ILO: Manusia Harus Menjadi Pusat Dalam Pemulihan Pascapandemi

Kepala Unit ILO bidang Perusahaan Multinasional dan Pelibatan Perusahaan Githa Roelans (kiri) menyampaikan keterangan pers di sela-sela Pertemuan Regional ke-17 ILO Asia Pasifik di Singapura, Kamis (8/12/2022). (Sumber: ANTARA)

Jakarta, FNN - Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mendesak negara-negara anggotanya untuk menempatkan manusia sebagai pusat dalam upaya pemulihan pascapandemi COVID-19.

Menurut kepala unit ILO yang membidangi perusahaan multinasional dan pelibatan perusahaan Githa Roelans, COVID dapat dilihat sebagai pendorong untuk refleksi terhadap model ekonomi lama, yang meskipun menghasilkan banyak kekayaan tetapi pada saat bersamaan justru menyebabkan ketidaksetaraan.

“Tidak semua orang mendapat manfaat yang sama dari globalisasi, jadi COVID bisa merangsang perubahan ke arah yang lebih baik melalui pemulihan dengan menempatkan manusia dan planet ini sebagai pusatnya,” kata Githa dalam konferensi pers di sela-sela Pertemuan Regional ke-17 ILO Asia Pasifik di Singapura, Kamis.

Selain itu, kata dia, COVID menjadi alarm bagi dunia untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030, mengingat banyak negara tidak berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan target yang sangat ambisius tersebut.

Githa menegaskan bahwa dunia tidak boleh kembali ke situasi sebelum COVID, tetapi harus mengupayakan pembangunan yang lebih baik.

Sejalan dengan semangat ILO untuk pemulihan yang inklusif dan berpusat pada manusia, organisasi itu mempromosikan penerapan Deklarasi Prinsip Tripartit tentang Perusahaan Multinasional dan Kebijakan Sosial (MNE Declaration).

Deklarasi itu merupakan satu-satunya instrumen ILO yang memberikan panduan langsung kepada perusahaan multinasional dan nasional, pemerintah, serta organisasi pengusaha dan pekerja tentang dimensi ketenagakerjaan dari perilaku bisnis yang bertanggung jawab.

Berdasarkan prinsip dalam Deklarasi MNE, Githa mendorong negara-negara untuk memanfaatkan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) sebagai pendongkrak pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif melalui penciptaan lapangan kerja di dalam negeri dan peluang pengembangan keterampilan lokal, sehingga FDI dapat membawa keuntungan bersama.

“Jadi perusahaan multinasional tidak hanya masuk ke negara itu dengan membawa tenaga kerja sendiri dan hanya memproduksi, mengekspor, menyisakan sedikit sekali keuntungan bagi negara tuan rumah,” ujar dia.

“FDI harus bisa menciptakan kesempatan kerja di negara tuan rumah, guna mendukung pemulihan yang berpusat pada manusia,” kata Githa, melanjutkan.(ida/ANTARA)

354

Related Post