Delirium dalam Politik

(Photo pemakaman Peru VIII M; Macho Uchicus Incanan, Gn Padang, Cianjur)

Oleh Ridwan Saidi Budayawan 

SEORANG rekan aktivis senior yang berpendidikan kedokteran nge-WA saya:

"Delirium adalah kondisi penurunan kesadaran yang bersifat akut dan fluktuatif. Pengidap mengalami kebingungan parah dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar. Kondisi mental initial dapat memburuk atau terjadi secara tiba-tiba.".

Lanjut dalam nge-hape rekanku tambahkan bahwa delirium sering diidap orang yang mau meninggal.

Delirium dalam bahasa Betawi: ngebekasin: meninggalkan bekas.

Delirium biasanya dibentuk oleh obsesi masa lalu pengidap. Certita orang yang pengidap delirium yang masa lalunya diwarnai main adu ayam, pada phase delirium sering menukul-mukul kedua pahanya lalu ia mengeluarkan suara: kukuruyuuuk seperti ayam.

Phase delatium dilintas 40 hari sebelum Hari H kematian, versi Betawi. 

Menurut prasasti Batu Tumbuh, Priuk, medio  XIII M, raja Khmer Purnawarman dalam phase delirium di hari H kematiannya matanya bergerak terus bagai melihat imej sirkuler. 

Orang yang tergila-gila dengan popularitas biasanya nembuat sensasi demi mengundang  heboh, orang-orang nenengatakan  orang macam ini megaloman. Mungkin bukan megaloman tapi megamendung. Maksud hati mengundang decak kagum yang datang hujan kritik dan kecaman. 

Delirium ongkos pelanggaran atas equilibrium sebagai kaidah penciptaan semesta alam. Jika pelaku orang biasa, dia akan kehilangan ruh dari badan, jika pelaku orang berkuasa, dia akan kehilangan ruh kekuasaan dari gengganan dan berikut  ruh dari badan karena tak tahan hidup dalam putus asa yang bersangatan seraya berjalan tanpa tujuan. 

Sedikitnnya generasi abad  V M mengajarkan kita mengambil posisi paralel dengan lintang equiblirium. Perhatikan nama-nama kerajaan PagaR Ruyung lurus memanjang. Palembang pelurus. Nama kali Sedane lurus. Nama kampung Cikini lurus . (RSaidi)

293

Related Post