Kekayaan Nusantara dalam Puisi Terkemuka

Danny Susanto, Maman S. Mahayana, dan Rintis Mulyaning Ati.

Jakarta, FNN - Puisi sebagai potret sosial zamannya, begitulah yang dikatakan oleh Maman S. Mahayana dalam acara bertajuk "Wisata Literasi: Edukasi dan Rekreasi. Bincang dan Baca Puisi Mahakarya Dunia, Puisi Lusiadi", di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (10/12/2022).

Acara tersebut memaparkan sebuah buku puisi terjemahan "Puisi Lusiadi" karya Luis de Camoes. Buku karya Camoes pertama kali diterbitkan pada  tahun 1572 dan bertepatan 450 tahun usianya.

Danny Susanto, penerjemah buku mengatakan bahwa karya Camoes memiliki daya tarik dari Ternate berupa keindahan Ternate, kekayaan rempah-rempah dan alam, serta pengalaman mengelilingi dunia.

Buku yang diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia tersebut berhasil menarik perhatian para penyair besar yang turut hadir dalam menerjemahkan dan menikmatinya.

Selain dari keindahan dan kekayaan alam, puisi Lusiadi juga memberikan perspektif baru dalam memandang sejarah. Hal itu dikarenakan puisi Lusiadi menggambarkan potret sosial pada zamannya.

"Puisi (Luis) pertama kali ditulis di Ternate, dan puisi Luis yang pertama memuji Indonesia, dan mencatat pelayaran Eropa ke Indonesia," ucap Maman S. Mahayana, Sastrawan.

"Jadi sejak dulu, Indonesia itu surga bagi orang asing," tukas Maman.

Maman berpendapat bahwa puisi Lusiadi adalah mahakarya yang dengan puisi mampu melegitimasi Portugis sebagai bangsa yang diberkati, pahlawan, penguasa laut, pemberani, dan penuh semangat. Karena itu, Maman sangat yakin bahwa Puisi Lusiadi akan menjadi buku puisi terbesar selama sepuluh tahun ke depan.

"Saya Haqul yakin kalau lima tahun ke belakang, lima tahun ke depan, atau bahkan sepuluh tahun ke depan, buku puisi terbesar adalah buku ini (Puisi Lusiadi)," ujar Maman. (Rac).

388

Related Post