Bayu, Pebisnis Bertangan Dingin: Kisah Sukses Cucu Pendiri Blue Bird

Jakarta | FNN - Tak berlebihan jika dikatakan Blue Bird adalah ikon perusahaan Taksi Indonesia. Sebab hampir di seluruh kota besar, selalu ada moda transportasi ini. Bicara taksi ya Blue Bird, begitu kata orang.

Pendirinya adalah seorang nenek bernama Mutiara Siti Fatimah yang akrab dipanggil dengan Bu Djoko. Djoko diambil dari nama sang suami, Profesor Djokosoetono, seorang Begawan Hukum Indonesia, pendiri Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian.

Siapa Bayu? Nama lengkapnya adalah Bayu Priawan Djokosoetono, cucu dari pasangan Djokosoetono dan Mutiara Siti Fatimah. Ia anak ketiga dari Chandra Suharto, putra pertama Djokosoetono - Mutiara Siti Fatimah.

Bayu merupakan generasi ketiga dari kerajaan bisnis Blue Bird. Bayu bersama keluarga juga sukses mempertahankan bisnis Blue Bird di masa-masa sulit seperti pandemi Covid19 dan gempuran transportasi online.

Kesuksesan Bayu diamini oleh para sahabatnya. Menurut Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Bayu adalah sosok pengusaha nasional yang memiliki dedikasi luar biasa, pekerja keras dan berkarakter. Ia bukan hanya sukses mempertahankan dan mengembangkan bisnis keluarga di sektor transportasi melalui Blue Bird hingga generasi ketiga, tetapi juga berhasil merambah ke sektor tambang, alat berat, dan properti dengan kesuksesan yang sama. 

"Sebagai cucu tokoh bangsa, Prof. Djokosoetono, Pak Bayu tetap tampil rendah hati dan selalu mendukung perkembangan pengusaha muda di Indonesia," kata Bahlil yang pernah menjadi rival Bayu dalam Munas HIPMI tahun 2015.

Sementara Ketua PBNU Said Aqil Siradj menyebut Bayu sebagai  seorang pengusaha yang cerdas yang memiliki religiusitas yang tinggi, namun tidak ditampakkan.

Sedangkan Arsjad Rasjid, Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia mengagumi sosok Bayu sebagai pengusaha yang sederhana dan
perhatiannya kepada kesejahteraan karyawannya sangat tinggi.  Dengan tangan dinginnya kata Arsjad menunjukkan bahwa Bayu adalah sosok yang layak diperhitungkan dalam kancah bisnis nasional dan internasional.

Menteri Pemuda dan Olahraga 2004-2009 Adhyaksa Dault melihat Bayu sebagai sosok anak muda yang memiliki insting politik dan bisnis yang kuat.

Bayu juga punya potensi yang bagus. Adhyaksa mengibaratkan dalam fisika ada energi potensial yang bisa menjadi lebih baik lagi jika diubah menjadi energi kinetik. 

Dia punya potensi, tapi kalau energi potensialnya tidak diubah, tidak dikasih kesempatan, makanya dia hanya menjadi energi potensial. Akan tetapi kalau energi potensial dikasih kesempatan dan meledak, maka dia akan menjadi energi kinetik. 

"Saya berharap, siapapun pemerintah yang berkuasa, dia bisa dikasih ruang untuk mengembangkan potensi itu," kata Adhyaksa, kolega kerja saat di Gerakan Pramuka Kwartir Nasional.

Pengalaman Bayu tertuang dalam sebuah buku elegan setebal 247 halaman berjudul Bayu Priawan Djokosoetono: Pebisnis Bertangan Dingin. Ditulis oleh wartawan senior Sri Widodo Soetardjowijono dan Djony Edward, diterbitkan oleh Lembaga Kajian Nawacita, September 2024.

Membaca buku ini ibarat berselancar membaca masa lalu Bayu yang penuh liku. Banyak inspirasi yang dipetik, banyak tauladan yang bisa diemban, buku ini cocok menjadi salah satu koleksi perpustakaan Anda. (sws).

836

Related Post