Harga Pokok Naik, Pedagang di Jakarta Pasrah

Jakarta, FNN - Harga bahan dapur masih berada di harga yang tinggi. Mulai dari cabai, bawang merah, bawang putih yang harganya masih di atas normal.

Berdasarkan pemantauan Forum News Network di pasar  tradisional Palmerah dan Kebayoran Lama, Senin (29/08/22) harga bahan pokok masih tinggi.

"Cabe saya jual Rp60.000/kilogram (kg), bawang merah Rp40.000/kg, bawang putih Rp30.000, dan tomat seharga Rp 15.000," ungkap Adoi salah seorang pedagang yang telah berjualan sejak tahun 1980-an di pasar Palmerah, Kec. Palmerah, Jakarta Barat.

Menurut Adoi, harga-harga tersebut terbilang stabil bila dibandingkan dengan harga sebelumnya, yaitu berkisar Rp70.000 hingga Rp100.000.

Pendapat serupa juga diutarakan oleh Syahrul, salah seorang pedagang dari pasar tradisional Kebayoran Lama, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. "Harga yang paling tinggi itu cabai merah sama rawit merah. Kadang kalau lagi tinggi bisa sampai sepuluh kali lipat. Kadang hari ini bisa Rp20.000, besok Rp40.000, dan besoknya Rp60.000,"  ucap Syahrul.

"Harganya masih stabil Rp60.000 sejak semalam, kemarin masih Rp55.000, kemarinnya lagi Rp65.000 malahan. Soalnya di pasar harganya gak tentu, setiap hari gonta-ganti. Ngikutin dari pasar induknya," tambahnya yang semakin menguatkan pendapat Adoi.

Selain dari harga bahan dapur, harga komoditas telur juga meningkat. Harga telur saat ini mencapai Rp32.000 dari harga sebelumnya sekitar Rp22.000—Rp25.000.

"Yang naik itu telur, beras, dan sabun-sabun. Kalau telur lumayan tinggi naiknya, tahun lalu Rp30.000 udah paling tinggi banget. Sekarang harus jual Rp32.000/kg," ucap Isti salah seorang pedagang lain di pasar tradisional Kebayoran Lama.

Berdasarkan kesaksian Isti, kenaikan harga telur itu sudah berlangsung sejak dua bulan lalu. Tidak diketahui dengan jelas atas kenaikan harga bahan pangan tersebut. Namun, beberapa pedagang menduga terjadi karena perjalanan dari tangan ke tangan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang turut menaikkan tarif transportasi, hingga terjadinya gagal panen.

"Mungkin dari tangan pertama, kedua, entah sampai tangan ke berapa ini, kan tiap orang ambil untung, Mas. Misalkan dari petani ambil untung, di pasar induknya juga ambil untung. Terus ke sini kan jualan juga ambil untung," tukas Syahrul.

"Biasanya yang ditemui dari petaninya, seperti gagal panen. Misalnya harga rawit sampai Rp130.000 gara-gara gagal panen waktu awal tahun baru," tambahnya.

Selain daripada itu Syahrul juga mengatakan kemungkinan yang menyebabkan kenaikan harga bahan pokok adalah pengaruh dari harga BBM. Menurutnya bila harga BBM naik, maka harga angkut juga akan naik yang mempengaruhi harga penjualan bahan pokok.

Meskipun harga cabai dan lain-lain meningkat, para konsumen tetap membelinya, hanya saja mengurangi jumlah pembelian.

"Masih sama aja sih, Mas. Kan cabe bahan pokok juga, mah masak pakai cabe. Laku aja, tapi sedikit, biasanya belanja setengah kilo, jadi seperempat.

Kenaikan harga bahan pokok yang meningkat turut memberikan dampak bagi para pedagang. Mulai dari berkurangnya jumlah penjualan hingga kerugian yang diakibatkan bahan pokok yang membusuk karena tidak laku terjual. 

"Kadang cabe kering sampai empat hari ga laku. Kadang juga kebusukan, kan dagang sayuran kaya gini juga ga habis satu, dua hari, ya dibuang karena busuk,"  ucap Syahrul, dilema.

Dan para pedagang berharap agar harga bahan pokok bisa dikendalikan dengan baik, seperti salah satunya yang diucapkan oleh Isti, "Ya kalau bisa seperti semula aja, ga usah terlalu tinggi harganya." 

Selain itu juga agar barang dagangannya dapat laku terjual baik dalam kondisi mahal atau pun murah. "Harapannya mau harga sayur mahal atau murah, tetap lancar aja jualnya. Kalau dilihat udah sebulan ini sepi. Kemarin harga mahal malah bagus (penjualannya), sekarang harga murah malah sepi, makanya kita kalo beli ga banyak-banyak," ucap Adoi, penuh harap. ( rac)

331

Related Post