SENI-BUDAYA

Startup Lokal Bantu Karya Seniman Lokal Menuju Global

Jakarta, FNN - Startup global karya anak bangsa Litedex.io siap membantu karya seniman lokal untuk merambah menuju pasar global sebagaimana harapan Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga yang menginginkan agar generasi muda mampu mengembangkan aset-aset kripto baru. "Kehadiran platform decentralize exchange seperti Litedex.io akan mampu menjadi salah satu solusi bagi masyarakat, khususnya para seniman, untuk keluar dari keterpurukan ekonomi di masa pandemi seperti saat ini," ujar salah satu Founder Litedex.io Aji M Iqbal dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Senin. Platform aset digital itu memiliki proyek-proyek favorit, satu di antaranya berupa Non Fungible Token (NFT) yang siap memfasilitasi para seniman lokal untuk membuat aset digital. Beberapa nama besar yang sudah menjalin kerja sama dengan Litedex.io adalah pelukis kenamaan Tanah Air, Yudhis Citra. Pelukis yang pernah meraih banyak penghargaan internasional ini akan berkarya melalui NFT Litedex.io. Sebagai pelukis konvensional, Yudhis Citra menyadari perkembangan teknologi di era digital saat ini, harus dimanfaatkan sebagai peluang bagi para seniman. Apalagi banyak seniman makin terpuruk imbas dari pandemi COVID-19. Selain itu ada Wahyu Widjajanto, pelukis asal Bandung yang mengapresiasi karya Next Art. NFT bisa menjadi tempat berkreasi talenta-talenta muda Indonesia dan berharap melahirkan banyak karya visual yang spektakuler. Pekan lalu, dalam rapat koordinasi antara Bank Indonesia dan Kementerian Perdagangan, Wamendag Jerry Sambuaga menilai pengembangan aset kripto khususnya yang punya basis underlying asset perlu mendapat perhatian serius. Hal itu dilakukan untuk mengintegrasikan sektor keuangan dan perdagangan digital dengan ekonomi riil yang dilakukan oleh masyarakat. (mth)

Dekranasda Bali Ingatkan Perajin Tak Pamerkan Kain Songket Tiruan

Denpasar, FNN - Ketua Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Putri Koster mengingatkan para perajin yang menjadi peserta Pameran IKM Bali Bangkit III untuk tidak memamerkan produk kerajinan tiruan kain songket ataupun endek dan berbagai jenis kerajinan berbahan alpaka. "Aturannya tetap, sebagaimana telah dijalankan pada pameran-pameran sebelumnya. Hal ini sebagai upaya memuliakan warisan leluhur," kata Putri Koster dalam rapat teknis calon peserta pameran IKM Bali Bangkit III di Denpasar, Minggu. Pameran Bali Bangkit III rencananya akan dibuka pada 15 September mendatang di Taman Budaya Provinsi Bali, dengan diisi pameran secara luring dan daring melalui balimall.id. "Tugas kita mempertahankan warisan leluhur yang sudah dibuat susah payah. Salah satunya dengan mempertahankan kualitas. Jangan malah kita sendiri yang merusaknya hanya karena terguir untung sesaat," ujarnya. Menurut istri Gubernur Bali itu, Pameran IKM Bali Bangkit yang lalu telah terbukti membantu perekonomian Bali yang terpuruk akibat pandemi COVID-19. Ia pun sangat mengapresiasi dan bangga dengan capaian para perajin pada pameran sebelumnya. Akan tetapi, pencapaian itu tidak harus membuat perajin berpuas diri karena harus tetap menjaga kualitas kerajinan daerah Bali. "Kerajinan yang dipamerkan dan dijual merupakan cerminan sebagai masyarakat Bali," ucapnya. Putri Koster juga berpesan kepada para perajin untuk selalu berbuat jujur saat berjualan karena hal itu bisa menjadi salah satu penilaian para pembeli. "Jangan barang yang harganya Rp1 juta dijual Rp10 juta kepada istri pejabat. Itu salah. Rejeki sudah ada yang mengatur, jika seperti itu berarti anda sudah mengambil rezeki anda duluan dan tentu nantinya susah jualan lagi," katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Wayan Jarta mengatakan Pameran Bali Bangkit III yang dibuka pada 15 September 2021 akan berlangsung selama satu bulan. "Peserta pameran sudah harus divaksin dua kali dan harus mengunduh aplikasi pedulilindungi.id untuk menunjukkan barcode sudah divaksin," ujarnya. Senada dengan Ketua Dekranasda, ia mengatakan tujuan Pameran IKM Bali Bangkit ini untuk membangkitkan perekonomian Bali saat dan setelah masa pandemi COVID-19 dengan meningkatkan produktivitas para UMKM/IKM di Bali. "Selain itu, pameran ini juga bertujuan untuk meningkatkan akses pasar produk para perajin di dalam maupun luar daerah," katanya. (mth)

Kulinara, Masker Motif Kuliner Nusantara dari Didiet Maulana

Jakarta, FNN - Desainer dan Founder IKAT indonesia, Didiet Maulana, bersama perusahaan bumbu masak PT Inti Sasa (Sasa) merancang masker bermotif Kulinara (Kuliner Nusantara), sebagai bentuk apresiasi kepada tenaga kesehatan yang berjuang maksimal selama pandemi. Kulinara bukanlah masker medis, melainkan masker kain yang dipakai di depan masker medis. Didiet Maulana merancang Kulinara sebagai pengingat bahwa makanan memiliki arti kebahagiaan. Kulinara hadir dengan warna, motif dan cerita yang menggambarkan betapa banyak ragam budaya rasa Indonesia dengan satu tema sama, yaitu kehangatan dan kebahagiaan. "Ketika bicara masker, Kulinara bukan masker medis, namun tetap bisa mendukung para nakes dalam keseharian mereka. Saat mereka di jalan atau di luar area ruang kesehatan. Jadi hal ini harus bisa menjadi sesuatu yang dibanggakan, secara desain harus unik dan berbeda dari biasanya," ujar Didiet Maulana dalam siaran pers, dikutip Kamis. "Kolaborasi dengan Sasa ini bisa tercipta karena kami berdua menjalani visi yang sama yakni sama-sama berkreasi untuk rasa," kata Didiet Maulana dalam siaran pers, dikutip Kamis. "Sasa berkreasi menciptakan rasa masakan dan membawa kekuatan citarasa lokal. Demikian pula saya yang memiliki visi untuk menciptakan desain bercorak Indonesia untuk menumbuhkan rasa bangga akan negeri ini," kata Didiet. Diakui Didiet, proses pembuatan masker berlangsung cukup singkat. Diawali proses brainstorming dengan tim Sasa untuk desain Kulinara, kemudian masuk ke proses produksi. "Bagian paling menantang dalam proses Kulinara adalah saat mendesain, kita harus berpikir ke depan. Bagaimana desain yang dibuat itu benar-benar bisa mendukung manusia pemakainya," kata Didiet. Marketing Director PT Sasa Inti, Fenny Kusnaidy, menambahkan, "Kami mempersembahkan Kulinara sebagai bentuk apresiasi kepada para nakes, dokter, perawat, bidan, petugas rumah sakit, serta relawan." "Harapan kami, Kulinara dapat menjadi bagian dalam pelaksanaan prokes di mana salah satunya adalah memakai masker. Kulinara diharapkan bisa menyemangati tenaga medis dan relawan, sehingga mereka terus optimistis bahwa perjuangan mereka akan menyelamatkan banyak orang," kata dia. (mth)

Interpretasi Putri Diana Versi Kristen Stewart Pukau Venesia

Jakarta, FNN - Interpretasi Putri Diana dari aktris Kristen Stewart di film "Spencer" disambut hangat di Festival Film Venesia tempat penayangan perdana, Jumat waktu setempat, di mana beberapa kritikus menyebutnya akan jadi favorit di Oscar. Sutradara Pablo Larrain menyuguhkan transformasi Kristen Stewart sebagai putri yang sedang mengalami berbagai masalah saat bergabung dengan keluarga kerajaan selama tiga hari acara natal di Sandringham House di tengah pernikahannya yang mulai runtuh dengan Pangeran Charles. Dilansir Reuters, film tersebut menggambarkan Diana sebagai orang yang merasa tidak cocok dengan kerajaan, merasa terisolasi dan jauh dengan keluarga sang suami, kecuali dengan William dan Harry, serta ingin bebas dari aturan dan tradisi yang dianggap mengekang. Bicara setelah pemutaran perdana mengenai peninggalan Diana usai kematiannya 24 tahun lalu, Kristen Stewart mengatakan, "Saya rasa ini memang sudah ada dalam dirinya." "Ada sebagian orang yang dianugerahi energi luar biasa. Hal menyedihkan dari dia adalah meski dia terlihat normal dan kasual, dia juga merasa sangat kesepian dan terisolasi." Kristen Stewart dipuji atas penampilannya yang luar biasa, termasuk logat yang dipakai anggota kerajaan. Walau film ini menyampaikan kesedihan, dia menikmati pengalaman mendalami karakter Diana, tingkah laku dan sikapnya, walau semua itu langsung dia tinggalkan begitu keluar dari lokasi syuting. Dalam film, Diana sering terlambat makan malam, sering meninggalkan meja makan secara mendadak karena ingin muntah akibat gangguan pola makan, juga frustrasi karena pelayan dan staf selalu mengatur perilaku yang harus ia lakukan. Anggota kerajaan disebut sebagai "mereka" dan Diana hanya bicara sekilas dengan Ratu atau Pangeran Charles, dia lebih memilih curhat dengan juru rias atau koki. Dalam satu adegan, dia berkata merasa seperti serangga yang dibedah di bawah mikroskop, mengacu kepada paparazi di luar dan pengawas di dalam istana. Sebagai aktris Hollywood, Kristen Stewart bisa sedikit memahami perasaan diburu dan tidak bisa mengontrol situasi yang Diana alami. "Sering sekali saya merasa, 'oh, bisa enggak kita ulang wawancaranya? Saya tadi memikirkan hal lain, saya salah bicara'. Bayangkan bagaimana rasanya untuk Diana. Bayangkan merasa terpojok. Pada suatu titik kau akan merasa murka." Sutradara Larrain yang sebelumnya membuat biopik "Jackie" tentang Jackie Kennedy mengatakan dia ingin menceritakan kisah Diana karena kehidupannya adalah kebalikan dari kisah dongeng. "Ini adalah kisah putri yang memutuskan pergi dari gagasan menjadi ratu karena dia ingin jadi diri sendiri." Riset mendalam dilakukan untuk film ini, tapi yang disajikan dalam "Spencer" adalah karya fiksi, membayangkan apa yang mungkin terjadi kepada Diana di hari-hari ketika dia memutuskan untuk bercerai. "Kami tidak bertujuan membuat dokudrama, kami ingin membuat sesuatu dengan elemen fakta, lalu menggunakan imajinasi." (mth)

LSM Lodaya Bangkitkan Seniman Melalui Lomba Tari Jaipong Bedog Lubuk

Karawang, Jabar, FNN - LSM Lodaya membangkitkan gairah para seniman dan budayawan di masa pandemi dengan menggelar Pasanggiri Tari Jaipong Bedog Lubuk tingkat Provinsi Jawa Barat. "Kegiatannya akan digelar secara virtual, karena masih dalam suasana pandemi," kata Ketua LSM Lodaya Nace Permana di Karawang, Senin. Ia mengatakan, masa pendaftaran lomba tari Jaipong Bedog Lubuk itu sudah dibuka, masa pendaftarannya berlangsung pada 5-31 Agustus 2021. "Sampai saat ini sudah ada 70 peserta, mereka berasal dari sanggar-sanggar seni di wilayah Jawa Barat," katanya. Menurut dia, besok atau lusa peserta Pasanggiri Tari Jaipong Bedog Lubuk tingkat Jabar di Karawang akan terus bertambah. Sebab animo pelaku seni cukup tinggi. "Banyak dari mereka yang meminta agar tidak dibatasi. Padahal dari kami, satu sanggar hanya boleh mengutus maksimal dua grup," katanya. Sementara itu, Bedog atau golok merupakan senjata pusaka Karawang dan tersemat dalam Logo Pemkab Karawang, kini diaktualisasikan dalam bentuk tarian. Tarian Bedog Lubuk dibawakan enam penari perempuan dengan kombinasi kostum berwarna hijau dan emas dominan. Gerak tariannya menggunakan golok, menyajikan gerakan yang penuh semangat. "Jadi melalui pasanggiri ini kita ingin memberi edukasi ke masyarakat tentang sejarah Karawang melalui seni tari," katanya. (mth)

Glorifikasi Objektifikasi Perempuan dalam Film "Selesai"

Jakarta, FNN - Film "Selesai" (2021) garapan sutradara sekaligus musisi Tompi menuai kritik. Film berdurasi 83 menit itu dianggap merendahkan perempuan dan menormalkan perselingkuhan. Anggapan itu tidak salah. Di tengah kesadaran masyarakat global tentang kesetaraan, film yang bercerita tentang perselingkuhan di dalam rumah tangga Broto Hadisutedjo (Gading Marten) dan Ayudina Samara (Ariel Tatum) ini malah terang-terangan mengobjektifikasi perempuan dan mengeksploitasinya secara seksual. Objektifikasi perempuan terlihat jelas dalam banyak adegan. Bukan hanya terjadi di seputar pemeran utama tetapi juga di peran pendukung. Salah satu adegan yang mengindikasi hal ini adalah ketika Bambang (Imam Darto), pacar Yani (Tika Panggabean) yang merupakan pembantu Ayudina, menjadikan majikan pacarnya sebagai objek fantasi seksual. Ayudina yang saat itu tengah menelepon di halaman belakang rumah, diintip oleh Bambang yang menyelundup ke kamar Yani. Ia pun lantas bermasturbasi sambil melihat Ayudina yang sedang menelepon. Entah apa yang mengharuskan adegan ini ada, alih-alih menjadikannya sisipan komedi dalam film, yang ada justru pelecehan terhadap perempuan. Candaan-candaan bernada seksual dalam film ini terbilang cukup banyak yang sayangnya tidak menambah nilai apa-apa untuk film tersebut, tidak humor tidak juga sensual. Candaan tersebut justru membuat film ini seperti komedi tengah malam yang pernah ditayangkan di salah satu tv swasta. Sementara perilaku misoginis ditunjukan saat Broto terus-menerus menyalahkan istrinya atas apa yang terjadi dalam hubungan mereka. Broto tidak merasa bersalah atas perselingkuhan yang ia lakukan dengan Anya (Anya Geraldine). Ia malah berlagak detektif dengan menuding istrinya melakukan hal yang sama. Ia bahkan menggunakan jasa peretas untuk mengetahui aktivitas ponsel Ayudina. Saat indikasi menguat, Broto justru lebih murka dari kemarahan Ayudina sebelumnya. Kejahatan yang diterima oleh Ayudina tidak hanya dari suaminya, mertuanya yang menjadi alasan Ayudina bertahan dalam hubungan toksik tersebut tanpa disadari juga ikut menghakiminya. Saat Ayudina dicurigai melakukan perselingkuhan, sang mertua (Marini Soerdjosoemarno) malah menyidang keduanya, dia meminta Dimas (Farish Nahdi), adik Broto yang dituduh menjadi selingkuhan Ayudina tanpa menghadirkan Anya yang menjadi selingkuhan Broto. Ibu mertua juga secara paksa memeriksa ponsel Ayudina sementara ponsel Broto, tak diusik sama sekali. Rengekan Ayudina yang meminta keadilan sang mertua sebagai "hakim" pun tak digubris. Penghakiman juga ditunjukkan secara simbolik dari komposisi dan blocking dalam adegan Ayudina menangis dan duduk di tangga, dia meratap dan berkata : "pada akhirnya aku akan selalu sendiri". Dia menjadi satu-satunya karakter yang posisinya di bawah, sementara semua orang, baik Broto, Dimas, Anya, Yani, dan ibu mertuanya hanya berdiri, melihat dia menangis tanpa ada satupun yang prihatin dengannya. Tak sampai disitu, karakter Anya muncul dalam perspektif visual untuk memuaskan pandangan lelaki. Anya direpresentasikan sebagai perempuan manja yang tidak pintar. Karakter Anya dikenalkan lewat adegan hubungan intimnya dengan Broto di dalam mobil. Minim porsi, Anya kemudian hanya muncul sesekali dengan adegan yang lagi-lagi tidak lucu untuk sebuah sisipan komedi. Anya misalnya melakukan sambungan video-call dengan Broto yang menari tanpa busana. Di lain adegan, Anya menelepon Broto di kamar mandi sambil bilang kalau "dia tak pernah pakai celana dalam". Ada juga adegan Anya yang hanya pakai handuk bersama Broto. Rangkaian adegan ini dapat memperkuat stigma bahwa perempuan yang menjadi selingkuhan adalah perempuan yang hanya dapat menonjolkan kecantikan dan tubuhnya saja. Sayang sekali film ini menjadi cacat karena hal-hal tersebut, padahal di awal cerita pengalaman dan pikiran Ayudina sebagai perempuan yang mengalami pernikahan yang tidak sehat sudah ditonjolkan. Dia mengibaratkan hubungan pernikahan seperti roti lapis yang membutuhkan selai untuk merekatkan keduanya, namun salah satu rotinya sudah busuk. Film yang ditulis oleh Imam Darto itu memiliki satu latar tempat dan hanya mempunyai satu fokus permasalahan ini sayangnya tidak memiliki kedalaman dialog. Dalam waktu 86 menit, penonton tidak dapat menemukan alasan mengapa Broto mempertahankan hubungannya dengan Ayudina dan mengapa dia berselingkuh dengan orang yang sama hingga berkali-kali. Apa yang diceritakan dalam film bisa jadi merefleksikan realita kehidupan berumah tangga. Banyak pasangan yang mencoba bertahan dalam hubungan yang tidak sehat, dan sering kali perempuan menjadi korban dan mendapat stigma buruk saat memilih bercerai. Catatan Tahunan Komnas Perempuan melaporkan kasus kekerasan terhadap perempuan paling menonjol selama 2020 adalah kekerasan di ranah personal atau KDRT yaitu sebanyak 6.480 kasus. Kekerasan terhadap istri menempati peringkat pertama sebanyak 3.221 kasus. Bentuk kekerasan paling menonjol adalah kekerasan fisik, kekerasan seksual, psikis dan ekonomi. Lalu apakah untuk menunjukkan film berpihak pada perempuan lantas ceritanya harus memenangkan tokoh perempuan sementara tokoh pria harus terkena azab? Tidak juga. Sutradara boleh saja mempertahankan alur cerita ini asalkan membuang unsur-unsur yang mengobjektifikasi perempuan dan menambahkan rasa empati ke dalam film. Sebutlah film ini adalah karya yang menganut nilai seni untuk seni, namun nyatanya "Selesai" tidak seindah itu. Film ini hanyalah produk kitch layaknya karya-karya sutradara asal Amerika, Wes Anderson. Hal itu jelas terlihat dari pemilihan warna-warna cerah dan senada di dalam film ini. Film menggunakan pencahayaan hangat seperti yang ada di film-film Anderson. Sayangnya pencahayanya cenderung oranye, hal itu membuat penonton sulit mengetahui dimensi waktu dalam film itu, apakah pagi, siang, sore atau malam. Tak hanya perkara dimensi waktu, penonton juga kebingungan dengan lini waktu dalam film ini, apakah semua kejadian ini terjadi dalam waktu satu hari, dua hari, atau jangan-jangan seminggu. Plot cerita maju-mundur di awal film dalam film ini juga mengingatkan dengan plot film "The Grand Budapest Hotel". Beberapa adegan juga dijaga kesimetrisannya, sayangnya di beberapa frame kesimetrisan yang harusnya presisi ini justru menghasilkan ketidaksempurnaan. Misalnya adegan saat Broto, Ayudina, dan Yani berkumpul di dapur. Demi mempertahankan komposisi yang simetris, sutradara memilih membiarkan tubuh pemeran terpotong kamera. Bukannya estetik, adegan itu malah mengganggu mata. Padahal bisa saja sutradara memilih lensa yang lebih lebar atau merapatkan jarak antar pemain. Untuk tata suara film ini menggunakan latar suara paradoks dengan musik ceria untuk adegan yang seharusnya tegang. Sebenarnya sah-sah saja untuk membuat backsound yang paradoks dengan adegan, namun dalam film ini peletakan suara itu seperti salah moment. Agar tak salah "treatment", Tompi bisa mencontoh film "Berbagi Suami" (2006) karya Nia Dinata untuk menerapkan latar suara yang paradoks. Dengan backsound seperti itu, Nia telah mengubah pengalaman penonton dalam melihat poligami, dari tragedi menjadi satir. Meski demikian film ini bukan tidak memiliki potensi untuk menjadi film bagus jika durasi film ini dipadatkan menjadi film pendek dengan dialog yang dalam dan fokus pada permasalah perceraian antara Broto dan Ayudina saja. (mth)

Dewan Kesenian Jakarta Luncurkan Situs Kritik Sastra dan DKJ NET

Jakarta, FNN - Dewan Kesenian Jakarta meluncurkan situs kritik sastra tengara.id dan DKJ NET yang memproduksi konten seni, sekaligus akses publik tambahan untuk produksi pengetahuan dalam jejaring konten digital DKJ. Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Danton Sihombing mengatakan beradaptasi dan bermigrasi ke platform daring menjadi cara untuk memelihara kedekatan dengan masyarakat yang mendorong peluncuran tersebut. "Pilihannya tinggal terdistruksi atau mendistruksi (pandemi)," kata Danton dalam konferensi pers daring, Kamis. Dia mengatakan program kerja DKJ periode 2020-2023 adalah memperkuat ekosistem kesenian di Jakarta yang diterjemahkan melalui program advokasi, program kesenian berbasis platform, dan pemanfaatan media daring. DKJ NET dan situs kritik sastra tengara.id adalah wujud pemanfaatan media online sebagai wahana produksi pengetahuan, ruang percakapan dan sekaligus menjalankan fungsi reflektif dalam praktik-praktik kesenian. DKJ ingin mengisi kelangkaan pertumbuhan kritik sastra dalam kehidupan kesusastraan Indonesia lewat tengara.id. Sebab, kritik sastra bukan cuma jembatan penghubung karya sastra dan pengarang dengan pembaca, tapi jadi bukti keterampilan seni menulis, keterbukaan wawasan dan kehidupan intelektual. Kehadiran situs kritik sastra ini menantang kemunculan kritik sastra, pembicaraan karya sastra yang tekun dan bernas, juga pembicaraan yang hangat antara sastrawan tentang kesusastraan dan soal-soal lain di sekitarnya. Website tengara.id dibidani oleh Komite Sastra periode 2020-2023, Hasan Aspahani, Yusi Avianti Pareanom, Ben Sohib, Jaronah Abdullah, dan Avianti Armand. Situs tengara.id akan dipimpin oleh dua orang editor/redaktur utama dan seorang redaktur pelaksana yang akan bertanggungjawab terhadap pengelolaan situs ini. Untuk terbitan perdana, hingga satu tahun ke depan, Zen Hae dan Martin Suryawijaya telah bersedia menahkodai pelayaran pertama, dengan Dewi Kharisma Michellia sebagai pelaksana penuh. Setiap terbitan, berkala tiap 4 bulan sekali, akan mengangkat satu tema atau tajuk tertentu, yang terbuka bagi siapa pun untuk menanggapinya. Sementara itu, Wakil Ketua 1 DKJ Hikmat Darmawan mengatakan ide DKJ NET sebetulnya telah ada sejak beberapa tahun lalu, dimulai dari ide membuat kanal komunikasi dan memfasilitasi produksi informasi penuh ilmu yang ada di DKJ. DKJ lewat DKJ NET berupaya mengembangkan dan meluaskan “Suara Jernih dari Cikini” dalam khasanah ragam pemikiran dan perspektif seni budaya di Indonesia dan dunia. Ragam luaran pengetahuan dalam kemasan feature audio visual, acara bincang maupun kurasi kearsipan, baik berbentuk video dan podcast dengan perspektif khas DKJ akan tumbuh dan bernaung di DKJ NET. Kanal DKJ NET akan menawarkan produksi konten seni budaya yang mendalam, kritis, dan khas, tidak menutup kemungkinan juga untuk yang eksploratif dan eksperimental secara estetik. Konten yang dihasilkan sementara ini diambil dari bahan yang ada di DKJ, nantinya tidak menutup kemungkinan DKJ NET berkolaborasi dengan komunitas dalam membuat konten-konten selanjutnya yang lebih kaya sumber. Setelah Sayembara Novel, Sayembara Manuskrip Puisi, Sayembara Penulisan Cerita Anak, Sayembara Kritik Sastra, dan Jakarta International Literary Festival, Dewan Kesenian Jakarta berharap tengara.id dapat menjadi platform yang bisa memberi kontribusi bagi perkembangan sastra Indonesia. (mth)

Dalang Ki Manteb Soedarsono Meninggal Dunia

Karanganyar, FNN -- Dalang ternama Ki Manteb Soedarsono meninggal dunia pada usia 73 tahun di rumahnya di Dusun Sekiteran, Kelurahan Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada Jumat pukul 09.45 WIB menurut keluarga. Sekretaris Desa Doplang Ade Irawan, yang merupakan keponakan Ki Manteb, mengatakan bahwa Ki Manteb Soedarsono meninggal dunia pukul 09.45 WIB karena sakit. Menurut dia, Ki Manteb Soedharsono kondisi kesehatannya menurun sejak Senin (28/6), setelah melakukan siaran langsung pertunjukan wayang kulit. Kondisi kesehatan dalang wayang kulit termasyhur itu kemudian sempat membaik, namun menurun lagi pada Kamis (1/7). Keluarga hendak membawanya ke rumah sakit namun karena rumah sakit penuh Ki Manteb akhirnya hanya bisa menjalani perawatan di rumah hingga meninggal dunia. Ki Manteb Soedarsono meninggalkan enam anak dan satu anak angkat serta seorang istri. Jenazah Ki Manteb menurut rencana dimakamkan di permakaman keluarga di Dusun Keliteran RT 02 RW 08 di Desa Doplang dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19 pada Jumat. (sws)

Studio Steven Spielberg Disiapkan Garap Berbagai Film untuk Netflix

Jakarta, FNN - Netflix mengumumkan produser film Steven Spielberg akan terlibat dalam beberapa film orisinilnya bersamaan dengan kesepakatan dengan rumah produksi Amblin Partners memasok beberapa film dalam beberapa tahun ke depan. Sutradara di balik film layar lebar peraih Academy Award seperti "E.T. the Extra-Terrestrial," "Schindler's List" dan "Saving Private Ryan" itu juga tetap menyutradarai dan memproduksi film untuk Comcast Corp's Universal Pictures di bawah perjanjian terpisah. "Sangat jelas bahwa kami memiliki kesempatan luar biasa untuk menceritakan kisah baru bersama dan menjangkau pemirsa dengan cara baru," kata Steven Spielberg dalam pernyataannya seperti dilansir dari Reuters, Rabu. Pengajuan nama sutradara dan produser kawakan itu terjadi di tengah pesaing Netflix seperti Amazon dan Walt Disney sibuk mencari strategi menggaet pemirsa untuk menggunakan layanan menonton daringnya. Sebelumnya, Steven Spielberg sempat berselisih dengan Netflix dalam beberapa tahun terakhir karena dia berpendapat bahwa film yang dilihat terutama di televisi harus memenuhi syarat untuk Emmy dan bukan Oscar. Ia berbicara tentang keinginan untuk melestarikan pengalaman menonton film di bioskop. "Seluruh hidup saya telah dihabiskan untuk mencoba memberikan sesuatu kepada pemirsa di forum yang besar. Saya menyukai seluruh perasaan interaksi sosial di luar ... Mereka adalah jenis pemirsa yang saya suka ajak bicara," kata Steven Spielberg pada 2018. Netflix berencana merilis lebih dari 70 film tahun ini, mengirimkan beberapa filmnya ke bioskop untuk penayangan terbatas. Perusahaan ini mengoperasikan layanan streaming terbesar di dunia dengan hampir 209 juta pelanggan di seluruh dunia. Amblin Partners juga memproduksi beberapa film di luar film yang disutradarai oleh Steven Spielberg. Proyek Amblin terbaru diantaranya menyabet predikat pemenang film terbaik 2018 "Green Book" dan drama Perang Dunia Pertama 2019 "1917," keduanya didistribusikan oleh Universal. (mth)

"Saga", Karya Baru dari Gerald Situmorang

Jakarta, FNN - Dua tahun berselang dari rilisnya album “Meta” hasil kolaborasi bersama Sri Hanuraga, serta album “Pikiran dan Perjalanan” yang digarap bersama Barasuara, Gerald Situmorang akhirnya kembali memberikan karya EP bertajuk “Saga”. EP itu berisikan tiga lagu, lagu pertama diluncurkan pada Jumat (11/6). Perilisan EP “Saga” akan dilakukan selama tiga pekan, di mana setiap pekannya satu single diperkenalkan kepada publik. Lagu berikutnya akan dihadirkan pada 17 Juni dan 25 Juni. “Tapak Tilas” adalah nomor pertama dari EP “Saga” ini. Lagu pembuka ini adalah sebuah gambaran personal dari GeSit, panggilan akrab Gerald Situmorang, sepeninggal neneknya. Dikutip dari siaran resmi, Minggu, Gerald mengisahkan dirinya kehilangan sang nenek tahun ini. Kisah-kisah perjuangan kakek dan nenek yang berjuang sejak masa perang hingga bisa menghidupi keluarganya sering ia dengar saat kumpul keluarga. Kakeknya adalah Brigadir Jenderal TNI AD yang meninggal di usia 42 tahun pada 1960. Dia meninggalkan istri, nenek Gerald, yang kala itu masih berusia 27 tahun dan harus menghidupi lima anak seorang diri. "Bahkan ibu saya juga masih di kandungan pada saat itu, jadi tidak sempat berjumpa dengan ayahnya," ujar dia. Dalam proses produksinya, pembuatan lagu “Tapak Tilas” ini dibantu oleh Marco Steffiano, rekan satu band di Barasuara. Sri Hanuraga membantu untuk bagian piano/synth, Rishanda Singgih untuk bass, Yandi Andaputra di drum. Terdapat juga musisi tamu spesial dari India yaitu Faiman Khan yang memainkan alat musik santoor di single berikutnya. Audio engineer yang terlibat adalah Stevano selaku mix engineer dan mastering engineer legendaris Ted Jensen. Dari sisi artwork, Gerald berkolaborasi dari berbagai bidang di mana gambar dikerjakan oleh Rukmunal Hakim, foto oleh Jatidiri Ono serta tata gaya oleh Melodya Lukita. (mth)