brin

BRIN Ajak Remaja Berinovasi dalam Youth Science Week 2021

Jakarta, FNN - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengajak remaja berinovasi dalam Youth Science Week 2021 dengan tema Percaya Nalar dengan Riset dan Inovasi. "Youth Science Week ini diharapkan mampu memberi warna dan wadah bagi remaja Indonesia untuk menginspirasi pemuda Indonesia dengan menularkan semangat meneliti dan melakukan inovasi," kata Pelaksana tugas Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BRIN Edy Giri Rachman Putra dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa. Youth Science Week yang diselenggarakan pada 25-28 Oktober 2021 secara virtual itu diisi dengan kegiatan kompetisi ilmiah Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-53 Tahun 2021 dan National Young Inventor Awards (NYIA) ke-14. Selain itu, ada kegiatan Inspiration Days yang menghadirkan pembicara-pembicara yang menginspirasi generasi sains talenta muda Indonesia dalam melakukan kegiatan riset dan inovasi. LKIR ke-53 mengusung 54 proyek penelitian di empat bidang ilmu pengetahuan dan telah melewati proses mentoring selama tiga bulan akan mempresentasikan karya mereka di hadapan dewan juri. Sementara itu, ada 49 proyek inovasi remaja yang akan berkompetisi di National Young Inventors Award ke-14, di mana para pemenang berkesempatan untuk ikut kompetisi ilmiah ke ajang internasional. Kompetisi ilmiah tersebut diselenggarakan secara rutin setiap tahun oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sekarang telah berintegrasi menjadi BRIN. Penyelenggaraan kompetisi itu bertujuan memberikan peluang agar ide-ide riset dan inovasi generasi muda dapat dibimbing dan diberi masukan oleh peneliti kompeten untuk menghasilkan konten riset inovasi potensial dan mungkin memiliki nilai kekayaan intelektual untuk dikembangkan. Edy menuturkan edukasi sains bagi generasi muda sangat penting untuk menjamin perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan karena Indonesia akan segera menyongsong era bonus demografi pada tahun 2030 mendatang. Di masa bonus demografi itu, jumlah penduduk usia produktif akan jauh lebih banyak dibandingkan usia non produktif. Untuk itu, lanjut Edy, sejak sekarang perlu dipersiapkan generasi muda yang siap berdaya saing, unggul, yang akan ikut mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045. (mth)

BRIN Dorong Pembangunan Etika, Infrastruktur dan Talenta AI

Jakarta, FNN - Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong implementasi peta jalan kecerdasan artifisial Indonesia untuk pembangunan etika, pengembangan talenta, infrastruktur dan data, serta riset dan inovasi industri kecerdasan artifisial. "Kita tidak hanya ingin membangun use case AI (aplikasi yang memanfaatkan kecerdasan artifisial), tapi kita juga perlu menyiapkan seluruh syarat-syarat penting agar AI di Indonesia berhasil," kata perekayasa dari BRIN Asril Jarin dalam konferensi pers Artificial Intelligence Innovation Summit (AIIS) 2021 di Jakarta, Senin. Peta jalan kecerdasan artifisial (AI) Indonesia tersebut, menurut dia, sudah dirancang di dalam Strategi Nasional (Stranas) Kecerdasan Artifisial 2020-2045. Stranas Kecerdasan Artifisial merupakan arah kebijakan nasional dalam pengembangan teknologi kecerdasan artifisial di beberapa sektor prioritas pembangunan nasional, di antaranya sektor kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan riset, ketahanan pangan serta mobilitas atau kota cerdas. Asril menuturkan implementasi peta jalan kecerdasan artifisial diharapkan akan mengantarkan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Perekayasa di Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) BRIN itu mengatakan etika AI perlu dibangun dan disiapkan agar AI memberikan manfaat sebesar-besarnya dengan berbasis pada nilai-nilai Pancasila. "Kita tahu AI adalah kecerdasan, dan kalau kecerdasan itu tidak bermoral, nanti efek sampingnya ada juga terhadap manusia, karena itu pondasi penting penerapan AI di negara kita pun itu perlu juga disiapkan dari sisi etikanya," ujar Asril. Selain itu, perlu juga menyiapkan infrastruktur AI yang memadai karena AI membutuhkan komputasi cepat untuk dapat menghitung data set yang begitu besar, apalagi jika menggunakan teknologi deep learning. Menurut Asril, data set merupakan komponen sangat penting dan pembangunannya juga paralel dengan penyiapan infrastruktur AI. Oleh karenanya, Indonesia perlu menyiapkan pengelolaan dan pembangunan data set yang besar secara komprehensif, menyeluruh dan terkelola dengan baik. Dengan didukung data set yang tersedia dan terkelola baik, maka implementasi inovasi kecerdasan artifisial akan mampu mendorong otomatisasi untuk mendukung pembangunan di seluruh sektor di Indonesia. Dengan demikian, penerapan inovasi AI juga akan menjadi lebih optimal untuk membantu seluruh sektor-sektor yang ada di Indonesia demi kemajuan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. "Semua peta jalan ini sudah kita rancang dan kita harapkan nanti menjadi bagian dari peraturan presiden," ujar Asril. (mth)