FIKSI

Komedi Asap dan Api

Oleh Muhammad Chirzin  - Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta    Api Asap Ada api Ada asap Ada asap karena ada api Ada api karena ada asap?   Kau biarkan api Kau waspadai asap Kau tenangkan api Kau maki-maki asap Asap, kau bisa ditangkap Atau tembak di tempat.   Wahai pawang api Lihatlah ilalang dari sana sini Datang ke mari Buka mata Buka telinga Buka hati.   Apa kata pemerhati Rasakan dalam denyut nadi Jangan mainkan api Kau bisa terbakar sendiri Aku pun tak bermimpi Jakarta menjadi lautan api. Kamis, 10 Agutus 2023

Pandemi Corona: Terinspirasi Kisah Fiksi atau Buah Akal-akalan China?

Oleh Mochamad Toha Jakarta, FNN - Pada 2011 lalu Amerika Serikat telah membuat film berjudul “Contagion” yang dibintangi oleh Matt Damon, Jude Law, Gwyneth Paltrow, dan Kate Winslet. Film ini bercerita tentang Coronavirus yang isinya kurang lebih persis dengan kejadian saat ini. Sebuah film Amerika yang dirilis 9 tahun lalu itu berbicara tentang Coronavirus yang mulai menyebar dari China ke seluruh dunia! Hal yang paling aneh adalah bahwa pada akhir film ternyata penyebab infeksi adalah kelelawar. “Dengan alasan yang sama bahwa penyakit ini menyebar sekarang!” kata Direktur Eksekutif The Global Future Institute (GFI) Prof. Hendrajit. Tak hanya film saja yang bercerita tentang Virus Corona atau COVID-19 itu. Ada sebuah buku yang diterbitkan pada 1981, mungkin hanya “meramalkan” wabah pandemi yang sedang dihadapi dunia pada 2020. Yang membuat heboh, “ramalan” itu ternyata tidak meleset sama sekali! World of Buzz mengutip SCMP yang baru-baru ini memposting sebuah artikel tentang buku berjudul The Eyes of Darkness yang berbicara tentang laboratorium militer China di Provinsi Wuhan, China. Dikutip dari tulisan tersebut, laboratorium itu menciptakan virus sebagai bagian dari program senjata biologisnya. Bagian menakutkan dari kisah ini adalah virus itu bernama Wuhan-400, yang menunjuk pada Covid-19 yang pertama kali berasal dari Wuhan, China. Pertanyaannya, mungkinkah buku ini murni kebetulan atau penulisnya menulis “ramalan” itu sejak 39 tahun yang lalu? Sebuah buku yang diterbitkan pada 1981 mungkin awalnya hanya “meramalkan” wabah pandemi yang sedang dihadapi dunia pada 2020! Penulis asal AS, Dean Koontz, menulis tentang seorang ibu bernama Christina Evans yang melakukan perjalanan untuk mengetahui nasib putranya, Danny, apakah masih hidup atau meninggal selama berkemah. Dia kemudian berhasil melacak anaknya ke fasilitas militer tempatnya ditahan setelah secara tidak sengaja terinfeksi mikroorganisme buatan manusia yang dibuat di pusat penelitian di Wuhan. Kutipan dari buku tersebut menunjukkan percakapan antara Christina dan seorang pria di laboratorium tempat putranya ditahan: “Saya tidak tertarik dengan filosofi atau moralitas perang biologis,” ujar Tina. “Saat ini aku hanya ingin tahu bagaimana Danny bisa berada di tempat ini.” “Untuk memahami itu,” jawab Dombey, “Anda harus kembali dua puluh bulan.” Pada saat itulah seorang ilmuwan China bernama Li Chen membelot ke AS, membawa rekaman disket tentang senjata biologis baru paling penting dan berbahaya dari China pada dekade terakhir. Mereka menyebut barang-barang itu “Wuhan-400” karena dikembangkan di laboratorium RDNA mereka di luar Kota Wuhan, dan itu adalah strain mikroorganisme buatan manusia yang terdiri dari empat ratus yang dibuat di pusat penelitian. Pusat penelitian yang dibicarakan buku ini bisa merujuk ke Institut Virologi Wuhan, yang merupakan tempat satu-satunya laboratorium biosafety level empat di China. Laboratorium ini memiliki klasifikasi laboratorium tingkat tertinggi yang mempelajari virus paling mematikan dan terletak 32 km dari tempat Covid-19 saat ini pertama kali pecah. “Anda mungkin pernah mendengar teori konspirasi bahwa Covid-19 adalah buatan manusia dan kemungkinan besar telah keluar dari laboratorium virologi Wuhan. Namun, teori ini telah ditolak secara luas,” tulisnya. Kutipan lebih lanjut dari buku ini mengungkapkan virus sebagai “senjata sempurna” karena tidak dapat bertahan di luar host selama lebih dari satu menit. “Wuhan-400 adalah senjata yang sempurna. Itu hanya menimpa manusia. Tidak ada makhluk hidup lain yang bisa membawanya. Dan seperti sifilis, Wuhan-400 tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia yang hidup selama lebih dari satu menit.” “Yang berarti, ia tidak dapat mencemari objek secara permanen atau seluruh tempat seperti yang dapat dilakukan antraks dan mikroorganisme ganas lainnya,” demikian kutipan di buku itu. “Dan ketika tuan rumah virus kedaluwarsa, Wuhan-400 dengan sendirinya lenyap sesaat kemudian, begitu suhu mayat turun di bawah delapan puluh enam derajat Fahrenheit. Apakah Anda melihat keuntungan dari semua ini?” Pengacara Albert Wan, yang mengelola toko Bleak House Books di San Po Kong, mengatakan bahwa Wuhan dikenal sebagai tempat berbagai fasilitas penelitian ilmiah. Menurutnya, penulis cerdas seperti Koontz akan mengetahui semua ini dan menggunakan sedikit informasi faktual ini untuk menyusun cerita yang meyakinkan dan meresahkan. “Itu karena Wuhan-400,” kata Wan. Dean Koontz bukan satu-satunya penulis yang “memprediksi” wabah Covid-19. Menurut The Sun Daily, penulis Amerika Sylvia Browne menerbitkan sebuah buku pada 2008 berjudul End of Days: Predictions and Prophecies About the End of the World. Buku tersebut juga bicara tentang penyakit terkait pernafasan yang akan menyebar di seluruh dunia. Buku ini bahkan menyebutkan bahwa itu akan terjadi pada 2020. “Pada sekitar tahun 2020, penyakit seperti pneumonia yang parah akan menyebar ke seluruh dunia, menyerang paru-paru dan saluran bronkial dan menolak semua perawatan yang ada,” begitu tulis buku ini. “Hampir lebih membingungkan daripada penyakit itu sendiri adalah fakta bahwa penyakit itu akan tiba-tiba menghilang begitu saja, menyerang lagi 10 tahun kemudian, dan kemudian menghilang sepenuhnya,” demikian buku itu. Tidak salah kalau Presiden AS Donald Trump sempat menuding, Covis-19 itu sebagai virus buatan China, dan Trump menyebutnya dengan nama “Virus China”. Ini yang membuat China meradang, dan menuding justru virus ini buatan AS. Vaksin Corona Melansir Viva.co.id, Rabu (18 Maret 2020 | 15:02 WIB), ada kabar baik di balik bencana mewabahnya Virus Corona di dunia. China mengaku sudah berhasil melakukan penelitian dan menemukan vaksin untuk menyembuhkan virus ini. Vaksin obat corona itu ditemukan dalam penelitian yang dilakukan Akademi Epidemiologi yang dipimpin ilmuwan bernama Chen Wei. Hal itu diungkapkan duta besar China untuk Riyadh, Chen Weiqing, Rabu 18 Maret 2020. Menurutnya, informasi yang diterimanya ilmuwan China telah melakukan penelitian klinis dan tinggal melakukan percobaan terhadap manusia saja. Chen menuturkan, vaksin yang ditemukan dipastikan sudah sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan internasional. Hal itu cukup menggembirakan, karena setelah diuji kepada manusia, vaksin obat corona akan dapat diproduksi secara massal. Perlu diketahui, China merupakan negara tempat pertama kali corona ditemukan. Lebih dari 80 ribu penduduk China terinfeksi virus ini dan 3 ribu orang telah meninggal dunia. Meski begitu 67 ribu lebih berhasil disembuhkan. Sampai saat ini tak cuma China yang mengklaim telah menemukan vaksin corona, Amerika juga telah mengklaim hal yang sama. Malahan Israel telah jauh-jauh hari mengeluarkan klaim menemukan vaksi obat corona. Sementara dari data Coronavirus Covid-19 Global Cases by the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University, hingga saat ini sudah 198 ribu orang di dunia yang terinfeksi corona, hampir 8 ribu meninggal dunia dan 81 ribu sembuh. Mengutip Indozone.id, Rabu (18 Maret 2020 10:22 WIB), China memamerkan suka cita karena mampu mengatasi virus corona di pusat wabah, Kota Wuhan. Para dokter yang bertugas menangani pasien terjangkit virus corona pun membuat perayaan pada Minggu (15/3/2020). Tak hanya itu. Rumah sakit sementara yang sengaja dibangun untuk mengatasi pasien corona pun ditutup. Dalam video yang banyak beredar di medsos dan telah dilihat jutaan kali secara online itu, para pekerja melepaskan masker mereka satu per satu saat kamera melewati mereka, untuk menandai momen tersebut seperti yang dilaporkan The Independent. Sebelumnya pada awal Februari lalu, pemerintah China telah membangun 14 rumah sakit baru dalam waktu singkat. Semua RS itu dikhususkan untuk tempat merawat pasien Covid-19. Dari 14 rumah sakit itu, dua di antaranya ada di Wuhan. Perayaan itu juga dilakukan karena penutupan RS itu menandakan adanya penurunan jumlah kasus baru di China dari wabah yang sudah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO itu. Pada Sabtu, para pimpinan di sektor kesehatan mengatakan, hanya ada 13 kematian baru dan hanya ada 11 kasus baru. Kasus ini termasuk kasus import (imported cases), yang terdeteksi pada orang-orang yang baru datang dari negara-negara lain yang terkena dampak. Secara total per Rabu (18/3/2020), jumlah kasus infeksi virus corona di China ada sebanyak 80.894 kasus dengan 3.237 kematian dan 69.614 sembuh. Secara global, ada 194.412 kasus dengan 7.984 kematian dan 82.762 orang sembuh, tulis Worldometers info coronavirus. China memang terbilang sukses tangani virus Corona. Mungkinkah sebelum virus corona ini mewabah, China sudah menyiapkan Vaksin anti Corona juga? *** Penulis wartawan senior.

Klenik Istana; Apes Jokowi di Kediri

Oleh Dimas Huda Jakarta, FNN - Kudus dan Kediri adalah dua daerah yang amat penting bagi Indonesia. Sayang, tandem Kota Kretek ini dimitoskan “angker” bagi pejabat tinggi, termasuk presiden. Dua daerah ini adalah lumbung duit. Pada 2019, pabrik rokok di Kudus menyetor Rp31,79 triliun ke negara. Sedangkan Kediri setor Rp20,69 trilliun. Lucunya, Kudus dan Kediri dianggap daerah yang perlu “dihindari” oleh pejabat tinggi. Dua daerah itu dimitoskan sebagai daerah “wingit”. Suci dan keramat. Juga angker. Pejabat tinggi, termasuk presiden, mesti menghindari dua daerah ini jika ingin kekuasaanya langgeng. Tak sedikit yang mempercayai mitos dan klenik seperti itu, tak terkecuali orang-orang terdidik di Istana, macam Menteri Sekretaris Kabinet, Pramono Anung. Presiden Joko Widodo membatalkan kunjungannya ke Kediri atas saran orang-orang di sekelilingnya. "Terus terang saya termasuk yang menyarankan Bapak Presiden tidak ke Kediri. Saya yang menyarankan," kata Pramono di depan para kiai sepuh pengasuh Ponpes Hidsyatul Mubtadien, Lirboyo, Kediri, Sabtu (15/2). Menurutnya, Kediri merupakan wilayah yang “wingit” untuk didatangi presiden. Pramono datang bersama Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, dan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono. Para pembantu presiden ini meresmikan rumah susun sewa atau rusunawa di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Pramono lalu mengungkap mitos, bahwa Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur sempat berkunjung ke Kediri. Setelah itu, ada gejolak di Ibu Kota hingga terjadi pelengseran Gus Dur dari kursi Presiden RI. Menurut Pramono, wingit tersebut tidak berlaku untuk Wakil Presiden RI. Oleh karenanya, ia tidak pernah melarang Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, apabila hendak berkunjung ke Kota Tahu tersebut. "Kalau Pak Wapres biasanya tidak apa-apa," sebutnya. Kejujuran Pramono ini boleh jadi mengundang senyum sinis. Buktinya, linimassa Twitter pun langsung heboh oleh tagar #JokowiTakutKediri setelah itu. Warganet ramai menuliskan tagar tersebut melalui cuitannya. Kurang dari dua hari sejak Pramono menunjukkan kepolosannya itu, lebih dari 5.000 cuitan yang memakai tagar tersebut. "Kutukannya cukup jelas, siapa kepala negara yang tidak suci benar masuk wilayah Kota Kediri maka dia akan jatuh," jelas Kiai Ngabehi Agus Sunyoto. Sebab ini kah #JokowiTakutKediri?. Ayo Pak Jokowi jangan percaya klenik #JokowiTakutKediri," kata @Raj4Purwa. Sementara itu, warganet lain meminta agar Jokowi membuktikan kebenaran mitos tersebut. @husni80 mencuit, "Kenapa #JokowiTakutKediri. Padahal kediri kuat akan nuansa sejarah jaman dahulu ...Karena disanalah dahulu pasukan China dipermalukan. Jadi kenapa #JokowiTakutKediri. Kan selalu bangga dgn slogan ... Jas Merah, Jangan lupakan sejarah". Kartikea Singha Faktanya, mitos itu memang banyak yang percaya. Apalagi dengan dibumbui contoh presiden yang apes gara-gara menginjakkan kaki di Kediri. Konon, dari daftar enam presiden RI, hanya tiga presiden yang berani datang ke Kota Kediri yaitu, Sukarno, B.J. Habibie, Gus Dur dan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Tiga presiden ini dilengserkan sebelum jabatannya tuntas. Jatuhnya orang nomor satu di Indonesia itu ada yang mengkait-kaitkan dengan kutukan Raja Kalingga, Kartikea Singha. Dalam Babad Kadhiri diceritakan dalam kutukannya itu, Kartikea mengatakan, setiap kepala negara yang tidak memiliki hati suci maka akan jatuh atau lengser. Ada beberapa tempat di Kediri yang diyakini masyarakat tidak boleh dilewati oleh raja atau pun presiden. Daerah itu antara lain, Simpang Lima Gumul, Jembatan Lama, dan Sungai Brantas. Gus Dur dilengserkan dari posisinya secara politik, tiga hari setelah melakukan kunjungan ke Pesantren Lirboyo Kediri. Tiga bulan pasca kunjungan ke Kediri, B.J. Habibie, juga harus merelakan jabatannya karena legitimasi pemerintahannya dianggap sangat lemah. Hanya saja, mitos itu tidak berlaku bagi Presiden SBY. Ia pernah mengunjungi Kediri dan Blitar ketika terjadi letusan Gunung Kelud pada tahun 2007. Bukannya lengser, SBY malah kembali terpilih menjadi presiden kedua kalinya pada 2009. Kudus Selain Kediri, Kudus juga dianggap “wingit”. Bukan hanya presiden, para pejabat tinggi macam menteri juga mikir seribu kali untuk sekadar melewati Kota Kretek ini. Pada 10 Agustus 2016, Jokowi membatalkan kunjungannya ke Pati juga gara-gara mitos seperti itu. Soalnya, jika melalui jalan darat, ke Pati berarti harus melalui Kudus, daerah “wingit” itu. Kudus dianggap “keramat” terkait dengan cerita tentang Rajah Kolocokro atau Kalacakra. Ini adalah rajah yang dibuat Sunan Kudus untuk melindungi muridnya Harya Penangsang. Tujuan rajah tersebut dibuat agar para raja atau pemimpin kerajaan yang melewati menjadi rakyak biasa. Konon, Sunan Kudus memasang rajah itu di pintu masuk Menara Kudus. Siapapun yang melewati pintu tersebut, apabila mempunyai kekuasaan, jabatan atau posisi yang tinggi, akan jatuh. Rajah ini dipasang saat terjadi konflik politik di Kerajaan Pajang yang dipimpin Sultan Hadiwijaya. Sunan Kudus membuat Rajah Kalacakra diletakkan di gerbang masuk Menara Kudus. Siapapun yang melewati akan kehilangan kadigdayan. Diharapkan Hadiwijaya melewati rajah itu, ternyata dia lewat jalan lain. Justru Haryo Penangsang yang lalai, dan melewati gerbang tersebut. Celaka dia setelahnya. Masyarakat luas mengaitkan hal itu dengan cerita rakyat bahwa Sunan Kudus telah memasang Rajah Kalacakra di gerbang atau pintu masuk menuju masjid yang juga bisa mengakses ke makam. Rajah itu, konon, mampu melemahkan semua kekuatan atau daya linuwih seseorang. Bahkan dipercaya, penguasa akan segera kehilangan kekuasaannya jika melewati rajah itu. Demikian pula bagi pejabat. Hingga saat ini, cerita itu masih terus berkembang, dilestarikan dan dikukuhkan. Banyak pejabat dan politisi yang kemudian yang tidak mau ambil resiko setelah datang ke Masjid Menara Kudus akan kehilangan pengaruh dan kekuasaannya. Apalagi mereka juga tidak tahu di pintu yang mana dulu Sunan Kudus memasang doa saktinya. Bahkan tak hanya di pintu itu. Memasuki kota Kudus dianggap sama risikonya. Oleh mereka yang percaya mitos ini lalu mengait-kaitkan jatuhnya Gus Dur juga karena datang ke Kudus. Kala itu, Gus Dur mengunjungi kiai sepuh di Kudus dan selang tak berapa lama ia harus lengser. Pada era Orde Baru, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef juga beberapa menteri lainnya, jatuh setelah mengunjungu Kudus. Pada akhir September 2017, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, nekat mendatangi Makam Sunan Kudus untuk mengikuti prosesi puncak Buka Luwur. Nyatanya, dia terpilih kembali. ”Lha sampeyan percaya? Percaya dengan hal itu (mitos pejabat akan lengser jika melewati gapura Menara Kudus)?” kata Ganjar Pranowo dengan nada agak tinggi saat ditanya wartawan terkait mitos tersebut. Ganjar tidak menghiraukan mitos tersebut. Baginya, dia datang ke Menara Kudus dengan tujuan baik. Yakni menghormati prosesi Buka Luwur. Terlebih tradisi itu bisa terus berjalan hingga sekarang. Sunan Kudus memang memasang rajah kalacakra. Tujuannya agar orang yang datang ke Masjid Menara Kudus, fokus untuk beribadah kepada Allah SWT. Caranya bagaimana? Dengan melepas semua nafsu dan keinginan untuk berkuasa. Jika tidak, maka kesaktian, jabatan, dan kedudukan si penggede akan hilang. Kurang Percaya Kembali ke Kediri. Pengasuh Ponpes Putra Putri HM-HMQ Lirboyo, KH. Abdullah Kafabihi Mahrus, berpendapat tidak ada kaitan antara presiden yang lengser dengan kunjungannya ke wilayah Kediri. "Ya kalau kami-kami itu, orang pesantren itu dalam hal-hal demikian ya kurang percaya. Kami lebih percaya dengan Allah," kata Kiai Kafabihi kepada Suara.com di kediamannya di Lirboyo, Senin (17/2). Menurut Kafabihi, mitos seperti itu perlu diluruskan. Jika tidak, maka dikhawatirkan akan merusak akidah. "Kadang-kadang kita lupa dengan Allah, harus ada pelurusan," katanya. Kalaupun masyarakat mempercayai mitos itu, Kiai Kafabihi meyakini ada penangkalnya. Caranya dengan berdoa dan bertawakal kepada Allah, dengan cara itu mitos tersebut dipastikan luntur. "Yang lebih kuasa, yang lebih segala-galanya adalah Allah. Kalau Allah tidak menghendaki, tidak akan terjadi," ucapnya. Persoalannya adalah, Jokowi dan penghuni Istana lebih mempercayai mitos itu ketimbang penangkalnya. Penulis wartawan senior.

Joe Paloh

Oleh Dahlan Iskan Jakarta, FNN - Tulisan ini tertunda terus. Setiap kali akan muncul di DI’s Way tergeser oleh kejadian baru. Tapi Joe Biden kini hot kembali. Ditambah salaman Srimulat-nya Megawati. Maka --meski beberapa orang sudah dapat bocorannya-- kisah ini sayang dilewatkan: Mereka berpasangan secara serasi. Dua periode. Delapan tahun. Namun, begitu tidak menjabat, keduanya tidak pernah berhubungan. Via WA sekali pun. Itulah Barack Obama dan Joe Biden. Presiden ke-44 Amerika dan wakilnya. Masing-masing hanya memendam dugaan: kenapa mereka tidak bisa saling bertemu. Di awal bulan ketujuh masa pensiunnya, Joe duduk-duduk di dalam rumahnya. Yang halaman belakangnya khas rumah orang kaya Amerika: luas sekali. Dengan hamparan rumput dan pepohonan. Itu malam hari. Di luar sudah gelap. Khususnya di halaman belakang itu. Tapi Joe masih bisa melihat ada sesuatu yang mencurigakan. Ada korek api menyala. Di halaman belakang itu. Agak di kejauhan. Di balik pepohonan sana. Di Amerika berlaku peraturan: setelah pensiun enam bulan mantan wapres tidak lagi mendapat pengawalan. Karena itu Joe harus lebih waspada. Pun malam itu. Joe curiga. Mengapa ada orang di halaman belakang. Ia bergegas ke kamar tidurnya. Membuka laci di sebelah ranjangnya: ada senjata dan pistol di situ. Juga tersimpan medali tertinggi yang pernah diterimanya. Penghargaan dari negara. Ia ambil pistol itu. Ia slempitkan di balik jasnya. Ia ajak serta anjingnya. Ke halaman belakang. Jalannya pelan. Langkahnya hati-hati. Saat membeli pistol itu Joe ditegur istrinya: untuk apa? Kan sudah punya senjata? Waktu itu Joe tidak bisa menjawab. Malam inilah jawabnya. Begitu melewati pintu belakang Joe merasa aneh. Mencium bau rokok. Yang aromanya seperti pernah ia cium. Ia pun melewati beberapa pohon. Sambil berlindung di baliknya. Aroma rokok yang sama kian kuat. Kian dekat ke pohon itu kian keras aroma rokoknya. Kian kenal pula aroma rokok apakah itu. Dan siapa yang biasa mengisap rokok seperti itu. Barack Obama. Joe pun terbatuk kecil. Lalu menegurkan suaranya ke arah aroma itu. "Kok sekarang merokok lagi?" "Kalau lagi rindu sahabatnya saja." "Kenapa mencurigakan begini?" Barack hanya membisikkan jawabannya. Sangat rahasia. Intinya malam itu Barack ingin membisikkan kabar duka yang mencurigakan: teman baik Joe baru saja meninggal. Ditabrak Amtrak. Kereta api jurusan Delaware-Washington DC. Yang misterius: Di meja kerja korban ditemukan peta. Menunjuk ke alamat Joe. Ini bisa krusial. Korban ditengarai bunuh diri. Atau fly oleh obat bius. Atau dibunuh jaringan perdagangan narkotik. Atau ada motif politik. Pokoknya ia mati tidak wajar. "Joe, hati-hatilah. Anda bisa dikait-kaitkan." Apalagi, si korban memang kenal baik dengan Joe. Meskipun pekerjaan sang korban hanya kondektur Amtrak. Itu karena Joe selalu naik Amtrak. Belasan tahun. Joe adalah pelanggan setia Amtrak. Yakni saat Joe jadi anggota DPR. Selama 15 tahun. Jurusannya pun tetap. Jamnya tetap. Dari rumahnya di Delaware ke gedung DPR di Washington DC. Satu jam perjalanan. Nyaris tiap hari. Siapa pun di stasiun Delaware kenal Joe. Apalagi kondektur. Kelak, setelah Joe jadi wapres, stasiun itu diberi nama ”Stasiun Amtrak Joe Biden”. Setelah perokok itu pergi, Joe bertekad ingin menyelidiki sendiri: mengapa kondektur itu tewas. Toh ia sudah tidak banyak kesibukan. Rasanya tidak mungkin bunuh diri. Orangnya baik. Dan lagi sudah hampir pensiun dari Amtrak. Joe ingin merasakan jadi seperti detektif swasta. Ingin membongkar misteri kematian kondektur itu. Barack membantu sepenuhnya. Termasuk paspampres yang masih melekat mendampinginya. Yang untuk mantan presiden tidak ada batasan enam bulan. Keduanya pun terlibat lika-liku penyelidikan. Sampai menyamar tidur di motel murahan. Juga sampai ngebut. Untuk mengejar motor besar yang mencurigakan. Joe yang pegang kemudi. Sampai tergelincir ke sawah. Barack yang mendampingi. Singkat cerita, Joe berhasil. Pembunuhan itu terbongkar. Satu jaringan perdagangan obat bius terungkap. Salah satunya tokoh polisi di Delaware. Yang amat ia percaya. Di akhir cerita terjadi tembak-tembakan. Barack sampai tiarap di atas aspal. Si polisi jahat menembak Joe. Yang ditembak pun roboh. Tubuhnya ambruk ke tubuh Barack. Wah, Joe tertembak. Barack melihat sendiri peluru mengenai dadanya. Pasti Joe tewas. Begitu pikir Barack. Ternyata Joe tidak apa-apa. Justru sang polisi yang roboh. Joe sempat menembaknya lebih cepat. Lho tadi kan peluru mengenai dadanya. Kenapa tidak berdarah? Joe merogoh saku atas di bajunya. Mengeluarkan tanda jasa tertinggi yang ia kantongi. Medali itu penyok. Kena peluru. Hollywood banget. Kisah itu memang fiksi. 100 persen fiksi. Ditulis dalam wujud sebuah novel. Judulnya: Hope Never Dies. Yang baru selesai saya baca seminggu sebelum menulis ini. Itulah sebuah novel laris di Amerika. Penulisnya Anda sudah tahu: Andrew Shaffer. Penulis cerita film Hollywood ”Fifty Shades of Grey” itu. Yang di Indonesia sangat terkenal filmnya. Shaffer juga menulis buku lainnya seperti ”Yoga-Philosophy for Every One, Bending Mind and Body”. Saya nyaris tidak bisa berhenti membaca novel ”Hope” itu. Tokoh-tokohnya begitu akrab di benak kita. Karakter tokohnya pun mencerminkan karakter Barack yang kita kenal. Dengan intelektualitasnya. Dengan flamboyannya. Dengan humor-humor tingkat tingginya. Demikian juga karakter Joe yang kita kenal. Terasa sekali tercermin di novel itu. Juga dengan keseniorannya. Dan humor tingkat tingginya. Tercermin juga betapa serasi pasangan itu. Betapa sudah seperti keluarga. Meski yang satu kulit putih dan satunya kulit hitam. Di akhir cerita baru diungkap: mengapa keduanya tidak saling kontak selama enam bulan terakhir. Kata Joe pada Obama: saya tidak berani kontak, saya khawatir mengganggu Anda. Joe melihat Barack begitu sibuk keliling dunia. Bersama tokoh-tokoh muda. Barangkali Barack tidak mau lagi berhubungan dengan orang-orang tua seperti dirinya. ”Umur saya kan sudah 76 tahun.” Sedang Barack mengatakan kepada Joe begini: ”Joe, saya kira Engkau sengaja menjauhi saya. Saya jadi sungkan mengontak Anda.” Kok menjauhi? ”Siapa tahu Engkau akan mencalonkan diri sebagai presiden. Yang harus menghindari bayang-bayang Barack.” Sekali lagi itu novel. Fiksi. Yang ternyata benar hanyalah: Joe akhirnya memang mencalonkan diri sebagai presiden. Untuk Pilpres 2020. Melawan incumbent Donald Trump. Tua lawan tua. Tapi kan tidak ada lagi istilah orang tua sekarang ini. Sejak Mahathir Mohamad terpilih sebagai perdana menteri Malaysia. Di umurnya yang 93 tahun saat itu. Saya membayangkan: kalau hubungan Pak SBY dan Bu Mega dibuat novel pasti akan laris manis pula. Ditambah pemain baru: Surya Paloh.(dahlan iskan) https://www.disway.id/r/674/joe-paloh