Ekor G.30.S: Gedung RRT Diduduki Pendemo
Oleh Ridwan Saidi Budayawan
SEJAK Konferensi Asia Afrika 1955 hubungan Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok kian erat. Pada perayaan kemerdekaan 1958 hadir Madame Soon Ching Ling. Istri Dr Sun Yat Sen. Walau dipanggil madam beliau tetap memakai Cheong Sam. Saya sempat melihatnya dari dekat karena saya terpilih menyanyi di Istana bersama rekan-rekan pelajar SMP yang lain.
Setelah Bung Karno berkuasa mutlak berkat Dekrit 5 Juli 1959 hubungan dengan Tiongkok makin erat. Akrobat dari Tiongkok pun sering main di Jakarta.
Photo Mao Tse Tung sering tampil di media. Gunting rambut model Mao banyak yang contoh termasuk DN Aidit.
Mao mengajarkan kader-kadernya pandang ke selatan, kalau ke utara gunung melulu.
Hubungan PKI dan PKC makin erat. PKUS ditinggalkan. Organisasi Bapperki, badan permusyawaratan perwakilan kewarganegarsan Indonesia, makin berkembang. Bapperki pimpinan Siauw Giok Tjan. Mereka juga punya onderbouw namanya Perhimi, perhimpunan mahasiswa Indonesia. Perhimi mitra CGMI untuk gasak HMI. Mereka yang tendang HMI dari wadah bersana PPMI, perhimpunan perkumpulan mahasiswa Indonesia. Walau HMI ikut dirikan PPMI, tetap ditendang karena HMI dituduh kontrev, kontra revolusi.
Ucapan Menlu RRC Chou En Lai lebih sering dikutip media kiri dari pada yang lain. Menlu Subandrio sering 4 mata dengan Chou En Lai di Beijing atau Jakarta. Indonesia dianggap kiri.
Untuk jaga keseimbangan pada awal 1965 Indonesia gelar Konperensi Islam Asia Afrika, RRT kirim utusan. Mereka itu muslimin Uighur. Tapi mereka diam saja di sidang-sidang Dengan pers juga membisu.
30 September 1965 Gestapu/PKI meledug. Situasi berbalik. Bangkit demo besar ganyang PKI. Yang didemo termasuk gedung-gedung RRT di Jakarta dan daerah. Ternyata gedung2 RRT sudah tak berpenghuni.
Akhirnya banyak gedung-gedung RRT yang diduduki pendemo.
Di antara gedung-gedung itu juga beberapa dihuni tetap oleh ormas pendemo secara legal. Antara lain kantor HMI Jakarta Jl Cilosari 17. (RSaidi)