Prabowo dan Pertaruhan Terakhir Kedaulatan Bangsa

Oleh Asri Tadda | Sekjen DPP Mileanies/Ketua DPW Gerakan Rakyat Sulsel

PRABOWO Subianto bukan nama asing dalam sejarah politik dan militer bangsa ini. Sebagai salah satu tokoh sentral dalam dinamika bangsa, sepak terjangnya di berbagai arena memperlihatkan komitmen kuat terhadap kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Dengan latar belakang militer yang solid dan kiprah politik yang penuh dinamika, Prabowo yang kini menjadi Presiden RI ke-8 digadang-gadang sebagai harapan terakhir untuk membawa Indonesia menuju kemandirian dan kesejahteraan.

Hanya saja, sejumlah beban dan tantangan berat menanti di depan mata. Sebagai Presiden, Prabowo tentu harus bisa membalikkan proyeksi bubarnya negara Indonesia pada tahun 2030 sebagaimana diramalkan dalam novel fiksi yang pernah dibacanya, Ghost Fleet.

*Perjalanan Karir*

Prabowo lahir dari keluarga yang sarat dengan nilai nasionalisme. Ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo, adalah seorang ekonom terkemuka yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan. 

Pengaruh keluarga yang kuat dalam dunia politik dan ekonomi membentuk karakter Prabowo sejak dini. Ia kemudian menempuh pendidikan militer di Akademi Militer Magelang dan lulus dengan prestasi gemilang.

Karier militernya melesat cepat, dengan berbagai penugasan di medan operasi, termasuk di Timor Timur. Prabowo dikenal sebagai perwira yang tegas, berani, dan disiplin. 

Kepemimpinannya di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) mengukir banyak prestasi, termasuk dalam operasi pembebasan sandera Mapenduma yang terkenal. Namun, perjalanan militernya juga tak lepas dari kontroversi yang kemudian membawanya pensiun lebih awal.

Pasca pensiun dari militer, Prabowo tidak lantas meninggalkan panggung publik. Ia terjun ke dunia politik dengan mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) pada 2008. 

Dengan semangat nasionalisme yang membara, Prabowo secara perlahan namun pasti, membawa Gerindra menjadi salah satu kekuatan politik utama di Indonesia.

Visi politik Prabowo selalu berpusat pada kemandirian bangsa, khususnya dalam hal ekonomi dan kedaulatan sumber daya alam. Mantan Danjen Kopassus ini berulang kali menekankan pentingnya Indonesia untuk berdiri di atas kaki sendiri, bebas dari ketergantungan asing, terutama dalam pengelolaan kekayaan alam yang melimpah.

Salah satu misi besar Prabowo yang paling menonjol adalah keinginannya untuk melakukan nasionalisasi sumber daya alam. Ia melihat bahwa selama bertahun-tahun, kekayaan alam Indonesia lebih banyak dinikmati oleh perusahaan-perusahaan asing, sementara rakyat Indonesia hanya menjadi penonton di negeri sendiri.

Prabowo meyakini bahwa pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan secara mandiri akan menjadi kunci untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. 

Karenanya ia berkomitmen untuk memperjuangkan kebijakan yang mengutamakan kepentingan nasional, termasuk akan melakukan renegosiasi kontrak-kontrak besar dengan perusahaan asing dan penguatan peran BUMN dalam sektor strategis.

Dalam berbagai kesempatan, Prabowo menegaskan bahwa nasionalisasi bukan berarti anti-asing, melainkan upaya untuk memastikan bahwa pengelolaan sumber daya alam Indonesia dilakukan dengan prinsip keadilan dan keberlanjutan. 

Baginya, kekayaan alam harus menjadi alat untuk memperkuat ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Presiden RI Kedelapan

Ketika akhirnya terpilih sebagai Presiden ke-8 Indonesia, Prabowo membawa pendekatan kepemimpinan yang khas, yakni kombinasi ketegasan militer dengan diplomasi politik yang matang. 

Model kepemimpinannya menekankan tiga pilar utama, yakni kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan ketahanan nasional.

Prabowo menempatkan kepentingan nasional di atas segalanya. Ia berkomitmen memperkuat peran Indonesia di kancah internasional dengan diplomasi yang berani namun terukur, memastikan bahwa Indonesia tidak tunduk pada tekanan negara manapun.

Untuk mewujudkan kemandirian ekonomi, Prabowo akan melanjutkan misinya dalam nasionalisasi sumber daya alam dan fokus memperkuat sektor-sektor strategis seperti energi, pertambangan, dan pangan. Ia mendorong industrialisasi berbasis sumber daya lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Sementara dari aspek ketahanan nasional, Prabowo memperkuat TNI dan institusi keamanan sebagai garda terdepan menjaga keutuhan NKRI. Modernisasi alutsista dan peningkatan kesejahteraan prajurit menjadi prioritas untuk memastikan stabilitas nasional.

Sebagai figur yang kuat dan kontroversial, kepemimpinan Prabowo tentu tidak akan terlepas dari tantangan politik, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 

Namun, dengan pengalaman panjangnya di dunia politik dan militer, ia terlihat tengah menerapkan strategi efektif untuk mengelola potensi konflik, diantaranya dengan melakukan pendekatan rekonsiliasi nasional.

Prabowo menunjukkan bahwa ia mampu merangkul lawan-lawan politiknya, seperti yang terlihat dalam langkahnya bergabung dengan pemerintahan setelah Pemilu 2019. 

Hal ini berlanjut saat resmi menjadi Presiden RI ke-8, di mana ia membangun kabinet yang gemuk namun inklusif dengan melibatkan berbagai elemen politik, termasuk dari oposisi.

Meski dikenal cukup keras, Prabowo mampu beradaptasi dalam diplomasi politik. Ia menjalin hubungan baik dengan berbagai kekuatan politik dan tokoh nasional, memastikan bahwa stabilitas politik tetap terjaga di tengah dinamika yang kompleks.

Ragam Tantangan Prabowo

Meski memiliki visi dan misi yang jelas, Prabowo dihadapkan pada berbagai tantangan besar dalam mewujudkan agenda nasionalisasinya dan menjaga stabilitas NKRI. 

Tantangan ini datang dari berbagai arah—politik domestik, ekonomi global, hingga dinamika sosial dalam negeri.

Upaya nasionalisasi sumber daya alam tidak mudah dilakukan, mengingat adanya kepentingan besar dari oligarki domestik dan perusahaan asing yang sudah lama menikmati keuntungan dari kekayaan alam Indonesia. 

Renegosiasi kontrak-kontrak besar sering kali dihadapkan pada tekanan diplomatik dari negara-negara asal perusahaan tersebut. Prabowo harus menavigasi hubungan internasional dengan hati-hati agar tidak merusak hubungan diplomatik, namun tetap memperjuangkan kedaulatan ekonomi.

Meskipun nasionalisasi menjadi prioritas, kenyataan bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada investasi asing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi tantangan tersendiri. Prabowo harus mencari keseimbangan antara menjaga arus investasi masuk dan memperkuat kontrol negara atas sumber daya alam.

Stabilitas politik di dalam negeri juga menjadi tantangan. Meski berhasil merangkul beberapa lawan politik, dinamika di DPR dan tekanan dari partai-partai politik tetap menjadi hambatan dalam implementasi kebijakan. Friksi internal di kabinet juga bisa muncul, terutama jika ada perbedaan pandangan dalam pengambilan keputusan strategis.

Selain itu, sebagai negara kepulauan dengan keberagaman suku, agama, dan budaya, Prabowo harus mampu menjaga harmoni nasional. 

Ketegangan di daerah-daerah yang memiliki potensi separatisme atau konflik horizontal bisa menjadi ancaman serius terhadap stabilitas nasional. Prabowo perlu memastikan bahwa pembangunan yang ia dorong merata ke seluruh wilayah Indonesia, tidak hanya terpusat di Jawa dan kota-kota besar.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, seperti fluktuasi harga komoditas dan ketegangan geopolitik internasional, Prabowo harus mampu mengelola ekonomi nasional agar tetap stabil. Krisis energi global dan perubahan iklim juga mempengaruhi bagaimana Indonesia bisa mengelola sumber daya alamnya dengan bijak.

Sementara upaya Prabowo dalam memperkuat kontrol negara atas sektor-sektor strategis bisa mendapat kritik dari masyarakat sipil dan LSM, terutama jika dianggap mengurangi transparansi atau merusak lingkungan. 

Karena itu, Prabowo harus memastikan bahwa kebijakan nasionalisasi tetap berpihak pada rakyat dan memperhatikan prinsip keberlanjutan lingkungan. Hal yang sesungguhnya tidak mudah di tengah realitas kempesnya kas negara akibat beban utang yang cukup tinggi.

Pertaruhan Kedaulatan

Dalam situasi global yang semakin kompleks dan tantangan domestik yang terus berkembang, Prabowo muncul sebagai figur yang menawarkan kepemimpinan tegas dan berorientasi pada kemandirian bangsa. 

Dengan pengalaman militer yang luas, pemahaman mendalam tentang geopolitik, dan komitmen kuat terhadap nasionalisme, banyak yang melihat Prabowo sebagai harapan terakhir untuk membawa Indonesia menuju era baru kedaulatan dan kesejahteraan.

Namun, jalan menuju visi tersebut penuh tantangan. 

Prabowo harus terus menunjukkan kemampuan adaptasi, ketegasan, dan kebijaksanaan dalam mengelola potensi konflik dan hambatan. Termasuk juga untuk melepaskan diri dari bayang-bayang pemerintahan Presiden sebelum dirinya.

Jika mampu menghadapi semua rintangan ini, Prabowo tidak hanya akan dikenang sebagai presiden yang tegas, tetapi juga sebagai pemimpin yang berhasil mengembalikan kedaulatan penuh bangsa Indonesia atas kekayaan alamnya.

Sebagai harapan terakhir NKRI, Prabowo menghadirkan sebuah janji akan masa depan yang lebih cerah, di mana kedaulatan bukan hanya sekadar konsep, tetapi nyata dirasakan oleh setiap rakyat Indonesia. 

Tantangan ke depan memang tidak mudah, namun dengan kepemimpinan yang kuat dan visi yang jelas, Prabowo harus mampu membawa Indonesia menuju puncak kejayaannya, atau setidaknya mencegah bangsa besar ini ambyar di 2030. Merdeka!

36

Related Post