Ekonomi Bangka Belitung 2021 Tumbuh 5,05 Persen

Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat ekonomi Babel selama 2021 tumbuh 5,05 persen, atau meningkat dibandingkan 2020 yang terkontraksi sebesar 2,30 persen, karena meningkatnya lapangan usaha industri pengolahan dan ekspor. (Aprionis)

Pangkalpinang, FNN - Badan Pusat Statistik Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mencatat ekonomi provinsi selama 2021 tumbuh 5,05 persen atau meningkat dibandingkan 2020 yang terkontraksi sebesar 2,30 persen, karena meningkatnya lapangan usaha industri pengolahan dan ekspor.

"Pada 2021, perekonomian Babel sudah kembali bangkit yang terlihat dari pertumbuhan pada seluruh lapangan usaha," kata Kepala BPS Provinsi Kepulauan Babel Dwi Retno Wilujeng Wahyu Utami di Pangkalpinang, Senin.

Ia menjelaskan perekonomian Provinsi Kepulauan Babel 2021 diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp85,94 triliun dan PDRB atas dasar harga konstan 2020 mencapai Rp55,36 triliun.

Sementara itu PDRB per Kapita Provinsi Kepulauan Babel tahun 2021 mencapai Rp58,34 juta. Ekonomi Babel triwulan IV-2021 bila dibandingkan triwulan IV-2020 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,32 persen.

"Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu jasa kesehatan dan kegiatan sosial 14,16 persen, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum 10,62 persen, serta lapangan usaha pengadaan listrik dan gas tumbuh 10,42 persen," ujarnya.

Ia mengatakan struktur PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada 2021 didominasi industri pengolahan 20,86 persen, pertanian, kehutanan dan perikanan 19,66 persen, perdagangan besar, eceran, reparasi mobil, sepeda motor 14,74 persen, konstruksi 9,67 persen, serta pertambangan dan penggalian 9,54 persen.

"Penyumbang terbesar bagi penciptaan PDRB daerah ini yakni lapangan usaha industri pengolahan mampu tumbuh di tengah pandemi COVID-19, karena kinerja industri logam dasar serta industri makanan dan minuman yang meningkat," katanya.

Menurut dia, masih tingginya harga timah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai peluang besar untuk melakukan penambangan timah, sehingga mendorong peningkatan produksi baik bijih maupun logam timah.

"Pada industri makanan dan minuman yang ditopang oleh industri minyak sawit mentah (CPO) mengalami kenaikan kapasitas produksi akibat dibukanya beberapa pabrik baru," katanya. (mth)

91

Related Post