Betawi Circle of Time

(Photo my grandson)

Oleh Ridwan Saidi Budayawan 

ORANG Betawi menghitung pergantian hari tiap asar.  Pengaruh Islam yang masuk sejak abad VII M mengubah hitungan hari dari 5 sepekan menjadi 7.

1. Senen

2. Selasa

3. Rebo

4. Kemis

5. Jumahat

6. Saptu

7. Minggu

Setahun 12 bulan. Ini juga pengaruh Islam dengan ciri lokal dalam penyebutan nama-nama bulan:

1. Sura

2. Sapar

3  Maulud

4. Sili Maulud

5. Jumadil Awal

6. Jumadil Ahir

7. Rejeb

8. Ruwah

9. Puasa

10. Sawal

11. Apit

12  Haji

Hitungan waktu dalam sehari bukan jam tapi pergerakan matahari dan suasana malam:

1. Pagi buta 03.00 - 04.00

2. Boker 04.00 - 06.00

3. Pagi 06.00 - 08.00

3. Ciplak 08.00 - 12.00

4. Tengari bengkak 12.00 - 13.00

5. Siang 13.00 - 15.00

6. Siangan dikit 15.00 - 16.00

7. Sore 16.00 - 18.00

8. Menggerip 18.00 -

19.00

9. Malem 19.00 - 24.00

10. Tenge malem buta 24.00 - 03.00

Tahun yang dipakai Hijriah. Tahun wafat Mu'alim Teko 983 M (British Library dan Ensiclopaedia Persia) dikonversi dari Hijri. Prof Mr Sukamto tetapkan HUT Jakarta 22 Juni 1527 mengkonversi dari mana?

Kalangan awam merujuk tahun tidak numerical tapi narative:

1. Tahun ini

2. Tahun kemaren

3. Tahun kemarennya lagi

4. Tahun besok

5. Tahun besokannya lagi

6. Kalau masih lama: Masih tangeh.

7. Kalau masih lama sekali:

Masih kemela kemelu. 

Meski kini waktu sudah digital, masih banyak orang Betawi menggunakan sebutan waktu hari dan bulan seperti telah diuraikan di atss. (RSaidi)

311

Related Post