Perang Cyber di Balik Tewasnya Brigadir Yoshua

Jakarta, FNN – Kasus polisi tembak polisi yang berujung tewasnya Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat memasuki sejumlah babak penting. Kali ini berkaitan dengan jabatan lain Irjen Ferdy Sambo sebagai Kepala Satgas Khusus (Kasatgassus) Polri. 

Demikian perbincangan dua wartawan senior FNN Hersubeno Arief dan Agi Betha dalam kanal YouTube Off The Record FNN, Selasa (2/8/22) di Jakarta.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menyoroti, meski telah dinonaktifkan sebagai Kadiv Propam, nyatanya Irjen Ferdy Sambo masih mengemban jabatan lain sebagai Kepala Satgas Khusus (Kasatgassus) Polri.

Usman menilai, jika Ferdy Sambo belum dinonaktifkan dari jabatan tersebut, maka akan mempengaruhi proses pengusutan kasus baku tembak antara Brigadir Yoshua dan Bharada E.

Tak lama kemudian, beredar link berita dari mediacakra.com yang berkaitan dengan persoalaan Satgas Merah Putih.

Menanggapi berita yang beredar di mediacakra.com, Hersubeno mengatakan bahwa dirinya sebagai wartawan menilai agak aneh membaca berita tersebut. 

“Saya sebagai wartawan agak aneh ya membacanya, ini bukan sebuah format berita, tetapi berupa point-point tentang Satgassus mulai dari kepala hingga anggotanya,” ungkapnya.

Di dalam point tersebut tertulis nama Irjen Ferdy Sambo sebagai Kepala Satgassus dan nama-nama ajudannya, seperti Brigadir Yoshua sebagai anggota muda yang turut bergabung dalam Satgassus ini. Satuan dari Satgassus ini beragam berasal dari Bareskrim, Polda, dan Brimob.

Seperti itulah isi berita yang beredar di mediacakra.com. “Namun saat ini kita bukan mau membahas itu, tetapi informasi yang seperti itu mengandung tanda tanya besar, mengapa ada media membuat berita seperti itu?” tanya Hersubeno.

Sementara itu, Agi Betha sempat berbincang dengan pimpinan redaksi dari mediacakra.com, Prabu Galuh Susilo terkait berita dahsyat tersebut, salah satu judul beritanya adalah ‘Membongkar Satgassus Merah Putih Beroperasi di dalam Polri’.

“Ini kan semacam mendapatkan informasi dari orang dalam,” tutur Agi.

Agi juga menjelaskan apabila membandingkan dengan cara penyusunan kalimat dan diksi yang digunakan itu berupa point-point mengingatkan rilis yang didapatkan dari Polri, TNI, dan aparat penegak yang biasanya berupa kalimat ringkas dan kurang diolah.

“Kalau wartawan yang menerbitkan biasanya sudah diolah dan menampilkan bahasa sehari-hari,” ujarnya.

Pemred mediacakra.com membuka suara soal berita yang beredar tersebut, “Saya juga pusing dengan berita ini, karena bukan satu berita saja, berita lainnya ada lampiran Sprin Satgassus merah putih 2019 dan 2020 yang kemudian diganti judulnya, ada juga berita dengan judul saweran cuan di kamar mayat sebelum jenazah tiba, telah diganti juga judulnya,” kata Prabu.

Prabu mengatakan semua konten berita itu bukan pihak dari mediacakra.com yang mengupload. Ia mengaku mendapat kiriman berita terkait Satgassus Merah Putih, kemudian pihaknya simpan dan tidak akan mengupload terlebih dahulu karena mereka ingin menulis kembali dengan konfirmasi dari pihak yang terkait.

Pada tanggal 31 Juli 2022 pukul 00.00 WIB, tiba-tiba berita itu sudah terupload sendiri di website mediacakra.com, dan tak lama setelah itu judulnya berubah dari semula.

Sejak tanggal 1 Agustus 2022, pihak mediacakra.com tidak dapat mengakses websitenya karena terkunci.

“Kita tidak tahu siapa yang bermain, ini artinya ada orang dalam yang membocorkan atau meretas akun dari Polri, kalau kita menyebut sekarang kasus Brigadir Yoshua ini becek, banyak yang bermain sejak dari awal,” pungkas Hersubeno. (Lia)

395

Related Post