jejas-vaskuler
Jejas Vaskuler dan "Bed Rest"
Tanjungpinang, FNN - Ada yang menarik dari pernyataan Dr. dr. Hisnindarsyah, SE, MKes, MH, CFEM, dokter di salah satu rumah sakit di Tanjungpinang. Menurutnya, meningkatnya kasus kematian pasien isoman, reinfeksi, hingga kematian pasca vaksinasi telah menimbulkan beragam spekulasi. Tetapi, ada satu hal yang terlupakan, yaitu tentang pentingnya memahami jejas vaskular atau luka pada dinding pembuluh darah atau endothelial injury dan Bed Rest (istirahat total). Jejas Vaskuler (Endothelial Injury) adalah luka pada dinding pembuluh darah bagian dalam (endotel). Ada banyak faktor penyebab jejas vaskuler, salah satunya adalah karena reaksi inflamasi. Kala ada luka akibat infeksi virus, maka jaringan tersebut akan mengeluarkan sinyal kemokin untuk memanggil makrofag. Lalu makrofag datang untuk memakan jaringan yang rusak dan memakan patogennya juga (virus). Kemudian makrofagakan mengeluarkan sinyal sitokin yang akan memberikan pesan kepada endotel untuk membuka pintu agar teman-teman pasukan darah putih yang lain bisa keluar. Ketika sitokin sampai pada endotel, dia akan mengaktivasi reseptor selectin. “Selectin ini sensitif dengan karbohidrat yang dimiliki oleh neutrofil. Sehingga, jika ada sitokin, neutrofil akan bergerak lebih pelan,” jelas Dokter Hisnindarsyah. Neutrofil juga memiliki reseptor integrin. Integrin ini berikatan dengan reseptor yang dimiliki endotel, yaitu ICAM. Adanya ikatan antara Integrin dan ICAM akan menyebabkan neutrofil berhenti bergerak di daerah sekitar luka. Kemudian jaringan yang luka tersebut akan memberi sinyal untuk pengeluaran Bradikinin. Bradikinin adalah zat kimia yang bisa membuka celah endotel (hipermiabilitas). Sehingga ketika celah endotel terbuka, neutrofil bisa keluar dari pembuluh darah menuju sel/jaringan yang luka/rusak itu lalu memakannya. Lalu Bradikinin juga akan mengaktifkan sel mast. Dimana sel mast iniakan mengeluarkan histamin. Histamin bisa melebarkan dinding-dinding pembuluh darah pada endotel kapiler sehingga terjadi kebocoran plasma dan sel darah merah. Yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan dan warna kemerah-merahan. Bradikinin ini 0juga akan mengaktifkan prostaglandin di sel endotel sehingga prostaglandin bisa merangsang sel saraf dan memunculkan rasa nyeri. Untuk itulah mengapa ketika terjadi inflamasi (peradangan) akan muncul 5 tanda, yaitu Kalor (demam), Tudor (nyeri), Rubor (kemerahan), Tumor (bengkak), dan fungtio laesa (penurunan fungsi). Penurunan fungsi pada kasus Covid-19 ditandai dengan Anosmia (hilangnya penciuman), karena lokasi infeksinya berada pada nasofaring yang dimana pada lokasi tersebut terdapat serabut saraf pembau. Nah, jika saat tubuh sudah kasih 5 tanda radang itu artinya tubuh minta istirahat. Stop dulu aktivitasnya. Karena para agen radang ini akan membanjiri seluruh aliran darah dari ujung kepala hingga ujung kaki. Seluruh dinding pembuluh darah termasuk endothelial artery dalam posisi hipermiabel, berdilatasi (melebar dan melunak) akibat kerja agen radang tadi. Jika tubuh diistirahatkan, maka kerja jantung akan melambat. Aliran darah menjadi lebih ringan. Low Blood Flow. Kondisi pembuluh darah saat terjadi inflamasi, berdilatasi dan dindingnya hipermiabel. Yaitu dinding vaskuler menipis, melunak, dan melebar. Ini sebagai upaya membuka celah dinding endotel untuk tempat keluarnya sel darah putih ke sel yang luka akibat infeksi virus tersebut. Namun, jika tidak rebahan atau tiduran, maka jantung akan memompa darah lebih cepat. Akibatnya, aliran darah bisa kencang dan turbulen melewati dinding endotel yang sedang berhipermiabel itu. Adanya gesekan aliran darah kencang bisa melukai dinding endotel. Luka pada endotel itulah yang disebut endothelial injury atau jejas vaskuler. Untuk meminimalisir terjadinya luka, maka aktivitas fisik harus dikurangi. Oleh karena itu, menjadi penting untuk memahami perlunya bedrest saat mulai timbul gejala infeksi. Begitu pula pada saat isolasi mandiri dan paska isoman. Termasuk setelah menerima vaksin. “Sangat disarankan untuk bed rest minimal 10-12 jam per hari, untuk memberikan kesempatan pada tubuh, membentuk sel antibodi,” kata Dokter Hisnindarsyah. (mth)