Schouwburg Pasar Baru
Oleh Ridwan Saidi Budayawan
Schouwburg berfungsi setelah Belanda yang berkuasa kembali tahun 1826 merubuhkan Opera Thalia di Mangga Besar dan berdirinya Pasar Baru tahun 1828.
Belanda inginkan Weltevreden, Karts Pusat jadi pusat keramaian. Tak jauh dari Schouwburg dibangun kemudian dua bioskop,: Astoria dan Capitol. Di selatan Pasar Bari dibangun bioskop Globe.
Temat dengan fokus Schouwburg menjadi nyanan. Kalau sore harip di sebrang Schouwburg itu jembatan Pasar Baru, ramai orang-orang dengan pakaian netjes, rapih, berdiri santai di jembatan. Istilah jaman dulunya ngeloneng.
Schouwburg bukan tampilkan tontonan Belanda dan Eropa saja, teater dan musik Indonesia juga mentas di Schouwburg. Penari Indonesia saat itu yang bekend Miss Dja.
Jaman merdeka Schouwburg ganti nama jadi Gedung Kesenian. Sandieara Ratu Asia main di sini. Juga dalam grup teater lain muncul nama-nama seperti Miss Netty, Miss Fifi Yong, Tan Tjeng Bok, dan Hamid Arif. Penyanyi yang bekend Nining Cilik.
Tak lama Gedung Kesenian berfungsi di jaman Orla. Kemudian serambi depan Gedung Kesenian jadi hunian gembel. Di jaman Gub Ali Sadikin ditertibkan kembali dan difungsikan.
Di jaman Orla melintas Pasar Baru sore2 terasa ada yang kurang.: Gedung Kesenian tak berfungsi.
Untunglah ada seorang pengamen tanoa instrumen yang dipanggil si Jibrut. Ia pandai mainkan bunyi-bunyian dengan telapak tangan dan ketiaknya. Orang Betawi bilang ia jago ngejibrut. Ketika Jibrut beraksi, kaum wanita berlarian menghindar dari jibrut si Jibrut. (RSaidi)