hoegeng-polisi-jujur
Penilaian Istri, Keteladanan Hoegeng Abadi Seperti Kasih sayang Kami
Jakarta, FNn - Istri dari Kapolri kelima periode 1968 hingga 1971 Jenderal Polisi Drs. Hoegeng Imam Santoso, Meriyati Roeslani mengatakan keteladanan dari almarhum suaminya akan abadi dan dikenang oleh masyarakat seperti halnya kasih sayang mereka berdua. "Hoegeng sudah lama pergi, tapi keteladanannya abadi seperti halnya kasih sayang kami," kata dia melalui video singkat yang ditayangkan saat peluncuran buku berjudul "Dunia Hoegeng, 100 Tahun Keteladanan" dalam rangka 100 tahun Pak Hoegeng yang ditulis oleh wartawan senior Farouk Arnaz di Jakarta, Ahad, 7 November 2021. Merry, sapaan akrabnya tidak bisa hadir secara langsung saat peluncuran buku yang berisi sosok suami tercintanya. Ketidakhadirannya dikarenakan kondisi kesehatan dan pandemi Covid-19. "Saya sebenarnya ingin menghadiri acara istimewa ini yang menjadi penanda 100 tahun suami saya tercinta. Namun, kesehatan dan pandemi membatasi pergerakan saya," kata dia, sebagaimana dikutip dari Antara. Akan tetapi, ia mengaku tetap bangga dan bahagia atas peluncuran buku tersebut. Apalagi dihadiri langsung serta diwakili oleh anak-anak dan cicit-cicit Hoegeng yang dikenal kerap menggunakan sepeda ontel saat bertugas. "Sekali lagi, dari lubuk hati yang terdalam saya menyampaikan terima kasih," ujarnya. Buku berjudul "Dunia Hoegeng, 100 Tahun Keteladanan" ditulis oleh wartawan senior Farouk Arnaz. Isisnya menceritakan tentang kisah-kisah humanis dari sosok Kapolri kelahiran 14 Oktober 1921 tersebut. Buku tersebut menceritakan tentang sosok Hoegeng Imam Santoso yang meninggalkan warisan mempertahankan prinsip, menjaga integritas, dan dedikasi. Kisahnya menceritakan tentang keteguhan menjabat mulai 1968 hingga 1971. Ia adalah sosok langka yang sulit dicari padanannya mulai dulu hingga kini. Tidak hanya sendiri, Hoegeng juga mengajak serta keluarganya terjun memasuki kehidupan yang penuh idealisme dan antikompromi. Hoegeng tidak mau berkhianat dan berkongsi dengan kebatilan. Ia menjaga nama baik dan sumpah dengan perbuatan nyata bukan sekadar kata-kata. Sepak terjang Hoegeng yang tidak bisa disetir membuat gerah para "tuan besar" sehingga ia kehilangan jabatannya. Namun, Hoegeng tak pernah menyesali langkahnya. (MD).