Ajak Buka Masker di Musim Pandemi, Jokowi Dicap sebagai Produsen Kebohongan dan Kebingungan
Jakarta, FNN - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat kebijakan boleh tidak memakai masker di area terbuka mulai Rabu (18/5/2022). Namun masyarakat tetap diminta memakai masker di ruangan tertutup atau dalam transportasi massal. Alasan Jokowi membuat kebijakan itu didasari atas kondisi Covid-19 di Indonesia yang semakin terkendali.
Padahal, dalam pernyataan sebelumnya, 25 April 2022, Jokowi mengatakan tidak perlu tergesa-gesa membuka masker. Kebijakan buka masker, kata Jokowi, setidaknya dilakukan sekitar enam bulan lagi.
Pengamat politik Rocky Gerung mempertanyakan kebijakan Jokowi yang membingungkan masyarakat. Menurut Rocky, untuk memutuskan lepas masker di masa pandemi Covid-19 harus ada sinyal dari internasional atau Badan Kesehatan Dunia (WHO).
“Presiden itu produser kebingungan, sebelumnya dia produser kebohongan. Orang akhirnya melihat Presiden Jokowi itu dari bohong menjadi bingung, dari bingung menjadi bohong. Membohongi masyarakat dan membingungkan para analis,” katanya kepada wartawan senior FNN, Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Official, Kamis, 19 Mei 2022.
Kebingungan ini diperparah dengan pernyataan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito yang menyatakan akan menyesuaikan Keputusan Presiden.
“Kan mustinya presiden menyesuaikan dengan hasil riset dari Pak Wiku. Jadi terbalik-balik ini. Kita tidak tahu dasar pemikiran Pak Presiden apa untuk segera membuka, melonggarkan masker. Satu-satunya alasan yang bisa kita duga itu, karena ada big data lagi kan. Jadi big data mengatakan kalau dibuka sekarang ekonomi dalam enam bulan ke depan akan tumbuh. Kira-kira begitu logikanya. Padahal sebetulnya soal dunia, soal pandemi itu harus ada sinyal dari WHO, ada kesepakatan dari epidemiolog dalam negeri terus untuk bikin perbandingan kasus dan mortality atau kasus korban,” paparnya.
Masyarakat, kata Rocky tidak mendengar apa pun yang diterangkan oleh Jokowi. Yang masyarakat tahu adalah sebelumnya Jokowi bilang nanti enam bulan lagi.
“Jadi, kira-kira di istana itu ada semacam mesin yang setiap pagi dinyalain oleh staf khusus Pak Jokowi, lalu Pak Jokowi nguping mesin itu, lalu mesin itu bilang sekarang, sekarang, sekarang. Jadi kira-kira begitu. Kayak ada mistik, sehingga ilmu pengetahuan tidak dipedulikan oleh beliau,” tegasnya.
Pengabaian terhadap ilmu pengetahuan itu ditandai dengan kalkulasi-kalkulasi rasional oleh epidemiolog yang tidak dihitung secara cermat oleh Jokowi. Ia lebih percaya bisiskan ghaib.
“Hasil analisis pakar dunia tentang pandemi, diabaikan oleh Pak Jokowi karena dukunnya bilang, sekarang lepas masker. Jadi itu yang disebut ghose in the machine. Ada dukun di mesinnya. Mesin bigdatanya yang harus kita periksa, siapa sebetulnya. Itu intinya,” papar Rocky.
Rocky menegaskan, kebijakan semau gue dari presiden akhirnya membuat banyak hal berantakan di tangan Jokowi. Tapi para cebong pasti akan membela mati-matian Jokowi dan akan marah kalau kita bilang berantakan. “Berantakan bagaimana, wong semuanya sudah diatur.” Karena dia sendiri barusan mengatakan enam bulan lagi, terus diubah.
“Jadi ini petunjuk bahwa presiden hanya ingin membingungkan publik, karena ada bisikan dari kalangan yang nggak mengerti ilmu pengetahuan. Kalau ikut ilmu pengetahuan, kan mustinya tunggu Satgas kasih sinyal. Tunggu WHO bikin evaluasi, tunggu epidemiologis bikin semacam seminar untuk menyimpulkan,” papar Rocky.
Semua sudah telanjur, maka akhirnya para epidemiologis dan Satgas harus mengikuti apa yang sudah diputuskan Jokowi. Rocky menduga nanti mungkin mesinnya akan keluar suara-suara dan bilang ke Pak Jokowi “Anda salah membuat keputusan.“ Oleh karena itu, presiden akan ubah lagi.
“Jadi, itu permainan begitu bikin kita - ya sudahlah kalau presiden berbohong masih kita maafkan, tapi kalau presiden membingungkan publik dalam hal yang sangat serius, yaitu kasus Covid-19 dan angkanya masih naik, masih ada kasus yang bertambah, itu artinya kita nggak punya pegangan siapa sebetulnya yang bisa kita anggap sebagai pemberi arah pada kesehatan publik,” paparnya.
Menurut Rocky, sebetulnya keterangan presiden itu karena tidak didasarkan pada pengetahuan atau karena kapasitas dia kurang yang mengacaukan semua perencanaan. Perencanaan organisasi perencanaan ekonomis, kan semua berantakan lagi.
“Jadi, sekali lagi, selebrasi satu-satunya adalah kita ketawa karena presiden mengucapkan sesuatu yang lucu, bahwa tiga minggu yang lalu bilang nanti enam bulan, sekarang dia bilang hari ini, mulai tanggal 18 Mei 2022, lalu kesibukan terjadi di pusat-pusat epidemiologi, semua cari cara bagaimana menafsirkan keterangan presiden. Ya semua orang dibikin bingung dan dibikin lucu saja,” tegasnya.
Dengan kebingungan presiden, Rocky menduga di Fakultas Kedokteran UI orang pada saling kirim meme, “Ini orang pake otak apa nggak. Kira-kira begitu. Apalagi di kalangan netizen, pasti dibully kan,” katanya.
Oleh karena itu masyarakat harus bisa menggarisbawahi bahwa Presiden tidak punya kapasitas untuk mengukur apa yang disebut efektivitas kebijakan. Atau mungkin dia baru dapat telpon atau WA dari Elon Musk bahwa Elon Musk akan kirim bantuan untuk mempercepat penanganan covid.
Sejak awal sebetulnya, masyarakat ingin agar pandemi ini diolah oleh kaum profesional yang betul-betul punya kemampuan bikin prediksi hitung-hitungan.
“Buat apa ada BRIN dibayar, banyak pusat-pusat riset untuk mengaktifkan metodologi, tiba-tiba presiden dengan satu kalimat yang lucu dan ajaib itu mengubah semua perencanaan kebijakan. Jadi itu yang membuat kita tidak percaya bahwa kita punya pemimpin, kita nggak percaya bahwa ada yang memimpin. Yang adalah 2-3 menteri di situ, tapi ada 3-4 dukun juga, untuk menentukan tanggal ajaib kapan Covid dinyatakan selesai,” paparnya.
Rocky menegaskan dengan kejadian ini menunjukkan bahwa sinyal-sinyal ilmu pengetahuan tidak dimengerti oleh Jokowi, tetapi justru sinyal-sinyal metafisik yang dia pakai. Jokowi mengambil keputusan sebelum para epidemiologis kasih penanda itu, sebelum WHO kasih sinyal.
“Jadi kita bertanya, apa dasar keputusan Pak Jokowi untuk menyatakan masker boleh dibuka. Kalau nggak ada keterangan akademis, pasti ada keterangan metafisik. Kan begitu intinya,” katanya.
Karena itu, Rocky menduga ada dukun yang membisikkan Pak Jokowi bahwa ini waktu yang tepat, hari yang tepat, tanggal yang tepat, untuk buka masker supaya nanti ada wisdom baru Pak Jokowi dapat istirahat untuk bikin ekonomi tumbuh lagi itu.
“Jadi bermain-main di dalam ketidakjelasan rasionalitas kebijakan, itu yang membingungkan publik, sekaligus membingungkan para pelaku bisnis, baik tukang sayur sampai ojek online. Apalagi perusahaan besar yang berupaya untuk melakukan planning baru, karena mereka menganggap jangan-jangan dua hari lagi Pak Jokowi bilang, enggak yang saya maksud adalah tanggal 18 Juni atau 6 bulan setelah ini. Jadi, kepastian itu yang membuat kita berkesimpulan bahwa ini presiden memang nggak punya kapasitas untuk memimpin Republik Indonesia,” pungkasnya. (sof, sws)