Dendang Melayu Said Effendi

Oleh Ridwan Saidi Budayawan 

EFFENDI kelahiran eks Karesidenan Besuki  yang termasuk dalam zona ekonomi Tapal Kuda Jatim.

Hampir di seluruh zona ekonomi banyak orang Melayu, Asia minor dan bangsa-bangsa Jazirah Arab. Sendirinya ini mempengaruhi behaviour orang-orang lokal termasuk vocal presentation dalam bercakap, pula kata dalam bernyanyi. Hukum yang berlaku di zona-zona ekonomi adalah Hukum Laut Melayu.

Di zona ekonomi eksistensi kerajaan tak mutlak ada. Misal Tapal Kuda Jatim, Lampung. Semarang, Sunda Kalapa, Amurang, Bandaneira.

Yang mengendalikan masyarakat kuasa adat dan syahbandar.

Ada orang yang mengaku-aku perjanjian dengan Portugis 21 Agustus 1521 mitra lokalnya kerajaan di kampungnya. Padahal tidak bertanda tangan. Pihak lokal yang tanda tangan tertulis dalam naskah Xabandar Wa dan Patih Mundari yang keduanya disebut tandem (sekutu) yang mengendalikan Tiang Bendera (local power system) Jakarta 

Begiitu juga perjanjian tukar guling pulau Ron (Bandaneira) dengan Manhattan. Perjanjian dibuat oleh Inggris dengan local power system Bandaneira yang diwakili Raja Banda (kuasa adat) dan Syhbandar dengan VOC sebagai avalis.

Tidak mengherankan kalau suara Effendi baik cangkok mau pun  vibrasi full Melayu. Dengarkanlah Effensi dalam Patah Hati dan Tumbang Harapan. Berikut sebait lyric-nya:

Bercumbu kata usah diulang-ulang.

Sering didengar hati menjadi jemu

Pandai dikau merayu dengan lagumu

Namun irama tak tentu haluan

Popularitas Effendi di tahun 1950-an melintas tanah air sampai Malaysia.

Pada pemilu 1955 Effendi bernyanyi untuk Partai Masyumi melalui piringan hitam. 

Kehidupan Effendi sangat sederhana. Ia bepergian dengan becak. (RSaidi).

360

Related Post