Kita Bicara Politik Tanpa Oligarki Itu Fakta!

Sekjen PKS Habib Abubakar al-Habsyi

 

KEMARIN sebagian besar dari Anda pasti menonton wawancara wartawan senior FNN dengan akademisi dan pengamat politik Rocky Gerung mengenai PKS di kanal Hersubeno Point, Jum’at (17/6/2022). Judulnya itu “Waspada, Jangan Sampai itu PKS Masuk Angin, Kemasukan Roh Oligarki”, begitu.

Bagaimana informasi yang sebenarnya, dalam kanal Hersubeno Point, Sabtu (18/6/2022), Hersubeno Arief mewawancarai Sekjen PKS Habib Abubakar al-Habsyi. Berikut petikannya.

Sekarang kita ajak ngobrol dengan Sekjen PKS Habib Abubakar al-Habsyi Assalamualaikum.

Walaikumsalam wa rahmatullah mitra FNN yang saya cintai, salam hormat. Salam sehat sama bahagia.

Kita bukan ngomongin kangen-kangenan ya, tapi mau jelasin itu bagaimana ceritanya media ini menyimpulkan bahwa PKS sudah lelah jadi oposisi, dan kemudian memang rupanya setelah saya baca-baca kutipannya ada statement dari Sekjen PKS bahwa ingin pada 2024 tidak masuk dalam pemerintahan coba jelasin dulu?

Oke kasih pengantar dulu Mas Hersu (Hersubeno Arief). Terus terang yah, kemarin saya melihat podcast-nya Hersubeno Arief. Bagi saya apalagi dekat dengan Bung Gerung bahwa statement saya soal PKS menjadi lelah karena dari oposisi itu saya dengar.

Karenanya saya merasa perlu memberikan semacam klarifikasi, penjelasan atas ungkapan itu. Ya tabayyun, makanya saya langsung kontak Mas Hersu kok gak diangkat-angkat. Ini ada apa nggak diangkat. Ternyata sibuk.

Jadi saya kontak untuk minta ada semacam cover-bothside dalam pemberitaan yang ada. Mas Hersu jangan terlalu tegang-tegang bahas begini. Santai sajalah mukanya, agar rileks sedikit. Saya akan kasih pantun dulu sebagai pengantar supaya jangan terlalu tegang ngurus republik ini.

Demokrasi itu harus kita buat santai, tidak menegangkan, tidak melanjutkan, pikir membahagiakan.

“Pagi ke pasar mau beli bakmi, asik gitu dong, ah ya jangan dimakan bersama nasi, agar tidak salah pahami mungkin saya perlu klarifikasi”. Cakep begitu, dong.

Berapa kali saya sampaikan, iya kami tidak mau lagi jadi oposisi. Itu berapa kali saya ngomong kayak gitu. Ini bukan berarti merendahkan makna oposisi. Bukan bareng saya tidak mau, tidak begitu berarti saya mau di pemerintahan, itu artinya saya harus menang, begitu dong terjemahannya.

Kalau saya bilang PKS mau di oposisi, itu berarti saya siap kalah di pemilu mendatang, gitu dong. Iya kan? Kan nggak mungkin saya mau menyemangati anggota PKS bahwa tahun depan kita akan oposisi lagi ada apa cerita besok begitu ya. Inikan seperti menyatakan bahwa kita mau kalah pada pemilu itu. Kira-kira begitu. Jadi bukan dimaksud di sini kami lelah dalam menjalankan oposisi di periode ini, tidak seperti itu Bos. Tidak seperti itu mas Hersu.

Jadi salah besar perikatan PKS itu Partai Kurang Sabar. Tapi saya senang dikatakan gitu. Artinya itu cinta sahabat-sahabat saya yang cinta kita, cinta kita. Jadi, dikatakan Partai Kesayangan Saya ke tempat Partai Kesayangan Semua.

Yang saya maksud lelah menjadi oposisi itu adalah kita membicarakan Pemilu mendatang, kami harus membangun koalisi yang kuat, sehingga bisa menang dalam Pilpres nanti. Nggak boleh kalah lagi, kita udah biasa, udah pernah dua periode di luar. Waktu udah di dalam, udah biasa, udah 2 periode ada di luar lagi. Sekarang ayo dong kita harus menang, kita ada di dalam gitu.

Sehingga kami tidak berada di oposisi. Sekali lagi konteksnya tersebut adalah memberikan semangat buat anggota PKS itu. Di PKS juga saya juga sering menggunakan ungkapan bahasa saya begini. Kader PKS tidak boleh sakit menjelang pemilu, itu saya ungkapkan begitu, enggak boleh ada yang sakit mesti sehat semua, ngeri gak bahasanya!

Ini apa di mana kader tidak boleh kena flu, nggak boleh kena Omicrom, nggak boleh kena Covid. Sehat semua dalam 108 hari sekarang saya enggak boleh demam. Beg,itu kira-kira kalau bahasa-bahasa Mas Hersu tuntas jin memberi semangat.

Jadi ini dimaknai bahwa kader menjaga fix kesehatan, harus warming, aku segar, makan yang bergizi, olahraga, minum suplemen, dan lain sebagainya agar badan kita tidak sakit menjelang Pemilu 608 hari lagi. Begitulah kira-kira

Nah, sebagai titik-titik sebelum lanjut, Mas Hersu saya kasih senyum saya, supaya gak tegang acara nih.

“Pedas legit sambal terasi, gua tadi sekilo udang, ih PKS konsisten jadi oposisi, ada demokrasi menjadi seimbang”.

Oke sekarang ini pertanyaan tadi menyebutkan bahwa pada 2024 tidak mau lagi jadi oposisi, dengan sistem yang sekarang ini dengan PT 20% itu harus berkoalisi?

Tapi ada soal berarti kalau tanpa itu sama sekali tidak bisa mengusung kenapa kok sampai sekarang rencana pengajuan judicial review 0% itu belum diajukan juga ke Mahkamah Konstitusi? 

Sudah, tunggu waktunya saja bos, masa kita hubungi cepet-cepet. Santai saja, beberapa orang yang gagal itu dalam antrian. Sebentar lagi kita punya cara kerja sendiri untuk mendeskripsikan MK. Tunggu waktunya. Sedih, pokoknya 0% yang Mas Hersu dan kawan-kawan katakan, kita punya angka tersendiri untuk supaya tidak berbeda dengan apa yang sedekakal dengan timbal balik begitu, jangan cepet-cepet. Anda kesan-kesan nggak ada masalah, tapi kita punya timeline yang sudah direncana.

Tidak kesusu gitu ya?

Iya. Kalau Jokowi bilan, kok orang kesusu.

Oke ini saya pegang ya ini viewer kita juga pegang bahwa PKS pasti maju 0%, kenapa? PT 20% karena ini penting kalau dengan tanpa ini kan seperti biasa kita akan lihat hanya terbatas Capresnya seperti yang terjadi kan luar biasa sekarang ini.

Oke saya ceritakan dulu ya rencana kerja kita deh supaya lebih enak saya ihat dianggap kita cuma ngomong doang. Omdo nggak ini partai mesin bukan main nih siap Tarung.

Tadi soal judicial review kemarin di video yang ada seolah-olah PKS menurut Hersu Cs ini sudah terpengaruh oligarki, bukan seolah-olah cenderung agak mencucuk sedikit ya, tapi saya sih santai saja. Saya biasa kalau Hersu yang bicara itu menggambarkan bahwa lu baik-baik, lu hati-hati.

Orang lihat lu. Kira-kira begitulah bahasa alus nya, belum ajukan syiar. Jadi kita belum Judicial Review. Begini asupan, heboh memang, ada semangat ya itu di kawan-kawan PKS ini untuk PR Prejest Resouces, termasuk ada wacana untuk mengadukan, PR satu wacana. Ini disampaikan oleh presiden partai.

MK itu ada delapan perkara, sudah delapan perkara yang diajukan untuk muncul. Materi terakhir pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Permohonan Pengujian.

Pada saat itu beberapa yang menyarankan agar ditunggu dulu. Ini putusan kita masuk di wilayah sudah pada gagal. Karena sebelumnya sudah empat belas kali di MK memutus yang ini belum tertutup, belum ada terkait pasal tersebut, enggak ada yang boleh.

Tapi kan beda-beda yang mereka dianggap tidak punya Legal Standing kalau PKS dan partai peserta pemilu yang bisa mengkalkulasi.

Kita tunggu saja. Makanya kita lihat entar makanya kita harus begitu. Kita masuk nanti saja. Kita podcast yang kenceng lagi, kita siap.

Artinya Pasal soal Presidential Threshold ini sudah 22 kali telah diajukan ke MK maka disarankan PKS untuk lebih berhati-hati dalam soal ini kita juga punya strategi jangan cara yang sama. Legal Standing kita juga harus kuat. Jadi saat ini tim melakukan kajian dan telah dikumpulkan para pakar-pakar kita, telah duduk, lalu siap dan tinggal menunggu hasil presiden yang sedang berjalan di MK. Jadi jangan khawatir lah ya. “Sungai dibuat jadi Bendungan membuat kita tidak berenang, PT memang menjadi sandungan untuk demokrasi yang lebih matang”.

Oke sekarang kita ngomong soal Pilpres. Apakah PKS sekarang sudah mulai memikirkan itu untuk mempermudah siapa yang akan dipilih, ajukan, dan sebagainya. Nanti kalau PT 0% beres PKS sendirian mengajukan meskipun secara kalkulasi politik tentu enggak kuat tersendiri yang harus tetap koalisi bukan basisnya 20%, tetapi basisnya harus bekerjasama.

Iya. Jadi kalau kita lihat PKS ini mengikuti detik-detik perkembangan setelah KPU memutuskan 14 Februari. Dia dipersiapan untuk jadwal Pemilu berarti O. Alhamdulillah, perpanjangan 3 periode.

Pokoknya semangat, semangat kerja aja dulu deh kita kita positive thinking dulu kita. Sebagai Sekjen di partai ini urusannya kerja sesuai dengan aturan mengikuti prosedur. Siapkan semua jadwal-jadwal dan simbol-simbol, terus sampai pileg-pilpres, dan sebagainya, itu urusan kami.

Adapun nanti yang berkembang lain, ada lagi skenario yang lain, menyiapkan agenda. Adapun kalau ditanya bagaimana PKS? Ya iyalah kita ikuti semua perkembangan. Kenapa milad kita kemarin mengadakan sebuah suasana yang membuka kepada seluruh peluang calon untuk berbicara di Medan PKS? Mas Hersu gak datang soalnya!

Nggak diundang gimana mau dateng kan gak boleh kalau ketemu kematian kita tanpa diundang datang, tapi kalau pesta enggak boleh dong.

Jadi kalau nggak diundang, artinya Mas Hersu harus melacak ada apa di PKS. Begitu dong, jadi dikejar. Kita undang tuh Mas, semua datang tuh ya tokoh-tokoh semua, bicara Muhaimin (Iskandar) ada yang pakai typing, ada Sandi (Sandiaga Uno), ada Anies Baswedan.

Ada konflik-lah. Beberapa dari situ pertemuan Perjodohan dibuka dan berkain bersambut. Muhaimin melanjutkan di jalur tengah dimainin, nggak perlu di langitan, di langitan kita nggak penting. Sekarang ombak kita buat saja dulu biar berputar, bergerak arah ke mana nih jalur tengah.

Cocok dengan statement Jusuf Kalla kemarin di acara NasDem saya ikuti. Dan benar Jusuf Kalla, ini lagi ditentukan oleh partai tengah, sudah kita siapkan calon-calon, udah di depan meja kita. Tinggal kapan kira mau mengambil alih, kita putuskan itu saja.

 

Iya kan ini berkaitan dengan statement yang menyatakan bahwa tidak mau lagi di luar pemerintah, harus masuk dalam pemerintahan. Bagaimana strateginya untuk menjadikan itu?

Strategi mencari calon yang pasti menang itukan sekarang ada KIB, silakan saja KIB bergerak, kita senang ada KIB. Kita juga PKS mulai membuat dengan PKB. Sebentar lagi kita ajak, tunggu aja sewaktu-waktu di pekan depan, pekan depan lagi, apa yang akan terjadi biar ombak gelombang ini berjalan.

Jangan sampai ombak ini sepi, siapa yang akan memimpin nggak penting. Siapa dulu tapi penjajakan terus berjalan kemistri. Dari titik temu nanti pada waktu dijodoh ketemu, selesai itu barang pada waktunya. Cuma kita enggak model last minute.

Detilnya Bos capek kita harus jelas siapa Presiden, Siapa Wakil, supaya jelas. Pemenang itu bisa kelihatan nanti auranya tuh. Kelihatan udah banyak para hamba-hamba Allah berdatangan. Juga kelihatan ini ciri-ciri khas.

Oke, apakah dengan begitu berhenti terus PKS tidak akan lagi mengulang koalisi pada pilpres 2014 2019 yang terbukti kemudian kalah, karena tadi menyatakan tidak mau kalah lagi, maunya jadi pemenang?

Ya kita buktikan aja nanti, kita lihat ini berhari-hari keputusan.

Oke ini itu yang saya inginkan dan ini juga berkaitan dengan Koalisi kemarin mengapa kemudian yang pertama dipilih itu bersama dengan PKB apakah karena memang menghindari KIB atau ada strategi lain?  

Begini ini strategis bukan untuk diceritakan tapi karena Hersu yang ngomong lebih baik kita blak-blakan aja. Kita diajak KIB dari awal, tapi kita tidak mau terikat. PKS itu partai kecil Bos partai kecil. Kita bisa bermain saja dulu. Kita tidak mau terikat si A si B si C si D, tapi kepada mereka, kita buka pintu.

Dari jalur kita ada ketok pintunya, kita tahu betul perkembangannya. Ketika dari nilai pada waktu milad itu saya katakan hati-hati, jangan salah ya. Para pimpinan di depan ini bisa jadi dilamar PKS itu. Iya, senyum Anies juga wah hari itu bukan main ya tahu sendiri PKS kalau sama Anies kayak gimana.

Oke jadi ini pekan depan jadi itu tradisinya bahwa akan ada kepastian bergabung dengan partai semut merah ini kualifisi semut merah ini ya.

Ya betul-betul.

Oke nah kan begini walaupun ada stigma antara kalau PKB bisa bekerjasama PKS sebuah fakta yang menarik tetapi orang tetap saja melihat itu  Islam ke Islam ditekan dan selama ini apakah PKS memang mencoba tidak mencoba keluar dari stigma itu bahwa ada stigma walaupun sebenarnya harus Stigma tidak tepat ya bahwa kalau Islam itu berarti politik aliran kalau nasionalis dan aliran itu sama-sama politik aliran kan sebenarnya tapi stigma Islam selalu seperti itu?

Iya jadi kalau kita ya orang nyebut edrntitas, aliran, polarisasi udahlah jangan kau tanggapi baik-baik lampu semangat ngomongin itu mana ada nggak ada kualisi identitas sampai kapanpun pasti ada itu orang Jawa bukan identitas. Jawa otang Jawa itu ujung-ujungnya selalu ini kita kumat juga its oke nggak papa tapi kita meminimise pesan itu.

Sekarang nih PKS posisi dikatakan diujung kanan kita lihat aja sekarang tidak perlu dengan adat fakta yang membuktikan bagaimana PKS bisa lebih bisa bermain dengan banyak pihak kita siap dengan nasional religius. satu titik rahmatan lil'alamin kita bertemu dengan kalimat itu sama tersebut titik temu rahmatan lil'alamin itu nanti kita kita partai nasionalis bersama nih kan udah beegabung bos kira-kira bagaimana ini? Kalau enggak para penyanyi-penyanyi tertarik lihat kita nih para artis woh tertarik ibarat tapi perlu waktu begitu kira-kira.

Kok jadi pinter banget saya.

Pak Hersu terlebih Ustad daripada ustad-ustad.

Oke mari kita saya ingin bertanya lebih tahu tentang apa sih sebenarnya dipikirkan oleh PKS ini tentang bangsa, di tengah situasi orang sebenarnya sekarang sudah mulai putus harapan, ketika oligarki luar biasa mendominasi politik dan sehingga suara-suara rakyat ini sebenarnya cuma diperlukan untuk stempel setiap lima kali seriap lima tahun datang. Itu sebagai Pilpres Pemilu datang apa sebenarnya ingin dilakukan oleh PKS?

Ada satu hal budaya psikologis yang terjadi di Republik itu soal pencapresan pencalegan Pilkada. Budaya ini menjadi sebuah hal yang sulit dihilangkan. Tapi bisa sebenarnya tinggal kemampuan pemimpin yang akan datang yang mampu mengendalikan pola kerjanya sistem yang kita harus kita rubah kalau sistem masih seperti ini saya yakin sudah untuk kita berbicara tanpa oligarki.

Anda pun sebagai caleg tidak bisa anda harus jadi oligarki sendiri pada saat itu kepada anggota-anggota anda, anda enggak bisa memanggil mereka kalau tanpa sesuatu yang bisa buat mereka tersenyum dan mereka bisa berkata itulah fakta, inilah Indonesia, inilah pileg kita ente pikir bisa kosong-kosong andai jadi caleg enggak ada ya cukup kapasitas, kapabilitas, intelektual apa sebagainya kalau sementara yang ditenteng enggak kelihatan, enggak berbentuk orang juga bikin siapa dia.

Inilah fakta dan ini yang mesti dirubah cara merubahnya itu perlu ada kerjasama itu oleh sistem yang diubah sistem pemilunya, undang-undang pemilu nya, bagaimana pencalegan dan pencapresan, Pilkada semua itu terkait dan itu dibutuhkan pemikiran-pemikiran inilah yang kita bekerja besar gitu kira-kira. Dari mana PKS mau mulai melakukan perubahan itu?

Ya kita mulai dari kita sendiri kita mulai dari kita apa yang bisa kita lakukan tapi saya katakan saat ini boleh dikatakan namanya oligarki politik uang saat ini masih belum bisa dirubah total ini fakta lapangan jangan ngomong soal idealis deh ngak ada itu.

Bagaimana caranya? Ya kita harus memulai kita sudah mendidik rakyat memilih orang tuh kalau ada sesuatu ifu problemnya enggak ada cerita kosong-kosong begitu-begitu juga Pilpres kita bilang tanpa mahar tanpa apa ini fakta.

Jadi kita jadi kayak para munafikin antara yanf djkatakan dikerjakan tuh berbeda  ini perlu kebersamaan perlu pemimpin-pemimpin menjadi contoh itu harapan kedepan.

Kalau saya lihat polanha masih demikian jangan-jangan periode yang akan datang masih jauh berbeda masih kelihatan putarannya ini tak sekarang udah kebaca siapa dukung siapa-siapa dukung yang kuat dukung siapa yang punya kekuatan pendukung siapa kecepatan masing-masing tafsirnya jalan-jalan lain ini tafsirnya.

Itu tafsirnya NU kalau jalur lain itu bahkan  tafsir PKS.

Coba politik ini enggak bisa di lugas lugas dan juga kadang-kadang mahwar azzarifa apa yang dibaca dibalik itu semua. (*)

418

Related Post