Timteng Anteng?
Oleh Ridwan Saidi Budayawan
SETELAH PD II ketegangan Timur Tengah bermula dari perang 6 hari Arab vs Israel tahun 1967. Sejak itu pergolakan tak henti di sejumlah negara Arab: Suriah, Libanon, Mesir, Sudan, Libya, Somalia, Iraq , Iran, Yemen, saya tambahkan Afganistan.
Kini yang bergolak cuma Yemen.yang pemerintahannya belum stabil, juga Somalia tapi tak ada gangguan keamanan.
Afrika utara seperti Tunis, Aljazira, dan Morocco tak ada soal. Libanon idem hanya kota Beirut masih terbelah. Libya sedang membangun. Tak ada berita perang dari Sudan.
Yang masih lajut soal konflik Palestina Israel. Israel masih terus menggangu tapi sejak 2021 mereka selalu dapat balasan dari Palestina di atas batas setimpal. Lagi pula Biden berjanji negara Palestina harus terwujud dalam periode Biden sebagai Presiden.
Afganistan menuju normal, dan hubungan dengan USA oke kok.
Iran mesti duduk berunding dengan USA. Tapi tak jelas siapa yang belum mau.
Dalam setahum terakhir ini USA tidak sibuk dengan Timteng, tapi tahun 2022 ini Resden Biden telah berkunjung ke Istael.
USA tidak banyak lagi keluarkan belanja perang untuk Timteng. Tampaknya fokus dalam setahun ini Indo Pacific.
Rezim Pakistan Imran Khan roboh, menyusul Rajapaksha Srilanka. Krisis politik Thailand lagi bermula. Myanmar pun econ dan politiknya memburuk. Indonesia? Waswas di bawah bayangan krisis ekonomi. Kondisi poitik tak bagus2 bangat. Muncul pula kasus di Polri yang setelah dicongkel-congkel tampaknya mengakar. Selain itu pengeja-wantahan
polugri tak konsisten. Satu pihak kepingin jadi juru damai dunia, di lain pihak beberapa menteri nada bicaranya tak bersahabat dengan USA bahkan dengan Western.
Timteng relatif anteng, kalau ada gejolak mungkin dampaknya terkendali. Berbeda dengan Venezuela yang telah menjadi jalan tiada ujung.
Kalau menyimak narasi tokoh-tokoh resmi Indonesia seperti sedang cari negara "senior" yang potensi mendonor. China sementara belum bisa bantu apa-apa. Entah sampai kapan.
Lantas coba lirik Rusia. Menurut seorang tokoh resmi, gara-gara perang Rusia banyak untung karena laris dagang miyak. Minyaknya murah. Nasib baik mungkin pembeli dapat hadiah langsug tanpa diundi. Rusia untung bersih sehari dari minyak 5 M dollar. Narasi ini unik, karena itu media LN banyak yang muat.
Polugri kita perlu dikaji ulang. Juga perlu ditetapkan pejabat jubir polugri. Kalau pejabat bicaranya tertib 'kan dilihatnya juga enak. Soal kepingin jadi juru damai macam Turki sabar dikit ya. Udahlah sekarang jadi warga Indo Pacific yang baik aja ya. (RSaidi)