Nababan, katanya ada empat menteri yang pernah ditanya Jokowi apakah mereka akan maju pada pilpres 2024? Mereka itu adalah Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Sandiaga Uno dan Prabowo.
Ketiga menteri yang ditanya dengan tegas menyatakan bahwa akan nyapres ini adalah Airlangga, Erik, dan Sandiaga Uno. Hanya Prabowo yang menjawab bila seizin dari Jokowi. Ini sungguh sangat jawani dan jauh dari kesan dan Citra yang muncul selama ini dari seorang Prabowo.
Dengan mengundang Gibran mengajarinya naik kuda dan mengirim sepatu berkuda untuk Jan Ethes, cucu Jokowi, ini Prabowo ingin mengirim pesan bahwa dia bersahabat sekaligus tetap menghormati dan loyal pada Jokowi. Jelas ujung-ujungnya itu dukung-mendukung pada pilpres 2024, walaupun selama ini sudah disebut-sebut bahwa Prabowo akan berpasangan dengan Puan, namun sejauh ini belum ada langkah yang kongkrit.
Namun, belajar dari pengalaman pada pemilu sebelumnya, Prabowo selalu dikecewakan Megawati karena ada kesepakatan Batutulis bahwa Megawati nantinya akan mendukung Prabowo, tetapi ternyata kesepakatan itu tidak dipenuhi. Jadi Prabowo ini tidak boleh taked for granted pasti akan didukung Megawati pada pilpres kali ini seperti pada Pilpres 2014 lalu.
“Kejadian pada Pilpres 2014 di mana Megawati lebih mendukung Jokowi berhadapan dengan Prabowo, saya kira, bisa saja terulang kembali dengan figur yang berbeda,” ungkap Hersubeno.
Karena itulah Prabowo sangat menyadari itu dan kemudian dia sangat aktif Safari bertemu dengan para sesepuh dan alim ulama NU, kemudian dengan tokoh-tokoh lain. Bahkan, bertemu dengan Ketua Nasdem Surya Paloh.
Bagaimana dengan Gibran? Nah Gibran ini kan belakangan namanya banyak disebut-sebut akan didorong menjadi Gubernur DKI pada Pilkada 2024, meski pada Pileg di Solo dia diusung oleh PDIP, maka tidak ada jaminan dia tetap akan didukung kembali oleh PDIP bila maju pada Pilkada 2024 mendatang.
Kepentingannya bisa saja berbeda apalagi bila benar nantinya Jokowi itu pada Pilpres 2024 bersimpang jalan dengan Megawati. Misalnya, ternyata Jokowi masih tetap mendukung Ganjar, sementara Megawati mengusung Puan, maka mau nggak mau mereka pasti punya perbedaan penilaian politik. Dan Gibran ini harus realistis mencari partai lain sebagai tiket pencalonan PDIP dipastikan tidak akan mendukung Gibran lagi.
Di sinilah kemudian Gerindra bisa menjadi tumpuan harapan. Tukar-tambah politik semacam ini sangat mungkin terjadi pada Pemilu 2024 nanti. Tanda-tanda bahwa Gibran akan didorong maju ke DKI-1 itu sebenarnya sudah cukup lama beredar.
Ketua DPW NU DKI Samsul Ma'arif misalnya, dalam sebuah kegiatan donor darah itu memanggil Gibran dengan Gus Gibran, sebuah panggilan yang terkesan dipaksakan.
“Karena enggak dikenal Gus itu dalam tradisi NU Jakarta ini beda dengan NU di Jawa Timur dan Jawa Tengah, tapi kita sama-sama tahulah apa makna dan maksud dibalik panggilan itu,” kata Hersubeno.
DPD KNPI DKI Jakarta juga tiba-tiba mengusung Gibran sebagai Calon Ketua Umum DPP KNPI. Dan yang paling mencolok adalah publikasi survei dari CSIS yang menempatkan Gibran dalam daftar 10 orang kandidat terkuat Gubernur DKI Jakarta.
Skor Gibran, kata CSIS itu, bahkan mengalahkan Wagub DKI Ahmad Riza Patria dan politisi Nasdem Ahmad Sahroni dan juga ada komentar di media. Pengamat psikologi politik dari Universitas Negeri Surakarta Abdul Hakim, bahkan itu menyebut kinerja Gibran sebagai Walikota Solo tersebut sangat mumpuni.
Panggilan Gus, pencalonannya sebagai ketua umum KNPI dan pujian setinggi langit dari CSIS dengan kedok hasil survei ini sudah bisa kita duga ke mana arah dan tujuannya.
“Karena itu sekali lagi sulit untuk menerima penjelasan bahwa kunjungan Gibran ke Prabowo di Hambalang itu hanya sebatas silaturahmi, apalagi sekedar belajar menunggang kuda enggak bisa cukup sekali,” lanjutnya.
Pertanyaannya, apakah Anda juga percaya bahwa kegiatan tersebut betul-betul hanya memenuhi undangan Prabowo dan kemudian tertarik untuk belajar kuda atau belajar menunggang kuda? (mth/sws)