PROFIL
Gibas dan HNSI Dukung LaNyalla Kembalikan UUD 1945 ke Naskah Asli
Jakarta, FNN – Upaya Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, untuk mengembalikan UUD 1945 ke naskah asli, mendapatkan dukungan dari Gabungan Inisiatif Barisan Anak Siliwangi (Gibas) dan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI). Dukungan tersebut disampaikan langsung ke LaNyalla saat kedua lembaga tersebut beraudiensi ke Kantor DPD RI, Senin (8/8/2022). Dalam audiensi itu, hadir Dewi Anggareni, Penasehat Gibas yang juga anggota Lemhanas, Ketua Gibas Aria Riefaldhy, dan Ketua Bidang Hukum HNSI Secarpiandy. Sementara LaNyalla didampingi Senator asal Lampung Bustami Zainuddin dan Staf Khusus Ketua DPD RI, Sefdin Syaifuddin. Ketua Gibas Aria Riefaldhy mengatakan, ada beberapa poin yang disampaikan pihaknya di pertemuan tersebut. Yang pertama adalah Gibas ingin peran serta Gibas dan masyarakat berperan aktif untuk mengawal perjalanan bangsa. Masyarakat harus diberi ruang untuk membangun dan menentukan arah perjalanan bangsa ke depan. “Ke depan, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk menangkal radikalisme dan penyebaran narkotika. Semua ini bisa kita laksanakan kalau kita punya sosok seperti Ketua DPD RI. Apalagi perjuangannya yang saat itu menghapus ambang batas presidential threshold dan sekarang mengembalikan naskah asli UUD 45 semua sesuai dengan perjuangan Gibas,” katanya. Tidak itu saja, dia mengatakan harus ada upaya agar masyarakat menjadi lebih sadar politik. Oleh karenanya, Aria mengaku siap meresonansikan gagasan LaNyalla untuk membangun kesadaran masyarakat agar paham terhadap situasi kebangsaan kekinian. “Salah satu peran serta masyarakat yang diharapkan adalah dapat meminimalisir golput atau meningkatkan gerakan sadar politik di masyarakat. Semua harus paham politik, karena untuk mengawal perjalanan bangsa,” katanya. Sedangkan Ketua Bidang Hukum HNSI Secarpiandy, mengatakan Indonesia membutuhkan pemimpin yang tegas dan berani seperti Soekarno dan Soeharto. Dari sekian banyak tokoh nasional yang tampak, LaNyalla merupakan figur yang memiliki ketegasan dan keteguhan sikap dalam berpolitik. LaNyalla, Secarpiandy melanjutkan, juga memiliki kepedulian yang cukup tinggi terhadap persoalan kebangsaan yang dirasakan masyarakat. “Dari semua tokoh yang ada, LaNyalla inilah yang berani dan cocok menjadi pemimpin. Karena, bapak ini punya karakter,” katanya. Senator asal Lampung, Bustami, mengatakan DPD akan menampung semua aspirasi dan rencana ke depan dari Gibas dan HNSI. “Silakan aspirasi ditulis dan kami akan tindak lanjuti. Situasi yang terjadi di bangsa ini, semuanya terjadi karena amandemen UUD 45. Silahkan baca Peta Jalan yang dibuat oleh Ketua DPD RI. Semua tertuang lengkap di situ. Kalau udah baca kita akan semakin paham arah perjalanan bangsa ke depan,”tuturnya. Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengatakan akan terus memperjuangkan agar UUD1945 bisa kembali ke naskah asli. “Semua yang terjadi di bangsa ini, adalah akibat amandemen yang berkali-kali dilakukan. Dan itu sudah keluar dari semangat para pendiri bangsa. Oleh sebab itu, kita akan terus berjuang agar naskah asli UUD 1945 bisa dikembalikan untuk selanjutnya kita sempurnakan dengan adendum,” katanya. (Sof/LC)
DPR Berwenang Mengawasi Implementasi UU TPKS
Jakarta, FNN - Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Willy Aditya mengatakan kewenangan DPR dalam upaya penegakan Undang-Undang nomor 12 tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) adalah melakukan pengawasan, anggaran, dan legislasi yang merupakan tugas dan fungsi DPR.\"UU TPKS sudah dapat langsung diterapkan dan digunakan aparat penegak hukum (APH) dalam penindakan terhadap kasus TPKS delik pidana maupun hukum acaranya sebagaimana yang diatur dalam UU TPKS. Kewenangan DPR dalam upaya penegakan UU TPKS adalah melakukan fungsi pengawasan, anggaran, dan legislasi,\" kata Willy dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.Dia menjelaskan, fungsi pengawasan DPR dapat langsung dilakukan komisi terkait ketika UU TPKS diundangkan, misalnya, Komisi VIII DPR bisa mengawasi dan memastikan pemerintah pusat dan pemerintah daerah membentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) di seluruh kabupaten/kota dan provinsi.Hal itu menurut dia diatur dalam Pasal 90 UU TPKS yaitu paling lambat 3 tahun, dan memastikan dibentuknya dana bantuan bagi korban seperti diatur dalam Pasal 35 UU TPKS dengan Peraturan Pemerintah.\"Selain itu, mereka juga bisa memastikan pemerintah untuk membentuk Pelayanan Terpadu sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 72-75 yang diatur dengan Peraturan Presiden; memastikan hak korban atas Penanganan, Pelindungan, dan Pemulihan sejak terjadinya Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang merupakan kewajiban negara dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan korban,\" ujarnya.Willy menjelaskan, Komisi III DPR juga bisa mengawasi dan memastikan APH dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan bekerja sesuai dengan yang diatur dalam UU TPKS.Menurut dia, Komisi III DPR juga harus memastikan dibentuknya unit khusus pengaduan korban TPKS di seluruh struktur kepolisian dan kejaksaan, memastikan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) agar langsung berkolaborasi dengan APH dan UPTD PPA dalam memastikan hak-hak korban terpenuhi.\"Komisi IX DPR bisa mengawasi dan memastikan visum dan layanan kesehatan diberikan rumah sakit dan unit layanan kesehatan lainnya dengan pendanaan yang disediakan dari APBN dan APBD sebagaimana diperintahkan dalam Pasal 87 UU TPKS,\" katanya.Dia mengatakan, untuk alat kelengkapan dewan (AKD) yang lain, harus dapat memastikan para mitra kerja membentuk unit atau peraturan internal yang bertujuan untuk mencegah terjadinya tindak pidana kekerasan seksual di lembaga masing-masing.Menurut dia, bidang anggaran, DPR juga bisa mengoptimalkan fungsi anggarannya dengan memastikan alokasi anggaran untuk pelaksanaan UU TPKS bisa berjalan dengan baik, melalui rapat-rapat mengenai penentuan anggaran dengan kementerian/lembaga terkait. (Sof/ANTARA)
Panjang Umur Menopang Jujur
Sebaik-baiknya pemimipin adalah pemimpin yang jujur. Sehebat-hebatnya pencitraan dipoles, ia menjadi semu tanpa berlaku jujur. Sepanjang-panjangnya umur, ialah umur yang banyak memberi manfaat dan dipenuhi dengan hidup jujur. Panjang umur yang menopang hidup jujur. Oleh: Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI ADA dua hal yang istimewa saat Anies merayakan usianya yang ke-53. Pertama, netizen begitu antusias menyampaikan ucapan selamat ulang tahun kepada gubernur DKI Jakarta yang digadang-gadang sebagai calon presiden RI di pilpres 2024. Kedua, beredar tayangan video entah dibuat dalam suasana hari ulang tahun Anies atau tidak, ada pesan moral yang menggugah Anies yang disampaikan ibunda tercintanya. Dalam dialog singkat itu, ibundanya berharap bahwasanya yang terpenting adalah soal kejujuran pada semua yang ada dalam diri seorang Anies. Pemilik nama lengkap Anies Rasyid Baswedan yang lahir tanggal tanggal 7 Mei 1969 di Kuningan Jawa Barat. Terpaksa harus membiarkan nuansa perayaan hari jadinya menjadi konsumsi publik. Tak cukup dari kerabat dan handai tolan, beranda di media sosial juga ramai ikut memeriahkan milad pemimpin yang lekat dengan sifat tenang, santun dan humanis. Beragam platform media sosial seperti grup-grup WA, you tube, instagram, twiter, tiktok, snack video dll., sangat meriah memberikan ucapan selamat ulang tahun dengan pelbagai narasi dan gaya sesuai versinya masing-masing. Fenomena dan realitas itu, membuktikan betapa Anies merupakan figur pemimpin yang hangat, tak berjarak dan impresif di hadapan publik. Mainstream media sosial yang berisi keragaman strata sosial mulai dari arus bawah, menengah dan kalangan elit yang prestisius. Tanpa dikomando dan dengan inisiasi yang penuh keceriaan, beramai-ramai melontarkan ucapannya seakan perayaan hari lahirnya menjadi kebahagian bersama, bukan hanya milik Anies seorang. Tanpa manuver dan rekayaya politik terutama dengan pola pencitraan, Anies secara alami terbukti memang dicintai sebagian besar rakyat. Selain itu, tak ada motivasi dan inspirasi yang lebih utama, juga paling penting kecuali dari seorang ibu. Begitupun dengan Anies, ketika mendapat wejangan dan doa dari Ibunda tercintanya dalam suasana yang intim dan sangat familiar. Seakan mengetahui dan memahami betapa terjal dan berat amanat kepemimpinan di pundak Anies. Sang ibu yang dari rahimnya lahir sekaligus merawat dan membesarkannya. Tidak sekedar harapan, keramat hidup itu juga menyampaikan bahasa tubuh dan makna tersirat kepada putranya, Anies yang membanggakan. Meskipun tak pernah surut terus dibekap caci-maki, hujatan dan fitnah, ibundanya seolah-olah menjadi kekuatan jiwa dan energi bagi Anies untuk terus berprestasi, menunaikan aspirasi dan janji serta berharap ridho dan berkah ilahi Satu hal pesan ibundanya yang paling mengusik dan menggetarkan bukan hanya untuk Anies melainkan buat semua orang dan seluruh rakyat Indonesia. Sedikit kata-kata yang sederhana, teduh dan bermakna, ketika menegaskan dari semua dan yang ada dalam kehidupan ini, yang terpenting adalah menjaga kejujuran. Sebuah prinsip yang maha dahsyat yang sangat sulit dan tidak setiap orang bisa mengembannya. Terlebih bagi seorang pemimpini dimana hajat hidup banyak orang dan nasibnya berada ditangannya. Karena jujur itulah sikap fundamental dan radikal seorang pemimipin. Dengan jujur itulah, Pancasila, UUD 1945 dan NKRI bisa dihadirkan dengan sebenar-benarnya dihadapan seluruh rakyat Indonesia. Kesanggupan untuk hidup jujur para pemimpin yang bisa menjadi satu-satunya yang menyelamatkan kehidupan rakyat, negara dan bangsa. Tahniah untuk Ibunda tercinta dan putranya Anies. Selamat merayakan ulang tahun perjuangan bagi Anies yang ekspektasi rakyat Indonesia pada kepemimpinannya begitu besar. Panjang umur Anies, panjang umur menopang jujur. (*)
Mahasiswa Mencemaskan Masa Depan Bangsa, Relawan Malah Gerilya Supaya Jokowi Tiga Periode, Dungu!
Jakarta, FNN – Tak bisa dipungkiri lagi bahwa hampir semua orang mencemaskan nasib bangsa ke depan. Oleh karena itu mahasiswa perlu turun ke jalan berdemonstrasi untuk mengingatkan elit pemerintah bahwa harua ada tindakan nyata menyelamatan bangsa. “Kita mulai dengan semangat untuk memperbaiki bangsa ini. Betul semua yang diterangkan di headline tadi menyangkut kecemasan Pak Yusuf Kala, Ibu Sri Mulyani, dan segala macam,” kata pengamat politik Rocky Gerung kepada wartawan senior FNN Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Senin, 18 April 2022. Rocky menegaskan bahwa utang atau harga-harga naik, tidak menjadi soal, jika semua itu dikelola untuk memproyeksikan masa depan yang lebih baik. Akan tetapi yang terjadi justru ketakutan masyarakat atas masadepan bangsa. “Emak-emak, mahasiswa, tukang ojek, dan segala macam itu pusing karena harapan terhadap masa depan, nggak diperlihatkan. Bahkan mereka sekarang takut bahwa jangan-jangan beli jaket gojek itu juga akan dipajaki dengan segala macam aturan tambahan. Jadi ketakutan rakyat itu beralasan karena tidak ada cahaya di masa depan,” papar Rocky. Rocky menegaskan bahwa Jusuf Kala adalah bagian dari orang yang mengerti kegelapan bangsa ini, karena dia ada dalam pusat kekuasaaan Jokowi dan tahu apa yang disebut utang. “Jadi, peringatan Pak Yusuf Kalla betul-betul hanya mengulang yang sudah beliau ucapkan berkali-kali. Juga Ibu Sri Mulyani yang dulu waktu kampanye Jokowi mengatakan bahwa setiap anak yang lahir di era Jokowi akan mewarisi hutang 30 juta,” tegasnya. Menurut Rocky, Sri Mulyani tahu bahwa beban itu akan dipikul oleh generasi ke depan. Generasi mahasiswa yang besok akan melakukan demonstrasi 21 April 2022 itu. “Jadi demo itu kita upayakan untuk menerbitkan terang setelah gelap. Gelap di era Presiden Jokowi karena gagal untuk memberi cahaya terang. Seluruh janji yang disebutkan dalam kampanye, nggak ada satu pun yang dihasilkan,” paparnya. Hal-hal seperti ini yang diabaikan oleh Jokowi, sebab Jokowi soal data-data kecil itu akan meminta pembantu datang ke publik dan mengatakan, “Kan sudah Pak Jokowi janjikan bahwa ada 11 ribu triliun di kantongnya. Jadi 11 ribu triliun itu bagi si tukang ojek tadi adalah hinaan bagi dia itu,” paparnya. “Publik masih ingat bahwa Presiden Jokowi diperintahkan untuk memelihara fakir miskin oleh konstitusi. Bukan diperintahkan untuk menceraikan suami istri karen gagal ekonomi,” tegasnya. Kegagalan bangsa ini kata Rocky betul-betul disebabkan oleh ketidakmampuan istana untuk membaca masa depan dan menerangkan kepada rakyat. Karena kalau kita tanya apa masa depan Indonesia sekarang, mereka gak bisa jawab. “Dan relawan-relawan Jokowi juga mungkin nggak bisa membaca keadaan di depan karena tidak mampu membaca secara teoritis,” katanya. Menurut Rocky, relawan Jokowi terus menerus mengucapkan deklarasi yang bagus-bagus aja. “Seharusnya bukan sekadar deklarasi mendukung Jokowi, tapi mustinya relawan Pak Jokowi mendeklarasikan masa depan, setelah Jokowi apa. Tegak lurus dengan Jokowi, setelah tegak lurus dengan Pak Jokowi, ke mana arah tegak lurusnya, kalau Pak Jokowi meninggalkan jejak utang yang disebut berbahaya,” paparnya. “Jadi, kritik mahasiswa itu betul-betul beralasan, mahasiswa tidak melihat cahaya masa depan, sementara relawan Jokowi masih mengupayakan supaya Pak Jokowi tiga periode. Nggak ada soal tiga periode, bahkan lima periode,” paparnya. Rocky menegaskan bahwa upaya tiga periode terus digalakkan di daerah-daerah. Walaupun Pak Jokowi sudah bilang saya batalin, tapi operasinya masih jalan terus. Bahkan mahasiwa baca detailnya kok anggarannya belum diketok. Bagaimana Pemilu mau diselenggarakan kalau anggarannya belum diturunkan. Karena itu berkaitan dengan harga-harga yang memang betul nggak mungkin lagi majakin rakyat dengan test rasio yang sudah mentok, dengan segala macam upaya untuk mencari akal, “Sri Mulyani pasti bingung. Tapi kan dia nggak mungkin terangkan itu pada Pak Jokowi. Yang pasti dia muter lagi, ngeluh ke IMF, World Bank. Jadi kita terlilit oleh logika-logika yang hendak disembunyikan. Padahal kita bisa baca bahwa itu logika untuk menyelamatkan kekuasaan, bukan logika untuk memberi harapan pada bangsa.” (ida, sws)
Menyambut HUT Kopassus ke-70, Nostalgia Dua Danjen Kopassus
Oleh: Egy Massadiah - wartawan senior, Tim Bidang Komunikasi PPAD (Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat). Aktif menulis buku dan Ketua Yayasan \"Kita Jaga Alam\" DUA jenderal Kopassus bernostalgia. Yang satu Iwan Setiawan (Danjen Kopassus 2022 - ). Satunya lagi, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo, (Danjen Kopassus 2014-2015). Laksana lantunan “tembang kenangan” yang syahdu. Maka, bulir-bulir memori tugas masa lalu pun deras mengucur. Hubungan Iwan dan Doni bukan sekedar senior-junior atau abang-adik. Keduanya memiliki kenangan dalam serangkaian penugasan operasi militer di Timor Timur, Aceh, Papua, Poso, dan lain-lain. Itulah yang terekam di Gedung PPAD, Jl. Matraman, Jakarta Timur, Selasa (12/4/2022), saat Iwan Setiawan menyambangi Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD), Letjen TNI Purn Doni Monardo dan jajaran. “Hari ini saya senang bisa bertemu bapak Doni Monardo. Silaturahim ini juga sebagai bagian dari syukuran ulang tahun Kopassus yang ke 70 pada 16 April ini,” ujar prajurit baret merah yang sukses memimpin ekspedisi pendakian gunung tertinggi di dunia, Mount Everest pada tahun 1997, saat masih berpangkat Letnan Satu. Mandi Di Selokan Berikutnya, Iwan meminta Doni Monardo berkenan menyuluhkan bimbingan. “Bersama pak Doni saya memiliki hubungan emosional. Paling teringat saat Ekspedisi Khatulistiwa di Kalimantan, Maret – Juli 2012. Beliau brigjen saya letkol,” ujar pria kelahiran Bandung, 16 Februari 1968 itu. Saat itu, Letkol Iwan di posisi Wadan Pusdikpassus (Pusat Pendidikan Komando Pasukan Khusus/Kopassus). Dalam ekspedisi tersebut, ia menjabat Kabag Ops di bawah komando Wadanjen Kopassus Brigjen Doni Monardo. “Beliau benar-benar terjun ke lapangan, tidur menggunakan ponco perorangan, basah kehujanan serta mandi di selokan yang air nya mengalir dari kebun sawit. Bahkan makan mie instan,” kenang Iwan tersenyum. Perwira lain yang turut serta adalah Letkol Gusti Putu Danny Karya Nugraha, Letkol Jonathan Binsar Parluhutan Sianipar, Letkol Fitry Taufik Sahari (Pakorwil Kalbar Kalteng - Kahub Kopassus), Letkol Rafael Granada Baay dll. Mereka, team ekspedisi yang berhari hari menyusuri perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan. Sejumlah perwakilan mahasiswa juga ikut terlibat. Dicintai Rakyat Iwan bertekad, ke depan, akan berupaya mengisi kemampuan prajurit baret merah agar makin professional, militan dan dicintai rakyat. Iwan memaparkan bahwa personil Kopassus terdiri atas Grup 1, (Serang), Grup 2 (Kartasura), Grup 3 (Cijantung), Pusdiklat Kopassus (Batujajar), dan Sat 81 Gultor (Cijantung). “Tapi izin, Danjen Kopassus tetap pak Doni. Saya hanya penerusnya,” ujar Iwan dengan nada gurau. Doni Monardo tampak terpingkal di balik masker yang tak pernah lepas. Pria yang dalam keseharian kental dengan keceriaan khas Sunda ini, lagi-lagi membuat Doni Monardo tertawa saat menceritakan bagaimana ia telah bergegas datang ke markas PPAD dengan harapan tiba lebih dulu, meski ia tamu. “Tapi apa yang terjadi. Saya lapor ya Pak Doni, disini banyak senior senior yang ternyata sudah tiba lebih awal. Wah, saya merasa sangat terhormat. Ya, begitulah, luar biasa,” kata Iwan yang merasa sangat tersanjung karena setelah acara selesai, Ketua Umum PPAD beserta sejumlah pengurus mengantarnya hingga naik ke mobil. Sebuah pemandangan mengharukan sekaligus membanggakan dari senior kepada yuniornya. Diam-diam Iwan sudah menelisik tentang PPAD, organisasi wadah purnawirawan TNI-AD yang dikomandoi Doni Monardo. “Saya dapat informasi yang luar biasa dari para karyawan dan staf. Kalau dulu ngantor seminggu sekali, sekarang Senin sampai Jumat,” kata Iwan disambut tepuk tangan pengurus PPAD dan tamu yang hadir. Bukan hanya itu, Iwan juga mengetahui kalau PPAD sekarang menggulirkan politik kesejahteraan. \"Maju terus pantang mundur, dengan misi prosperity policy,\" ujar Iwan. Misteri Angka Delapan Ihwal pelantikannya sebagai Danjen Kopassus, lagi-lagi Iwan menyampaikannya dalam narasi yang ringan dan menghibur. “Angka delapan ada yang bilang angka bagus. Izin, kebetulan angka itu kok sepertinya melekat terus ke saya,” kata Iwan sambil tersenyum. Begini maksudnya. Iwan dilantik menjabat danjen pada tanggal 8, lahir tahun 68, Danjen ke 35 yang kalau dijumlah menjadi angka 8, dan kode panggilan Danjen Kopassus adalah 08. Memang benar adanya. Iwan adalah Danjen Kopassus ke 35 yang dilantik pada Jumat, 8 April 2022 lalu. Sementara, Doni Monardo adalah Danjen Kopassus ke 27 (2014-2015). Jarak Doni menjabat ke Iwan juga ada 8 danjen - yakni 35 dikurangi 27 adalah 8. Jaga Silaturahim “Sebagaimana dulu Bapak contohkan kepada kami, sebelum ultah kopassus, bapak selalu melakukan silaturahmi terlebih dulu kepada para senior. Termasuk kami silaturahmi ke Jenderal Widjojo Soejono, Danjen Kopassus ke-6 (1967 – 1970). Saat saya sampaikan salam dari pak Doni Monardo, beliau cepat menjawab, ‘beliau orang baik. Sampaikan salam hormat kembali buat pak Doni’,” katanya. Iwan memuji dalam usia di atas 90 tahun, Widjojo Soejono relatif sangat sehat. Iwan sempat menguak memori 11 tahun lalu, saat mendampingi Doni Monardo bersilaturahmi dengan Widjojo yang saat itu berusia 83 tahun. “Entah pak Doni masih ingat atau tidak. Waktu itu bapak tanya apa resep sehat pak Widjojo Soejono,” berkata begitu, Iwan berhenti sejenak menatap ke arah Doni Monardo yang duduk di sebelahnya. Belum sempat Doni menjawab, Iwan melanjutkan ceritanya. Saat ditanya resep sehat, Widjojo menyampaikan tiga rahasia tetap sehat di usia sepuh. Pertama, tidak boleh nganggur. Kedua, harus menyalurkan hobi. Ketiga, cari perempuan muda. “Waktu itu pak Doni kaget dan bereaksi spontan. Pak Doni jawab, \'yang nomor satu dan dua siap laksanakan, tapi yang nomor tiga tidak bisa’, dan kita semua tertawa,” ujar Iwan, disusul tawa Doni Monardo dan hadirin. Yongmoodo Iwan mencatat, saat menjabat Komandan Brigade Infanteri (Brigif) 22/Ota Manasa, Gorontalo (2013-2014). Kala itu, situasi Gorontalo cukup panas, akibat bentrok antara Brimob Polda Gorontalo dan Anggota Kostrad Yonif 221 Kabupaten Gorontalo, yang terjadi April 2012. Dengan gaya kepemimpinan ala \"kampung\", (istilah Iwan) Iwan menyongsong tugas itu dengan niat tulus. \"Saya tidur di barak, mandi telanjang bareng prajurit, memimpin lari marathon tiga jam. Kami bikin kolam renang, saya ajarkan cara berenang dan menyelam memakai baju PDL lengkap. Saya beri materi bela diri. Nah, saat itu saya kembali minta tolong pak Doni,” ujar Iwan, lagi-lagi sambil melirik ke arah Doni Monardo. Tahun 2013, Doni Monardo dalam posisi Komandan Paspampres. Iwan tahu betul, seniornya itu adalah Wakil Ketua Umum Federasi Yongmoodo Indonesia (FYI) periode 2012 - 2016. Yongmoodo adalah beladiri Korea yang menjadi salah satu cabang beladiri wajib di TNI. “Saya minta bantuan pak Doni untuk mendatangkan pelatih yongmoodo ke Gorontalo. Pak Doni kirim lima guru yongmoodo, level Dan V. Yang terbaiklah. Terima kasih pak Doni,” kata Iwan. Doni tersenyum mendengar paparan juniornya yang memang terkenal jenaka. Nah, seiring meningkatnya _skill_ beladiri, sikap prajurit Brigif 22/OM justru makin runduk, seperti ilmu padi. Pelan tapi pasti, kasus laten perseteruan dengan polisi bisa menguap. Trembesi Kariango Sebenarnya sebelum urusan dukungan pelatih Yongmoodo, Iwan sudah pernah juga menerima bantuan langsung dari Doni berupa bibit pohon trembesi. Saat baru dilantik Dan Brigif Gorontalo, Iwan menyaksikan persoalan lahan tandus dan gersang. Iwan pun “merajuk” kepada abangnya. “Beliau lantas bilang, Wan ambil pohon sebanyak mungkin, yang bisa kamu bawa dan tanam di Gorontalo. Lalu saya disuruh ambil bibit pohon ke Kariango,” kisahnya. Kariango adalah nama desa Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Di sanalah bermarkas Brigade Infanteri Para Raider 3/Tri Budi Sakti atau Brigif Para Raider 3/TBS, yang pernah dikomandani Doni Monardo periode 2006 – 2008. Iwan pun mendengar _success story_ Doni Monardo menghijaukan wilayah Brigif Kariango yang gersang dan tandus. Di Markas Brigif itu, tepatnya di lokasi persemaian bibit, sebuah tulisan bersejarah masih terpatri, yakni : Dari Kariango Ikut Hijaukan Indonesia. “Pak Doni adalah legenda hidup tokoh penghijauan di Kariango, Maros, dan banyak daerah lain di Indonesia. Kalau saya hanya mengambil sedikit untuk Gorontalo. Trembesi di Gorontalo identik dengan Iwan Setiawan, padahal bibit-bibitnya dari pak Doni juga… ha… ha… Saya juga ikuti jejak beliau, untuk terus menjalin komunikasi dengan teman-teman di Gorontalo. Kadang-kadang mereka yang menghubungi, berterima kasih ini dan itu, padahal saya sudah lupa pernah memberi apa,” kata Iwan Setiawan. Karier Iwan selanjutnya Asops Kodam IV/Diponegoro (2013-2014), lalu Dan Pusdikpassus Batujajar (2014-2015), Komandan Rindam Jaya di Condet, Jakarta Timur (2015-2016), lanjut Danrem 052/Wijayakrama (2016—2018) yang berkedudukan di Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Sebagai pamen senior, ia pun menempuh pendidikan Lemhannas, dan tercatat sebagai peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LVII Tahun 2018. Lulus Lemhannas ia kembali ke Mabes AD. Saat di Mabes AD, Iwan pernah bersilaturahim dengan Kepala BNPB Doni Monardo, sekitar pertengahan tahun 2019. Saya ikut menemani cengkrama nostalgia keduanya di lantai 10 ruang kerja Doni, Graha BNPB. Tak lama berselang Iwan mendapat promosi bintang satu dan menjabat Komandan Korem 173/Praja Vira Braja atau Korem 173/PVB, berkedudukan di Biak, masa bakti 2020 – 2021. Kenangan Putu Danny Selama 18 bulan tugas di Papua, Iwan lebih banyak menghabiskan waktu di gunung-gunung. Maklum wilayah nya sangat luas, meliputi 11 kabupaten di Papua. Boleh jadi, Iwan termasuk perwira tinggi paling banyak masuk hutan serta melakukan kontak senjata dengan Kelompok Kriminal Bersenjata Papua. Iwan mengisahkan interaksi dengan juniornya, Brigjen TNI Gusti Putu Danny Karya Nugraha (AMN 1993), Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua, yang gugur tertembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua, Minggu (25/4/2021) sore. Kontak tembak terjadi di di Kampung Dambet, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua. Almarhum kemudian mendapat kenaikan pangkat kehormatan menjadi Mayjen Anumerta. “Hari Sabtu-nya saya masih komunikasi dengan Putu. Dia bahkan mengingatkan, jangan banyak masuk (hutan). Waktu itu saya baru turun dari Timika. Dan esoknya, hari Minggu sore saya mendapat kabar Putu tertembak,” ujar Iwan, pilu. Setelah hening sejenak, Iwan melanjutkan penuturannya tentang tugas pasca Papua, yakni menjadi Waaslat Kasad bidang Kermamil. \"Empat bulan kemudian, mendapat kepercayaan amanat yang sangat terhormat dan sangat membanggakan, yakni menjabat Danjen Kopassus,” papar Iwan. Unconvetional Warfare Giliran Doni Monardo menanggapi Iwan Setiawan. Ingatan Doni dalam lipatan masa lalu mencuat, mengalir otomatis. Kalimat pertama Doni adalah, “Dia (Iwan) adalah perwira yang pantang menyerah, tangguh, dan tidak pernah mengeluh.” Doni \"terprovokasi\" dengan ucapan Iwan yang mengatakan, bertekad menebalkan “marwah” Kopassus. Doni juga sedih dan menyesalkan gugurnya para prajurit terbaik, terutama akhir-akhir ini di Papua. “Yang perlu pak Danjen Kopassus catat, salah satu kemampuan Kopassus adalah di bidang _Unconventional Warfare_. Yakni taktik dan teknik sebagai gerilyawan menghadapi lawan gerilya (separatis bersenjata). Kemampuan bergerilya yang unggul. Baik ketika melakukan gerilya maupun kontra gerilya. Itu kemampuan dasar yang tidak boleh hilang dari Kopassus,” papar Doni. Sekadar mengilas balik sejarah penugasan, Doni Monardo adalah salah satu komandan yang tidak punya catatan “gagal dalam tugas”. Lebih dari itu, Doni Monardo adalah komandan dengan catatan membawa pulang prajuritnya dengan utuh, bahkan tanpa ada yang terluka satu pun. “Sebelum berangkat ke medan tugas, kita siapkan prajurit secara matang. Untuk menghadapi gerilyawan, kita harus punya kemampuan gerilyawan juga. Melebihi kemampuan gerilya musuh,” tutur Doni Kepala BNPB 2019 - 2021 itu. Bau Badan, Bau Sabun Doni berkisah, bagaimana strategi menghadapi operasi di Timor Timur, Aceh, atau daerah operasi mana pun. Hal penting pertama yang harus dipahami adalah bagaimana mengumpulkan informasi tentang keseharian mereka (musuh). Dengan kata lain, harus bisa menjadi bagian dari kehidupan musuh. Sebelum terjun ke medan operasi, pasukan Doni Monardo sudah mengetahui cara mereka berjalan, cara mereka memasak, cara mereka mencari makan, cara mereka beraktivitas, cara mereka mengintai pasukan TNI, cara mereka melakukan penghadangan, cara mereka melakukan penyergapan, dan semua informasi tentang kebiasaan musuh. “Apa pelajarannya, bahwa kemampuan unconventional warfare adalah keharusan. Tidak ada pilihan lain. Nah untuk bisa sampai kepada kemampuan itu, dibutuhkan sabar dan tahan menderita. Butuh tenaga dan kerelaan berkorban,” ujar Doni. Bagaimana hasilnya, seorang prajurit komando akan tangguh di medan operasi. Tahan lapar dengan tidak makan, mampu melakukan pergerakan tanpa menimbulkan bunyi, mampu bergerak tanpa meninggalkan aroma bau (bau badan, bau sabun, bau shampoo, apalagi bau deodorant). Theys Eluay Doni juga mengilas sejarah Satgas Rajawali. Anggotanya terdiri atas Kopassus, Marinir, dan Infanteri TNI-AD. Sebelum berangkat ke medan operasi, semua dikonsolidasikan dulu dalam satu manajemen terintegrasi. Belajar dulu dari anggota OPM/GPK yang telah sadar. Mereka dijadikan narasumber untuk memberi informasi bagaimana latihan, cara makan, cara berhubungan dengan masyarakat, dan lain-lain. “Waktu itu saya bilang ke pak Komar (Mayjen TNI Purn Komaruddin Simanjuntak, Sekjen PP PPAD-pen). Bahwa kelompok separatis bukan sembunyi di hutan atau di gunung, tapi sembunyi di bawah lidah rakyat. Kita harus melawan dengan kemampuan tempur dan territorial. Kalau kita punya kemampuan teritorial yang baik, rakyat dengan mudah akan membuka lidahnya. Dalam arti buka mulut memberi informasi apa saja yang kita butuhkan,” kata Doni Monardo. Logika sederhana, di atas (gunung, hutan) sulit menemukan makanan. Karena itu, kelompok separatis atau KKB atau apa pun istilahnya, pasti tetap bersandar kepada masyarakat non-combatan. Cepat atau lambat mereka akan masuk kampung. “Jadi, ini meliputi kombinasi perang intelijen, gerilya, teritori, dan IT sekaligus. Dengan begitu, korban bisa diminimalisir dan kemampuan melumpuhkan semakin kuat,” tambahnya. Dalam kapasitas sebagai Ketua Umum PPAD, Letjen Purn Doni Monardo menyampaikan kesiapannya membantu juniornya. “Meski kami sudah pensiun tapi selalu siap jika diperlukan. Kami tidak tega bahkan miris mendengar berita korban di pihak TNI atau Polri,” tegas Doni. Doni pun membagi pengalaman yang bisa dipetik sebagai pelajaran. Salah satunya adalah bagaimana mengubah status lawan menjadi kawan. Pengalaman di Timor Timur dan Papua ia jadikan sebagai contoh kasus. Betapa pasca kematian tokoh OPM, Theys Eluay November 2001, situasi Papua memanas. Doni Monardo tahun itu masih berpangkat Letkol dan menjabat Dandenma Paspampres. Tiga-belas tahun kemudian, saat Doni Monardo memuncaki jabatan Danjen Kopassus, ia melakukan pendekatan dengan keluarga Theys. Pada ulang tahun Kopassus ke-63 tahun 2015, Doni Monardo mengundang Boy Eluay, putra pertama Theys Eluay. Doni ingat dua perwiranya yakni Letkol Richard Tampubolon (sekarang Mayjen - Pangdam Pattimura) dan Letkol Joe Sembiring ditugaskan mengawal misi undangan perdamaian itu. Doni memberi jaket komando kehormatan kepada Boy Eluay dan dianugrahi \"keluarga baret merah\". Yang terjadi kemudian adalah sikap saling memaafkan dan melupakan serta menerima masa lalu sebagai sebuah takdir. Deklarasi damai itu bahkan disaksikan Lily Wahid (Hj. Lili Chodidjah Wahid), adik kandung mendiang Presiden Gus Dur. Saat ini, Yanto Eluay (adik Boy Eluay Almarhum) bahkan berada di garis terdepan dalam membela NKRI. Sikapnya tegas dalam mendukung NKRI, dan tegas pula dalam mengecam aksi KKB sebagai “mencoreng masyarakat adat Papua”. Yanto adalah pewaris posisi ondofolo (ketua suku) Kampung Sereh, Sentani, Papua. “Posisi kepala suku sangat kuat di Papua. Ini harus diperhatikan,” pesannya kepada Iwan. Hubungan baik itu bahkan tetap dijaga hingga hari ini. “Setiap mereka ke ibukota, harus ada pendampingan dari keluarga besar baret merah. Mereka sudah menjadi keluarga besar baret merah,” kata Doni seraya menambahkan, “jalinan yang tak boleh putus itu bertujuan untuk mengurangi beban konflik di waktu-waktu yang akan datang.” Iwan diminta meletakkan pondasi di Satuan Sandi Yudha atau yang lain. Agar dibentuk tim yang bekerja tidak saja saat mereka di Papua atau medan operasi lain. Tugas mereka merajut hubungan dengan para tokoh yang semula berseteru, lalu berbalik menjadi satu. Dulu lawan, sekarang kawan. Bukan saja di Papua, potensi konflik itu boleh jadi masih ada di tempat tempat lain. Nah, peran tim tersebut menjadi sangat strategis. \"Tujuannya untuk menurunkan risiko konflik di masa sekarang dan masa datang,” tegas Doni. Milik Bersama Pesan penting lain dari Doni adalah, jangan membuat kesan seolah-olah lebih menonjol dibanding yang lain. Jangan banding-bandingkan Kopassus dengan satuan mana pun. Kopassus harus bisa menjadi milik bersama. Bisa menjadi pasukan yang dicintai semua. Saat Doni beracara di Hawai, Amerika Serikat, ia sempat didatangi seorang komandan pasukan khusus dari sebuah negara. Ia bertanya bagaimana strategi mengubah lawan menjadi kawan. Kepada Iwan, Doni mengingatkan kembali serta menekankan pentingnya menangkap musuh atau menaklukkan musuh tanpa keluar sebutir peluru pun. “Saya katakan, berbanggalah kalau bisa menaklukkan musuh tanpa letusan senapan,\" ungkap Doni. Buku Aceh Ada satu peristiwa yang sangat mengesankan bagi Doni dan Iwan saat bertugas di Aceh. “Waktu itu Mayor Inf Iwan Setiawan adalah Kasi Ops Satgas Aceh. Saat akan mengakhiri tugas, dia telepon saya, ‘bang izin saya menghadap’,” tutur Doni mengenang. Iwan pun menghadap Doni. Rupanya, ia hendak menyerahkan sebuah buku sambil mengatakan, “Mungkin buku ini berguna bagi abang.” Mata Doni terbelakak. Buku yang ia terima berisi semua nama dan nomor telepon, baik di Indonesia atau di luar negeri, yang erat kaitannya dengan “operasi Aceh”. “Berkat buku dari Iwan itu saya bisa membongkar jaringan Aceh termasuk yang di luar negeri. Luar biasa. Rupanya dia mendapat dokumen itu, dan selama ini dia simpan. Begitu mau pulang, baru diserahkan kepada saya. Wah, terima kasih Wan… bukumu sangat berharga buat saya,” kata Doni kepada Iwan. Iwan menjawab cepat, “Saya serahkan kepada orang yang tepat.” Purna silaturahmi, Iwan sempat meminta Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Deddy Suryadi yang ikut mendampingi untuk membuat prasasti dari kalimat yang ada di dekat sosok Jenderal Widjojo Soejono. Tulisan itu berbunyi, Bayangkari negara baru berhenti berjuang jika tidak lagi mampu mendengar tembakan salvo di samping telinga.” Dirgahayu Komando Pasukan Khusus ke 70 tanggal 16 April 2022. (***)
Tamsil Linrung, Senator Kritis yang Rajin Menulis
“Kalau amanat ini tidak lagi bisa diemban, maka sebaiknya Presiden Joko Widodo mengundurkan diri, sebagaimana tuntutan banyak pihak hari-hari belakangan,” tegas Tamsil dalam tulisan: “Saatnya Mengevaluasi Presiden”. Oleh: Mochamad Toha, Wartawan FNN ADALAH Tamsil Linrung, Senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang tak pernah absen dalam menyikapi berbagai kebijakan Presiden Joko Widodo di saat anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) banyak yang “sakit gigi” yang nyaris tak bisa bersuara sama sekali. Setiap kebijakan yang dirasa sangat merugikan rakyat, tidak ada satu pun anggota DPR yang berani mengkritisi Pemerintah (Presiden Jokowi). Apalagi, mayoritas partai di DPR adalah pendukung Pemerintah. BuzzerRp bakalan membela jika ada yang menyerangnya. Itulah kondisi yang terjadi di Gedung Senayan, Jakarta. Sunyi nyaris tidak ada suara sumbang sama sekali. Rakyat pun tidak tahu lagi harus lapor ke mana jika mereka ingin menyalurkan aspirasinya. DPR nyaris lumpuh! Beruntung di Senayan sana masih ada DPD yang kini dipimpin senator La Nyalla Mattalitti yang selalu kritis dalam menyikapi kebijakan Pemerintah yang dirasa sangat merugikan rakyat, bangsa, dan negara. Sikap kritis seperti La Nyalla itu juga masih melekat pada Tamsil Linrung, senator asal Sulawesi Selatan. Menariknya, sikap kritis Tamsil ini ditulis dalam bentuk artikel atau opini di media mengikuti isu terkini. Hal yang nyaris tidak pernah dilakukan oleh anggota dewan lainnya. Wartawati senior Rahmi Aries Nova mencatat, hanya segelintir anggota DPD dan DPD yang berani bersuara, lebih sedikit lagi yang memang berbuat dan berpikir untuk rakyat. Dari yang segelintir itu Tamsil termasuk satunya. Mantan anggota DPR tiga periode itu yang kini memimpin kelompok DPD di MPR RI, tak pernah berhenti untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak rakyat. Tamsil terus minta masukan dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat, aktivis, ulama dan tokoh di dalam dan di luar pemerintahan. Tamsil tak canggung berhubungan dan bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh oposisi, bahkan dengan ulama yang paling dimusuhi pemerintah, sekelas Habib Rizieq Syihab. Tak hanya itu saja. Tamsil juga ikut datang ke rumah Rocky Gerung yang hendak digusur, dan akrab Gatot Nurmantyo dan anggota KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) lainnya. Suatu hal yang mungkin sangat dihindari bahkan ditakuti oleh anggota-anggota dewan yang lain, meski mereka mengaku sebagai wakil rakyat. Di masa lalu Tamsil juga cukup dekat dengan suami Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, mantan Ketua MPR almarhum Taufik Kiemas dan Presiden RI ke-4 almarhum Abdurrahman Wahid. Kini ia tetap membina pemuda dan mahasiswa lewat Yayasan Tali Foundation dan beberapa organisasi lain. Saat ini kecuali tengah memperjuangkan nasib-nasib guru honorer, Tamsil juga mengumpulkan sebanyak mungkin masukan dari para pakar (ahli), aktivis, mantan pejabat, tentang perlu atau tidaknya Amandemen Undang Undang Dasar 1945 untuk kelima kalinya? Kalau perlu apakah sifatnya komprehensif atau parsial? Ketika BEM UI menggelari Presiden Jokowi dengan sebutan The King of Lip Service, Aliansi Mahasiswa UGM menggelari presiden dengan juara ketidak sesuaian antara kata dan perbuatan, dan The King of Pura-pura pemberian dari BEM Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamsil menanggapinya. April 2020 lalu, dalam pengantar rapat terbatas mitigasi dampak Covid-19 terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, Presiden Jokowi berkata, “Saya meyakini ini (Covid-19) hanya sampai akhir tahun (2020). Tahun depan booming di pariwisata.” Media lalu gegap gempita. CNBCIndonesia misalnya, menulis judul: “Jokowi Yakin Corona Kelar di Akhir 2020: Semua Akan Liburan!\" Jelang pergantian tahun, nyatanya Corona tidak kelar. Ketimbang liburan, masyarakat lebih fokus bertahan hidup. Tapi, tidak pernah ada klarifikasi Istana tentang pernyataan presiden yang terbukti keliru itu. Sebaliknya, yang muncul malah sebuah pernyataan baru. “Memasuki 2021, Jokowi Yakin Indonesia Bisa Bangkit dari Pandemi Covid-19,” begitu tulis Kompas.com. Bangkitkah kita? Tidak. Di 2021 yang bangkit justru Covid-19. Pagebluk semakin menjadi, jumlah penderita dan orang meninggal memecahkan rekor. Pertengahan 2021 justru menjadi masa paling ganas Covid-19. Lagi-lagi, Istana tak mau mengklarifikasi pernyataan presiden yang terbukti tidak terbukti tersebut. Dan seperti yang sudah-sudah, yang muncul justru sebuah pernyataan baru lagi. “Jokowi yakin PPKM darurat bisa pulihkan pandemi Covid-19 dengan cepat,” tulis Kompas.com. Kita lelah menanti, kapan ucapan Jokowi terbukti. Barangkali ada betulnya aliansi mahasiswa UGM ketika menggelarinya juara ketidaksesuaian antara kata dan perbuatan. Memang nyeleneh dan satire. Tapi, juga tak asal bunyi. Tamsil mengatakan, pernyataan seorang presiden seharusnya bukan narasi ecek-ecek. Karena tidak sedikit tim yang ada di balik argumentasi seorang presiden. Untuk satu kalimat saja, tentunya dipersiapkan dengan matang karena pengaruhnya bisa berdampak jauh. Sekadar Lip Service tidak boleh terjadi. Tahun 2021 yang disebut presiden sebagai momentum kebangkitan, justru jadi tahun yang menggelisahkan. Pandemi memuncak, rumah sakit sesak, pasien mengantri, dan tidak sedikit yang berpulang karena keterbatasan layanan rumah sakit. Tapi, apapun istilahnya, poinnya adalah pemerintah wajib melindungi dan menjaga seluruh tumpah darah Indonesia, sebagaimana amanat konstitusi. Tidak boleh ada satu pun anak negeri yang berpulang begitu saja tanpa pelayanan maksimal dari negara. “Kalau amanat ini tidak lagi bisa diemban, maka sebaiknya Presiden Joko Widodo mengundurkan diri, sebagaimana tuntutan banyak pihak hari-hari belakangan,” tegas Tamsil dalam tulisan: “Saatnya Mengevaluasi Presiden”. Ketika ramai gagasan presiden tiga periode, Tamsil langsung menulis artikel berjudul: “Tangan Istana di Balik Manuver Tiga Periode” di FNN.co.id (Rabu, 23 Juni 2021 03:33:57). Di sisi lain, Presiden Jokowi terlihat tampak dan seolah konsisten menolak wacana tiga periode sejak awal isu ini bergulir. Kalimat presiden yang lekat terngiang, hanya ada tiga kemungkinan bagi mereka yang menggulirkan isu tersebut: “ingin menampar mukanya, ingin menjerumuskannya, atau ingin cari muka”. Sejauh ini, Jokowi mengisyaratkan kekeh menolak. Ditimpali pernyataan berkop Istana lansiran Juru Bicara Presiden. Katanya, Jokowi tegak lurus kepada konstitusi UUD 1945 dan setia kepada reformasi 1998. Kendati menolak, namun tidak terlihat respon tegas Presiden. Tidak ada larangan atau teguran keras kepada mereka yang mengusung dirinya. Padahal, hanya Jokowi yang berhak melarang dan menegur. Atas nama demokrasi, yang lain di luar Jokowi tidak memiliki hak tersebut. Hal ini mengingatkan ketika Jokowi menjabat Gubernur DKI Jakarta. “Saya mau fokus menyelesaikan banjir, macet, bajaj, monorel, MRT. Saya gak ada mikir itu (pencalonan pilpres),” ujarnya pada media, 7 Februari 2013. Namun bandul politik yang tampaknya menciptakan momentum ketika itu, rupanya mengubah sikap Jokowi 180 derajat. Dalam polemik presiden tiga periode kali ini, Jokowi tentu saja kembali ada di pusaran. Seseorang yang tidak ingin diusung tentu punya hak melarang orang lain yang memaksakan diri mengusungnya, apalagi dilakukan tanpa izin. Respon keras Presiden Jokowi penting supaya wacana presiden tiga periode tidak berlanjut sebagaimana juga menjadi keinginan Presiden Jokowi. Juga agar rakyat tidak keliru memahami sikap presiden. Itulah sebagian sikap kritis Tamsil Linrung pada Pemerintah. Menariknya, sikap kritisnya itu tidak hanya disampaikan dalam forum-forum terbuka. Tapi, juga lewat tulisan-tulisannya. Inilah bedanya Tamsil dengan anggota DPD dan DPR di Senayan. Tamsil Linrung adalah politikus kelahiran Pangkep, Sulawesi Selatan, pada 17 September 1961 yang saat ini menjabat Anggota DPD. Sebelumnya, dia menjadi anggota DPR selama 3 periode dari Fraksi PKS. Saat kecil Tamsil Linrung merupakan anak yang cerdas dan pintar, berbeda dengan teman teman sebayanya. Dia lahir dari latar belakang keluarga guru hingga menjadikan Tamsil menjadi sosok anak yang pintar. Kala itu di saat teman-teman sebayanya masih kelas 1 SD, Tamsil Linrung sudah langsung masuk kelas 4 SD. Selain rajin menulis artikel, Tamsil juga pernah menulis buku biografi yang mengulas perjalanan politiknya. Buku setebal 361 halaman itu ditulis oleh Lina M Kamaruddin menceritakan detik-detik lahirnya Tamsil di Puskesmas Segeri Mandalle. Tamsil adalah putra dari pasangan Linrung dan Hatidjah. Linrung adalah guru di salah satu sekolah di Kabupaten Pangkep. Tamsil merupakan anak ketujuh. Tamsil dalam bahasa Arab adalah \'teladan\'. Sementara Linrung adalah \'melindungi\' dalam bahasa Bugis. Buku yang dicetak di PT Semesta Rakyat Merdeka itu juga menceritakan alasan Tamsil pindah dan sekolah di SMA 1 Parepare. Termasuk mengapa mengabil jurusan IPS meski nilai seluruh mata pelajaran IPA-nya bagus. Demikian halnya memilih Kampus IKIP sekarang UNM Makassar. “Waktu itu banyak yang tak lulus tes, karena ketatnya persaingan apalagi jurusan yang saya ambil adalah jurusan yang paling banyak peminatnya (Ekonomi Perusahaan),” kata Tamsil Linrung. Jangan heran kalau sekarang ini, sesuai namanya, Tamsil Linrung menjadi teladan dan sering melindungi serta membantu rakyat. (*)
Pagi ini Polri Kenalkan Seragam Baru Satpam
Jakarta, FNN - Korbinmas Baharkam Polri secara resmi mengenalkan warna baru segaram satuan pengamanan (satpam) pagi ini dalam upacara Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-41 Satpam, di Lapangan Bhayangkara Polri, Jakarta Selatan, Rabu. Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan menyebutkan, Upacara HUT Ke-41 Satpam itu sekaligus mengenalkan warna seragam baru satpam yang berganti dari warga cokelat muda menjadi warna krem. “Iya betul, tanggal 2 Februari dikenalkan (seragam baru, Red),” kata Ramadhan. Pengenalan warna seragam baru satpam ini bagian dari sosialisasi kepada masyarakat. Sebelumnya, Polri telah menginformasikan rencana perubahan warga seragam satpam menjadi krem sejak pertengahan Januari 2022. Alasan perubahan warga seragam satpam ini, karena seragam yang saat ini digunakan mirip dengan seragam anggota Polri. Kemiripan ini menimbulkan kebingungan di masyarakat yang sulit membedakan antara polisi dan petugas satpam.Satpam merupakan profesi pengemban fungsi kepolisian terbatas, sehingga perlu memiliki identitas sendiri yang berbeda dengan Polri sebagai pembinanya. “Jadi yang bingung masyarakat untuk membedakan mana polisi dan satpam. Untuk membedakan pakaiannya rencananya warna seragamnya lebih muda sedikit dari baju Polri,” kata Ramadhan. Polri terlebih dahulu melakukan pengkajian terkait perubahan warna seragam baru satpam ini, selanjutnya mengeluarkan Peraturan Polri (Perpol) terkait perubahan warna seragam satpam tersebut. Warna seragam baru satpam ini akan diimplementasikan tahun depan. (sws)
Sosok - Lebih Dekat dengan Mayor Jenderal TNI Maruli Simanjuntak
Jakarta, FNN - Mayor Jenderal TNI Maruli Simanjuntak pada minggu ini resmi ditunjuk sebagai calon panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD oleh Panglima TNI, Jenderal TNI Andika Perkasa, yang dituangkan dalam SK Panglima TNI Nomor 66/I/2022, tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan Dalam Jabatan di Lingkungan TNI.Ia baru definitif memangku jabatan itu setelah ada serah terima pejabat dan jabatan itu menggantikan atasannya, Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Dudung Abdurrahman.Dalam SK itu, dia tidak hanya mempromosikan Simanjuntak dari panglima Kodam IX/Udayana menjadi panglima Kostrad, tetapi juga memutasi dan mempromosikan serta memberhentikan dengan hormat kepada 328 perwira tinggi TNI lain.Penunjukan Simanjuntak menggantikan Jenderal TNI Dudung Abdurachman (kepala staf TNI AD) tak begitu mengejutkan, karena telah diperkirakan banyak pengamat. Pasalnya, dia punya riwayat kedekatan dengan Presiden Joko Widodo terutama saat dia menjabat komandan Pasukan Pengamanan Presiden TNI pada 2018 sampai 2020, dan wakil komandan Paspampres TNI pada 2017-2018. Selain itu, para pengamat juga menilai status dia sebagai menantu Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Jenderal TNI (Hor) (Purn) Luhut Pandjaitan, juga memberi pengaruh tertentu, sedikit atau banyak. Ia menikahi putri sulung Pandjaitan, Paulina Uli boru Pandjaitan, pada 1999, dan mereka dikaruniai anak perempuan semata wayang, Faye boru Simanjuntak. Secara kronologis, karir dia lulusan Akademi Militer pada 1992 ini sebagian besar terpusat di satuan tempur, khususnya Kopassus TNI AD dan Detasemen Tempur Cakra di Kostrad. Jabatan strategis pertama yang dia emban adalah komandan Detasemen Tempur Cakra pada 2002. Usai menjabat selama kurang lebih tiga tahun, dia dipercaya menjabat Perwira Pembantu Madya Operasi Kopassus TNI AD dari 2005-2008. Kemudian, dia lanjut bertugas sebagai komandan Batalion 21 Grup 2 Kopassus TNI (2008-2009), dan dia memperoleh promosi jabatan sebagai komandan Sekolah Komando Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus TNI AD pada 2009-2010.Ia yang lahir di Bandung, Jawa Barat pada 27 Februari 1970, kemudian mengisi posisi wakil komandan Grup 1 Kopassus TNI AD pada 2010-2013, dan lanjut bertugas sebagai komandan Grup 2 Kopassus TNI AD pada 2013-2014.Ia kemudian dipercaya mengisi posisi asisten Operasi Komandan Jenderal Kopassus TNI AD pada 2014, dan pada tahun yang sama sampai 2016 ia bertugas sebagai komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden TNI. Grup A Pasukan Pengamanan Presiden TNI bertanggung jawab menjaga, mengawal, dan mengamankan presiden dan pasangan resminya (ibu negara atau suami presiden), dan keluarga intinya 24 jam sehari, tujuh hari sepekan. Di manapun para VIP (di Indonesia jamak dikategorikan sebagai VVIP) itu berada dan dalam keadaan atau kepentingan apapun, menjadi medan operasi mereka. Ia kemudian menjabat komandan Korem 074/Warastratama (2016-2017), wakil komandan Pasukan Pengamanan TNI (2017-2018), kepala staf Komando Daerah Militer IV/Diponegoro pada 2018, dan komandan Paspampres TNI pada 2018-2020. Posisi komandan Pasukan Pengamanan Presiden TNI ini \"secara tradisional\" diisi perwira tinggi TNI yang berlatar belakang pasukan komando/khusus dari ketiga matra TNI. Kemudian dia menjadi panglima Kodam IX/Udayana selama lebih dari setahun, yaitu dari November 2020 sampai Januari 2022.Dalam SK Panglima TNI yang ditandatangani Perkasa pekan ini, dia pun akan menerima kenaikan pangkat satu tingkat dari mayor jenderal ke letnan jenderal. Saat menjabat komandan Korem 074/Warastratama dia menerima anugerah komandan Korem terbaik Bidang Program Upaya Khusus Ketahanan Pangan Tingkat Nasional 2016. Penghargaan tersebut saat itu diberikan langsung Kepala Staf TNI AD (saat itu) Jenderal TNI Mulyono (2015-2018) pada Apel Komandan Korem dan Komandan Kodim seluruh Indonesia di Sekolah Calon PerwiraTNI AD di Bandung, Jawa Barat.Kemudian, Kodam IX/Udayana di bawah kepemimpinan dia juga menerima berbagai penghargaan sepanjang 2021.Beberapa penghargaan itu di antaranya Kodam IX/Udayana dinilai sebagai salah satu satuan kerja di lingkungan Kementerian Pertahanan yang memiliki realisasi anggaran tertinggi berdasarkan penilaian Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Bali untuk Tahun Anggaran 2020.Kodam IX/Udayana saat itu masuk dalam Kategori Pagu Besar dan dinilai memiliki kinerja baik dalam tata kelola anggaran, termasuk di antaranya terkait penggunaan dan pelaporan dana. Tidak hanya di lingkungan militer, dia juga menorehkan prestasi di luar lingkungan kerjanya sebagai prajurit. Ia merupakan atlet judo nasional yang pernah berkompetisi sampai tingkat dunia terutama saat menjadi perwira pertama, saat dia menyabet dua gelar juara pada Kejuaraan Judo Militer ASEAN di Filipina untuk kelas 71 kilogram dan kelas bebas pada 1997. Ia pun didaulat sebagai pemain terbaik.Berbekal pengalamannya itu, dia pun dipercaya mengisi posisi sebagai ketua umum PB Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PB PJSI) periode 2021-2026 pada November 2021.Ia berencana mencetak banyak atlet judo berprestasi di tingkat dunia, terutama pada kompetisi SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade, serta bertekad membawa atlet judo Indonesia lolos kualifikasi Olimpiade 2024 di Paris.Ada sejumlah pekerjaan rumah yang menunggu untuk diselesaikan panglima baru Kostrad sebagaimana pernah disampaikan oleh sejumlah pengamat, di antaranya terkait ancaman siber, dampak pandemi Covid-19, dan kapasitas dan kemampuan prajurit dalam menangani konflik bersenjata di dalam negeri.Dalam laporan kekayaan pejabat negara (LHKPN) pada 31 Desember 2021 sebagai panglima Kodam IX/Udayana, dia tercatat memiliki kekayaan sebanyak Rp51.654.737.058. (mth)
Mengulas Empat Profesi Menarik Song Hye Kyo di K-Drama
Jakarta, FNN - Menjelang usia 40 tahun, aktris Korea Song Hye Kyo tak kehilangan sinarnya. Popularitasnya sudah sampai ke negara-negara Asia lain, seperti Jepang dan China, bahkan Eropa. Dan salah satu drama Song Hye Kyo yang sedang trending saat ini adalah "Now We Are Breaking Up". Seri itu pun tayang di Indonesia lewat platform menonton daring Viu. Sejak pemutaran episode awal di Viu, "Now We Are Breaking Up" bertengger dalam puncak trending topic selama beberapa jam, menandakan drama ini menyedot perhatian sangat besar dari pecinta K-drama di Indonesia. Di Korea, drama ini juga memiliki rating yang sangat kuat, Song Hye Kyo adalah salah satu magnet kuat dari drama ini. Karena begitu mendalami karakter yang ia perankan untuk sebuah drama, saat syuting drama selama beberapa bulan, ia merasa hidup sebagai karakter tersebut. Ia seolah tidak punya waktu untuk hidup sebagai Song Hye Kyo. Dalam K-drama lainnya ia memerankan beberapa karakter dengan profesi yang menarik. Mengutip siaran pers Viu, Sabtu, berikut empat di antaranya: Dokter Bedah "Descendants of the Sun" merupakan salah satu drama paling sukses yang pernah diproduksi. Song Hye Kyo mengambil bagian di dalamnya sebagai Kang Mo Yeon, dokter bedah di Haesung Hospital. Dokter yang tangguh dan asertif ini percaya bahwa kompetensi lebih penting daripada koneksi. Ia teguh pada pendiriannya, tidak mudah terpengaruh oleh emosi, dan tidak gengsi untuk mengakui kesalahan. Suatu ketika ia ditugaskan ke medan perang dan bertemu Yoo Shi Jin (Song Joong Ki), kepala pasukan tentara khusus yang sempat dikira bos penjahat oleh Mo Yeon. Mereka pun saling jatuh hati. Tapi, karena Shi Jin bekerja di medan perang dengan segala risikonya, Mo Yeon menyangkal perasaannya sendiri hingga menolak cinta Shi Jin sampai tiga kali. Namun, takdir mempertemukan mereka kembali. Mo Yeon ditugaskan sebagai pimpinan tim medis di Urk, sementara Shi Jin ditugaskan untuk menjaga keamanan di sana. Apakah kali ini tugas mulia yang mereka emban akan mempersatukan cinta keduanya? Produser Drama Tak hanya menyuguhkan tentang kisah cinta, "Worlds Within" juga bercerita tentang perjuangan perempuan agar bisa diakui di industri perfilman yang didominasi oleh laki-laki. Ceritanya, enam bulan sebelumnya Joo Joon Young yang diperankan Song Hye Kyo baru menyelesaikan tugas berat sebagai asisten produser. Dua drama pendek yang dia produksi baru-baru ini mendapatkan rating tinggi dan kritik yang bagus. Ia mendapatkan penghargaan di ajang festival drama di luar negeri, sehingga kemudian ia jadi produser yang cukup dikenal. Joon Young adalah gadis yang blak-blakan, punya yang passion tinggi terhadap dunia film, tegas, dan tenang. Kadang kala Jung Ji Oh (Hyun Bin), sutradara senior yang baik dan sabar, dibuat pusing oleh sifatnya yang keras kepala. Selain itu, Joon Young dididik untuk jadi orang yang tidak gampang percaya pada orang lain. Joon Young dan Ji Oh sempat berpacaran semasa kuliah, tapi kemudian putus. Beberapa tahun kemudian mereka berdua dipertemukan kembali di sebuah program acara. Apakah kemudian bisa tetap bersikap profesional dalam melakoni pekerjaan, saat konflik cinta di antara mereka terus menghalangi? Chief Executive Officer (CEO) Drama "Encounter" menandai kembalinya Hye Kyo ke dunia seni peran, setelah pernikahannya yang heboh dengan Joong Ki. Di serial ini ia berperan sebagai Cha Soo Hyun, seorang anak politikus ternama yang kaya raya. Demi memuluskan jalan ayahnya di dunia politik, ia dijodohkan dengan anak orang kaya. Tapi, karena suaminya berselingkuh, ia memilih untuk bercerai dan melajang lagi.Soo Hyun mendapatkan harta gono-gini berupa Hotel Donghwa yang sudah tua. Momen ini menjadi titik balik dalam hidupnya. Jika biasanya hidup Soo Hyun diatur oleh banyak orang, termasuk ayah dan mantan suaminya, perlahan-lahan ia mulai mengambil alih kendali atas hidupnya sendiri. Ia putuskan untuk mengelola hotel yang dulu dimiliki oleh mertuanya itu secara profesional. Sebagai CEO Hotel Donghwa, ia terbilang berhasil. Sebab, ia membawa hotel tua itu jadi hotel terkenal yang diminati banyak tamu. Soo Hyun sendiri bertransformasi menjadi leader yang disegani di dunia perhotelan. Kalau tadinya ia jadi selebriti karena ayahnya terkenal, ia kemudian membangun nama besarnya sendiri. Fashion Designer Song Hye Kyo akan membuat Anda terhibur lewat drama terbarunya, "Now, We Are Breaking Up" dengan berperan sebagai Ha Young Eun. Ia bekerja sebagai manajer tim desain di perusahaan fashion ternama, The One, memimpin satu departemen berisi sejumlah designer yang lebih junior. Karena bergelut di industri fashion, ia selalu tampil modis. Tidak mewah, tapi fashionable. Hye Kyo bercerita, ia akan menunjukkan kepada penonton imej karakter Young Eun yang sesungguhnya, Young Eun diceritakan cinta sekali kepada pekerjaannya. Ia selalu menunjukkan profesionalitas dan totalitas dalam bekerja. Posisi karier yang bagus bukan ia dapatkan karena pertemanan dengan anak CEO The One, melainkan berkat kecerdasan dan kerja kerasnya. Ia selalu berusaha mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Dalam menjalani pekerjaan sehari-hari, ia cukup sering bertemu seorang fotografer freelance, Yoon Jae Kook (Jang Ki Yong), yang dipekerjakan oleh The One. Cinta di antara keduanya pun tumbuh, tapi perjalanannya tentu tidak mudah. (mth)
Kisah Anak Tukang Jahit Peraih Gelar PhD dan Berkarier di Prancis
Padang, FNN - Keterbatasan ekonomi karena hanya terlahir dari keluarga sederhana, tidak memupus semangat Siska Hamdani untuk bersekolah tinggi mewujudkan cita-cita terbaik. Meski hanya terlahir dari seorang ayah yang hanya sebagai penjahit pakaian, wanita asal Nagari Guguk, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, itu mampu menamatkan pendidikan hingga S3 di luar negeri dan kini ia berkarier di perusahaan Électricité de France S.A (EDF) sebuah perusahaan utilitas listrik di Prancis. Di tengah keterbatasan, sejak kecil, perempuan kelahiran 25 Januari 1980 itu telah menunjukkan prestasi gemilang ketika menempuh pendidikan SDN 01 Jawi-Jawi di Kabupaten Solok dengan meraih juara umum di sekolahnya. Anak dari pasangan Yulizar (69) dan almarhumah Yasma Erni itu tamat SD pada 1992. Siska melanjutkan sekolah ke SMP 3 Gunung Talang. Di SMP, ia berhasil meraih juara umum dan juga sering dilibatkan pihak sekolah untuk mengikuti lomba P4 tingkat provinsi dan lomba lomba pidato Bahasa Inggris. Menyelesaikan SMP pada 1995, Siska kemudian melanjutkan sekolah ke Kota Padang, yaitu Sekolah Menengah Analisis Kimia Padang (SMAKPA). Di sekolah yang berada di bawah Kementerian Perindustrian itu, Siska juga mendapatkan beasiswa gratis uang SPP, karena meraih juara umum sejak dari catur wulan III. Saat masuk SMAKPA tak sedikit cemooh dari orang kampung yang ia terima. Siska dinilai sebagai anak tidak tahu diri karena bersekolah ke Padang. Mereka menilai biaya sekolah di Padang mahal, sementara orang tuanya tidak mampu. Namun orang tua Siska tidak terlalu menanggapi karena mereka yang mencemooh itu juga tidak tahu kalau ia mendapatkan beasiswa penuh sejak tahun kedua sekolah. Setelah menamatkan pendidikan di SMAKPA ia pun melanjutkan kuliah ke Akademi Teknologi Industri Padang (ATIP). Di kampus ATIP Siska mendapatkan beasiswa semester gratis dari Bumi Asih, karena meraih nilai IP rata-rata 3,98 hingga 4,0. Bahkan, berkat kecerdasan yang dimilikinya, ia berhasil menamatkan kuliah dalam waktu 2,5 tahun dari rata-rata masa kuliah di ATIP empat tahun. Setelah tamat dari ATIP, ia banyak mendapat nasihat dari orang-orang hebat yang merupakan akademisi di Unand, seperti Prof Novesar Jamarun, yang pernah menjadi Pembantu Rektor I Unand 2006-2010, dosen jurusan kimia Unand Zam Sibar dan almarhum Rusdi Jamal yang pernah menjadi Wakil Rektor I Unand. “Mereka menyarankan saya untuk melanjutkan kuliah ke Universitas Gadjah Mada. Dengan senang hati, saya pun kemudian mengikuti saran tersebut,” kata dia. Namun, upaya Siska untuk bisa kuliah terbentur dengan kondisi ekonomi orang tua yang pas-pasan, karena hasil dari pekerjaan sang ayah sebagai penjahit pakaian yang nyambi menjadi petani ladang, hanya mampu untuk biaya kebutuhan sehari-hari keluarga dan juga biaya sekolah dua orang adik-adiknya. Belum lagi cemooh orang kampung terhadap keinginannya untuk melanjutkan kuliah S1 di UGM. Meski begitu, Siska tak menghiraukan cemoohan tersebut. Ia pun kemudian mencoba untuk meminta bantuan ke teman-temannya waktu sekolah di SMAKPA. Gayung bersambut, tiga orang temannya yang alumni SMAKPA bernama Ari Satriawan, Basri Hamdani dan Andre yang saat itu sudah bekerja di Jakarta, patungan untuk meminjamkan uang sebesar Rp 4 juta untuk biaya masuk UGM. Tahun 2002, Siska pun masuk sebagai mahasiswi baru di jurusan Kimia Fakultas MIPA UGM. Di tahun kedua kuliah, Siska lagi-lagi terbentur persoalan ekonomi keluarga, karena orang tuanya tidak punya uang untuk membayar biaya. Bahkan ketika itu, orang tuanya juga sempat mengajukan permohonan ke pemda dengan membawa bukti IP 3,98 yang diraihnya. Tapi sayangnya bantuan itu tidak dia dapatkan. “Papa begitu sedih saat itu. Saya di tanah rantau ketika itu juga panik memikirkan uang kuliah. Setiap hari saya berdoa kepada Allah SWT agar diberi kemudahan,” ujarnya. Doa Siska pun dijabah Allah SWT. Ia mendapatkan beasiswa sebesar Rp 1,2 juta dari PT Semen Padang dan dari dana beasiswa itu akhirnya Siska bisa membayar uang semesternya. Bukan kali itu saja, tapi PT Semen Padang juga memberikan beasiswa sampai Siska tamat kuliah pada 2004. Berkat beasiswa itulah ia bisa menyelesaikan kuliah di UGM pada 2004 dan ia merasa belum tentu bisa bekerja dan menetap di Paris jika tak ada beasiswa tersebut. Kuliah di Luar Negeri Setelah tamat dari UGM, Siska kemudian diterima bekerja di Buckman Laboratories (Asia) Pte Ltd, sebuah perusahaan multi internasional asal Amerika. Oleh perusahaan, ia ditempatkan sebagai Sales Technical Support untuk PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, selama enam bulan. Kemudian di pertengahan 2005, ia mendapat tawaran tiga program beasiswa S2, yaitu beasiswa program inpex scholarship di Jepang, beasiswa France Excellence di Ecole Nationale Supérieure de Chimie de Montpellier dan beasiswa dari Buckman Laboratories di Mervis, Amerika. Dari ketiga beasiswa tersebut, Siska mantap memilih beasiswa France Excellence, karena keahlian kimia di Prancis sangat terkenal di dunia. “Selain karena keahlian kimia Prancis sangat dikenal, motivasi saya kuliah di Prancis juga ingin belajar bahasa Prancis, karena kalau untuk Bahasa Inggris saya sudah fasih,” kata Siska. Beasiswa France Excellence tersebut tidak mudah untuk didapatkan. Karena beasiswa France Excellence itu diberikan kepada 150 orang di dunia dan dirinya merupakan satu-satunya dari Indonesia dan yang pertama mendapatkan beasiswa tersebut. Saat menerima beasiswa, ia juga sempat dicemooh oleh seseorang dari lembaga Prancis yang bekerja untuk membantu mahasiswa Indonesia. Ketika itu ia dipaksa untuk les bahasa Prancis enam bulan, tapi tidak mau karena biaya lesnya mahal. "Mereka juga tidak tahu kalau saya dapat summer class selama dua bulan belajar Bahasa Prancis yang biayanya ditanggung oleh oleh Pemerintah Prancis,” katanya. Setelah menyelesaikan program master di Ecole Nationale Supérieure de Chimie de Montpellier dengan skala 18,5 dari 20, pada 2007 Siska kemudian melanjutkan program PhD (setingkat doktor) Doctorat en physico-chimie des matériaux polymères atau spesialis bidang polimer untuk kabel tegangan tinggi di Université Montpellier II. Ia menulis disertasi tentang silikon untuk aplikasi pada suhu tinggi, seperti kabel keamanan. Bahkan, di Université Montpellier II, penelitian dasar terkait dengan pengisian mineral, mekanisme tahan api juga telah dipatenkan dan dipublikasikan. Ada lima buku yang telah ditulis dan telah dipublikasikannya, serta juga beberapa paten yang telah dikantongi Siska selama menjalani studi PhD di Prancis, di antaranya, Composition Aqueuse Ignifuge dari FR Paten Nasional Prancis, Fabric Comprising a transpoarent, fire-resistant coating dari European Worldwide Panten, dan Polystyréne Expancé Ignifiguré par Hydroxide d'Aluminium dari FR Paten Nasional Prancis. “Program PhD itu juga merupakan beasiswa yang ditawarkan oleh orang Rusia di Université Montpellier II. Mereka menawarkannya, karena mereka tertarik dengan tesis saya, yaitu inovasi baru yang dapat meluruskan rambut keriting orang Afrika,” katanya. Setelah menyelesaikan program PhD pada 2011, Siska kemudian diangkat menjadi asisten dosen di laboratorium Université Montpellier II. Kemudian pada tahun 2014-2015, menjadi asisten dosen Ingénierie des Matériaux Polymères à l’INSA de Lyon, yang merupakan pusat polimer nomor satu di Prancis. Setelah di de Lyon, Siska kemudian bekerja di Research And Innovation Engineer dari Maret 2015- Juli 2018. Sejak Oktober 2018 sampai saat ini, Siska bekerja di EDF dan ditempatkan sebagai spesialis polimer di Edvance yang merupakan anak perusahaan EDF. Kini, Siska tinggal Kota Versailles, dekat Paris, Prancis, dan telah menikah dengan ahli IT di perusahaan Saint Gobain untuk Aerospace, dan juga seorang muallaf berkebanggsaan Prancis bernama Jerome pada Desember 2009 di kampung halamannya Nagari Guguk, Kabupaten Solok. Dari pernikahannya, Siska dan Jerome dikaruniai dua orang anak, masing-masing bernama Sileana Nilam (9 tahun), dan Emili Intan (2,5 tahun). Meski sudah belasan tahun di Prancis, Siska hingga kini masih tetap berstatus sebagai warga Negara Indonesia (WNI). “Sampai sekarang ini saya masih megang paspor hijau. Meski lama di Prancis dan anak saya juga sudah sekolah di Prancis, sampai sekarang tidak terpikir untuk menjadi warga negara Prancis, karena kalau menjadi warga negara Prancis, status sebagai WNI akan hilang," katanya. Ia juga punya kartu residence Prancis yang masa berlakunya 10 tahun. Sebelumnya Siska pernah mendapatkan tawaran menjadi dosen, yaitu dari Universitas Bina Nusantara (Binus) dan UGM. "Di Binus, tawaran tersebut langsung datang dari rektor, sedangkan di UGM tawaran itu dari pembibing saya waktu kuliah di Yogyakarta. Namun karena saya punya penyakit autoimun sejak 2006, maka tawaran itu saya tolak,” katanya. Selain autoimun, sebut Siska, matanya juga sudah rabun. Bahkan kalau pulang kampung, dia pun kadang dibilang sombong, padahal dirinya tidak bisa melihat orang dengan jelas, kecuali jarak dekat, misalnya sekitar 10-15 meter. "Kalau lebih dari itu, agak samar pandangan saya. Biaya pengobatan di Indonesia juga mahal. Sedangkan di Prancis, biaya medis ditanggung pemerintah," kata dia. Sementara untuk kerja di Prancis tidak menjadi masalah karena toleransinya tinggi, karena yang mereka inginkan itu hanya hasil. "Itu sebabnya kenapa sampai sekarang ini saya memilih untuk menetap di Prancis ini, meskipun awalnya saya tidak ada niat sedikitpun untuk menetap di Prancis. Namun begitu, saya rutin pulang kampung sekali setahun, kecuali sejak pandemi COVID-19 ini,” ujarnya. Ia berpesan kepada anak-anak muda di Sumatera Barat dan para penerima beasiswa dari PT Semen Padang khususnya, bahwa kesuksesan yang diraih saat ini, tidak terlepas dukungan banyak pihak dan doa dari orang tua. “Teruslah rajin, giat belajar dan kejar cita-cita . Jangan pernah menyerah dan tidak usah dihiraukan apapun ocehan dan celaan orang lain, karena sesungguhnya saingan terberat adalah diri sendiri," katanya. Sementara ayah Siska, Yulizar mengaku bersyukur dan bangga atas kesuksesan anak sulungnya itu. Ia dan istrinya sempat melarang Siska untuk melanjutkan kuliah ke Prancis, karena penghasilan Siska saat bekerja di perusahaan Amerika setelah lulus dari UGM sangat besar, yakni sekitar 1.000 Dolar Amerika Serikat . Di tambah lagi Siska yang saat itu masih berstatus lajang, tentunya sebagai orang tua Yulizar dan istrinya khawatir membiarkan anaknya seorang diri terpisah jauh di negeri orang. “Karena Siska tetap gigih pada pendiriannya, saya dan mamanya merestui keingingan Siska untuk kuliah di Prancis,” katanya. Ia mengungkapkan, awalnya terasa berat melepas Siska kuliah ke Prancis, namun karena tekad anaknya itu untuk melanjutkan pendidikan sangat kuat, mau tidak mau ia sebagai orang tua harus memberikan izin. “Apalagi ini untuk masa depannya Siska. Karena bagi saya sebagai orang tua, kami tidak ingin anak-anak hidup susah. Cukup kami sebagai orang tua yang merasakannya,” tutur Yulizar. Kesuksesan yang diraih Siska kini turut dirasakan oleh keluarganya di kampung. Bahkan, Siska pun juga telah memberangkatkan kedua orang tuanya naik kaji ke Mekah pada 2010 dan juga ikut membantu membiayai kuliah adik bungsunya bernama Andam Sari (27) di UGM. Menurut Yulizar, ibaratnya, Siska ini sebagai "pambangkik batang tarandam" atau membangkitkan kehormatan di keluarga. "Karena berkat kerja kerasnya, adiknya juga bisa kuliah ke UGM, dan alhamdulillah juga memberangkatkan saya pergi haji. Bahkan, Siska juga merenovasi rumah di kampung,” kata Yulizar. (mth)