bencana-hidrometeorologi

Lamongan Antisipasi Potensi Bencana Hidrometeorologi

Lamongan, FNN - Pemerintah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur menyiapkan antisipasi terjadinya potensi bencana hidrometeorologi, dengan memantau langsung kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi di Lamongan, Senin mengatakan, kesiapsiagaan yang ditekankan pada pemantauan itu adalah sumber daya manusia (SDM) serta kesiapan transportasi, sarana dan prasarana, hal ini untuk memberikan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat agar terhindar dari risiko bencana. "Melihat besarnya ancaman bencana alam hidrometeorologi, maka kami perlu terus meningkatkan kewaspadaan, terlebih saat ini akan memasuki musim penghujan, dimana berdasarkan data dari BMKG Jawa Timur, musim hujan sebagian besar akan terjadi pada November dan puncaknya Januari hingga Februari tahun 2022," ujar Yuhronur, saat memimpin Apel Gelar Pasukan dan Peralatan antisipasi bencana. Yuhronur, dalam siaran persnya mengatakan, beberapa langkah mitigasi juga telah dilakukan, salah satunya terhadap banjir, longsor, banjir bandang, angin puting beliung hingga badai tropis lainnya. Ia menjelaskan, intensitas bencana hidrometeorologi yang masih terus terjadi akan ada kecenderungan meningkat eskalasinya, dan hal itu sangat dipengaruhi adanya perubahan iklim global yang tidak bisa dipungkiri. "Bahkan berdasarkan data BMKG, musim hujan saat ini dimungkinkan mengalami peningkatan intensitas curah hujan, dikarenakan adanya fenomena anomali cuaca, dengan ditandai munculnya fenomena La Nina yang dapat memicu peningkatan curah hujan hingga 20 sampai 70 persen," katanya. Yuhronur mengajak semua pihak untuk bersama-sama melakukan antisipasi meminimalisir dampak-dampak yang akan timbul dari bencana tersebut. "Ini merupakan bentuk wujud komitmen bersama, siap siaga menghadapi bencana alam serta memberikan bantuan secara optimal kepada masyarakat yang tidak bisa dihindari terdampak bencana, dan tentunya semua harus sudah disesuaikan dengan protokol kesehatan sehingga tidak memunculkan klaster baru dalam penyebaran COVID-19," katanya. Sementara itu, bencana hidrometeorologi merupakan sebuah bencana yang diakibatkan oleh parameter meteorologi, seperti curah hujan, kelembapan, temperatur dan angin. Banyak bencana yang termasuk ke dalam bencana hidrometeorologi, antara lain kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, El Nino, La Nina, longsor dan berbagai bencana lainnya. (mth)

BRIN: Radar Atmosfer Perkuat Mitigasi Bencana Hidrometeorologi

Jakarta, FNN - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan Radar Atmosfer Khatulistiwa atau Equatorial Atmosphere Radar (EAR) memainkan peranan penting dalam memantau dinamika atmosfer sehingga bisa memberikan informasi dalam memperkuat mitigasi bencana hidrometeorologi. "Kolaborasi riset khususnya terkait EAR ini sangat penting bagi kita untuk bisa memahami atau meningkatkan pemahaman kita atas dinamika cuaca dan iklim di negara kita yang berada di khatulistiwa dan tentu itu akan mampu untuk meningkatkan kemampuan kita untuk melakukan mitigasi misalnya terkait dengan potensi-potensi bencana hidrometeorologi," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam Simposium Internasional Lapan BRIN - Universitas Kyoto tentang Atmosfer Khatulistiwa dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-20 Equatorial Atmosphere Radar di Jakarta, Senin. EAR adalah radar atmosfer yang dioperasikan pada frekuensi tengah sebesar 47 MHz. EAR dirancang untuk mengukur kecepatan angin dan turbulensi vertikal dan horizontal di troposfer dan stratosfer bawah hingga ketinggian 20 kilometer (km) dengan resolusi waktu dan ketinggian tinggi masing-masing kurang dari 1 menit dan 150 meter. Handoko menuturkan manfaat dari penggunaan EAR sangat signifikan bagi masyarakat karena pemahaman untuk melaksanakan mitigasi bencana hidrometeorologi memerlukan kajian dan studi berbasis ilmu pengetahuan yang sangat komprehensif. Kajian dan studi tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan infrastruktur riset EAR. Selain itu, EAR yang sudah beroperasi sejak 2001 juga telah menyediakan data yang bersifat jangka panjang. Pelaksana tugas Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Erna Sri Adiningsih mengatakan berbagai riset dan hasil ilmiah serta data telah dihasilkan melalui pemanfaatan fasilitas riset EAR sejak peluncuran operasionalnya pada 2001 untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang dinamika atmosfer. Data hasil pemantauan dinamika atmosfer yang diperoleh dari EAR itu memberikan kontribusi besar untuk memprediksi cuaca dan iklim khususnya di wilayah khatulistiwa. "Sehingga pada akhirnya masyarakat bisa merasakan manfaatnya itu melalui perbaikan di dalam konteks metode untuk memprediksi perubahan iklim global, dinamika atmosfer secara global khususnya yang punya karakteristik daerah-daerah tropis seperti Indonesia," ujarnya. Research Institute for Sustainable Humanosphere (RISH) Universitas Kyoto di Jepang membangun EAR di Observatorium Atmosfer Khatulistiwa di Kototabang, Agam, Sumatera Barat pada 2001. Pengoperasian EAR didasarkan pada nota kesepahaman (MOU) antara RISH dan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, yang sebelumnya bernama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). (mth)