Perubahan Tanpa Darah
Oleh Ridwan Saidi - Budayawan
PERUBAHAN kekuasaan tahun 1966 dan 1998 berdarah. Dua perubahan ini bukan menyangkut rezim saja tapi juga sistem. Pergantian Presiden Abdurrahman Wahid dengan Megawati hanya pergantian Presiden.
Pergantian rezim dan system dalam sejarah terjadi empat kali:
1945-1950 pergantian system beberapa kali tapi tak ada rezim politik yang berkuasa.
1. 1950-1959 rezim parpol khususnya Masyumi-PNI. Sistem demokrasi parlementer.
2. 1959-1966 rezim Soekarno. Sistem demokrasi terpimpin. Dikenal sebagai Orla.
3. 1966-1998 rezim Suharto. Sistem demokrasi Pancasila. Dikenal sebagai Orba.
4. 1998-sekarang rezim Reformasi yabg bertumpu pada partai-partai Golkar, Demokrat, PDIP. Sistem' demokrasi UUD 45 yang diubah-ubah. Adapun rezim politik pada beberapa tahun terakhir berubah menjadi oligarkhi yang pada gilirannya menyingkirkan peran parpol. Dikenal sebagai Reformasi.
Kalau disimak, empirik econ merupakan variabel penting yang menentukan pergantian rezim dan system. Orde Baru sempat 32 tahun berkuasa karena econ tak dapat dikatakan buruk. Sedangjan Orde Lama hanya bertahan 7 tahun. Econ buruk, beras saja diganti bulgur.
Reformasi econ tak sehat. Ada usul beras diganti pisang. Minyak goreng diganti asap (kukus).
Kalau dihitung dari perubahan UUD, maka reformation telah berusia 21 tahun, 2001-2022.
Tuntutan akan perubahan makin menguat yang disertai unjuk rasa hampir di seluruh Indonesia. Kita berdoa kalau pun terjadi perubahan tidak perlu mengulang pergantian Orla ke Orba dan Orba ke Reformasi yang diiringi darah. (*)