Sukarno Numpang di Rumah Orang?

(Foto Sukarno dan Natsir di resepsi pembukaan Muktanar Masyumi di Surabaya 1954)

Oleh Ridwan Saidi Budayawan 

Tidak. Melihat watak da kepribadiaan BK. BK bukan tukang tebeng. 

Ayahnya itu seorang guru yagg aktif dalam gerakan freemason (Rickleff, Indonesia Modern History). Koneksi cukup luas. Waktu Sukarno HIS ia dengan orang tua di Blitar. Waktu HBS di Surabaya. Ia sering ke HOS Tjokro tapi bukan numpang. Ia ngekos di tempat lain. Saat THS di Bandung BK ngekos di rumah Bu Inggit, lalu itu ibu dia kawinin.

Pertama BK dibui awal 1930-an di Banceuy, Bandung. Fasilitas buruk. MH Thamrin berjuang pindahkan ke Suka Miskin. 

Bebas dari Suka Miskin ia terus berpolitik sambil cari nafkah dengan membuka Biro Arsitek.  Sukarno ditangkap lagi dan dibuang ke Endeh. Ia sendirian. Cuma ada teman korespondensi:

 A. Hassan Bandung yang suka ngirim biji mede kegemaran BK. Bebas dari Endeh, Sukarno balik Ke Bandung. Perkawinannya dengan Inggit berakhir dalam time frame ini. Lalu ia ditangkap lagi dan dibuang ke Bengkulu. 

Februari 1942 ke Jakarta. Mula-mula bertinggal di rumah Jl Diponegoro yang kelak jadi  rumah Ruslan Abdulgani.. 

Lalu BK dan Ibu Fat pindah ke Pegangsaan Timur 56.

Februari 1949 ditangkep lagi sebagai Presiden dan Syahrir selaku PM. Mereka dibuang ke Parapat, Sumut. Soekarno hobby nyanyi lagu Belanda. Ia suka menyanyi di tempat buangan.

Als de orchiideen bloeien

Dan denk ik terug aan jouw

Syahrir tak suka. Tak akurlah mereka. Didatangkanlah Agus Salim dari tempat ia dibuang di Brastagi. Mereka akur lagi.  Tapi sekembali dari Parapat, Syahrir dan Sukarno tak lagi saling bertemu, kecuali sekali dan yang terakhir di bulan Agustus 1960 tatkala pimpinan Partai Sosialis Indonesia diminta BK untuk bubarkan diri. Masyumi juga, tapi pertemuan dengan BK dalam waktu berbeda. 

Usai Parapat Syahrir sebagai PM diganti Muhammad Hatta. Syahrir wafat 1966 di Eropa ketika jalani perawatan di rumah sakit dalam status tahanan politik.

Dari kronologi di atas mustahil BK nebeng-nebeng (numpang) di rumah orang seperti qisoh yang diceritakan ahli-ahli vermakt sahibul hikayat menjadi sejarah.

Saya selalu menuturkan sejarah Sukarno tanpa kebencian., Begitu pula terhadap Suharto. Mereka orang besar yang membangun tanpa mangkrak dan mubazir.   Untuk hal-hal yang  kuantitatif mereka tak pernah berkhayal. Semisal, dalam bidang econ Indonesia akan jadi 7 besar dunia. Sejatinya kini termasuk 28 negara yang jadi pasien IMF.

Suatu hari di rumah guruku M. Natsir saya diberi nasihat yang tak terlupakan.  Saidi, berpolitiklah tanpa kebencian. 

Kukerling wajah Natsir yang lembut seraya membersit kasih sayang, padaku. (RSaidi).

209

Related Post