Paulus Januar: Rezim Secara Sistematis Menggerogoti Kesejahteraan Rakyat
Jakarta, FNN – Pengamat Sosial, Paulus Januar menyebut rezim elite saat ini menggerogoti kesejahteraan rakyat. Pernyataan tersebut disampaikan dalam diskusi bertemakan "Pemilu 2024 di Simpang Jalan, Pembaharuan Demokrasi atau Perebutan Kekuasaan Belaka" di Sekretariat ProDEM, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (22/11).
Paulus memulai bahasannya dengan mengaitkan akurasi tema acara dengan menganalogikan bahwa 'persimpangan' terdapat jalan yang benar dan jalan yang sesat. Membahas perwujudan dari demokrasi, sistem pemilu yang digunakan saat ini merupakan sistem untuk memenuhi kebutuhan elite.
"Kita inikan sudah bisa dikatakan tersesat. Pemilihan bupati dan walikota diperbolehkan calon perorangan. Pemilihan anggota legislatif tidak diperbolehkan calon perorangan," ujarnya.
Pengamat sosial tersebut menambahkan bahwa calon perorangan legislatif menghasilkan risiko yang lebih kecil dibandingkan calon perorangan eksekutif dalam hal penentuan kebijakan. Ia juga menyinggung sistem kepartaian Indonesia yang cenderung memiliki pemiliknya masing-masing.
Menurut Paulus, hakikat pemilu adalah berpesta hasil dari kerja demokrasi atau mendapat kemenangan kemudian pesta. Ia menegaskan bahwa perubahan akan terjadi apabila sistem yang berlaku saat ini dihentikan.
"Kalau kita lihat, apa yang terjadi sekarang, reformasi itu menghasilkan perubahan dan yang masih tersisa adalah kebebasan. Dan kebebasan itu kemudian sedikit demi sedikit digerogoti," ucap Paulus.
Sebagai contoh di antaranya pelemahan KPK dan pengurangan angka presidential threshold. Paulus menyebut rezim saat ini sangat sistematis, menggerogoti dari sektor ekonomi (Omnibus Law Cipta Kerja), sektor pendidikan (RUU Sistem Pendidikan Nasional, dan sektor kesehatan (Omnibus Law Kesehatan).
"Inilah yang sangat sistematis, untuk menggerogoti rakyat Indonesia. Kesejahteraan rakyat Indonesia digerogoti," tegasnya.
Dalam diskusi tersebut, turut hadir Desyana Zainudin dan Joni Sujarman sebagai pembicara serta Rinjani yang memoderatori jalannya diskusi.
Di akhir pemaparannya, Paulus juga memberikan tiga hal yang menjadi optimisnya dalam menghadapi berbagai permasalahan tersebut, yaitu adanya generasi baru, munculnya modus baru untuk melawan penindas melalui teknologi, dan mampu mengidentifikasi tantangan zaman secara realistis. (oct)