Kita Tidak Ingin Kekacauan Itu Terjadi dan Merugikan Petani Sawit

Hersubeno Arief dan Rocky Gerung.

Jakarta, FNN – Presiden Joko Widodo akhirnya mengakui, dia menunjukkan kegugupannya. Ini sebetulnya terlihat dari wajahnya itu. “Dia gugup karena Jokowi punya pikiran lain,” ungkap Rocky Gerung.

Menurut pengamat politik dan akademisi itu, “Presiden Jokowi menyebutkan ini antara Jokowi dan Presiden Jokowi yang kita nggak jelas. Bagaimana ini TikTok diantara dua figur dengan fisik yang sama,” lanjut Rocky dalam kanal Rocky Gerung Official, Kamis (28-4-2022).

“Jadi kemampuan kita untuk membaca keadaan itu sekedar menunjukkan bahwa wajah Presiden itu menunjukkan dia ada di dalam kecemasan ketika mengambil keputusan itu,” ujar Rocky pada wartawan senior FNN Hersubeno Arief.

Jokowi sebetulnya mengerti juga efeknya dan bahkan dia terangkan efek pada petani, ada tekanan beberapa produsen petani, lalu minta supaya industri itu tahu diri, penuhi dulu dalam negeri.

“Padahal sebetulnya dalam hitungan-hitungan ekonomi akan dengan mudah dipenuhi oleh eksportir asal ada keketatan dalam peraturan,” lanjut Rocky Gerung.

Tetapi, yang terjadi presiden akhirnya mengintervensi pasar. Tentunya itu hal yang paling buruk kalau kekuasaan gak punya cara lagi lalu mengintervensi pasar.

Kan banyak cara yang bisa dilakukan untuk itu. Ada tips yang bisa kita kasih tahu, tapi nggak perlulah kan sudah terjadi kekacauan,” ungkap Rocky.

Menurutnya Rocky Gerung, kita lebih enak ada kekacauan dari segi upaya untuk mempercepat perubahan.

“Jadi, bukan karena kita ingin kekacauan itu berlangsung dan merugikan petani. Tapi memang kekacauan ini semacam sinyal ilmu sosiologi bahwa akan sampai di situ. Kan keterjepitan presiden yang mesti pastikan bahwa dia masih berkuasa apa enggak tuh,” tegas Rocky.

Kekuasaan yang dipamerkan kemarin adalah kekuasaan yang agak palsu karena hitung-hitungannya tidak masuk akal walaupun masyarakat sipil tentu menganggap wah. “Buat sementara presiden berhasil untuk menekan oligarki,” ungkap Rocky lagi.

Tapi bukan itu masalahnya. “Masalahnya adalah menekan oligarki dengan membebani produsen petani itu juga ngaco,” lanjutnya.

Jadi, ada trade-off selalu antara kecerdasan dan kecerdikan. Kali ini, menurut Rocky Gerung, presiden tidak cerdik. “Seolah-olah cerdas, tapi tidak cerdik karena impact-nya akan panjang,” tegasnya.

“Iya, itu black market masih hidup. Ini bahayanya kalau black market yang hidup, sementara petani yang justru meminta Presiden Jokowi tiga periode tapi dicederai oleh Pak Jokowi,” tegas Rocky Gerung.

“Kan petani yang diklaim oleh Pak Airlangga (Menko Perekonomian Airlangga Hartarto) yang minta Presiden itu diperpanjangkan karena ada prestasi,” ujar Rocky Gerung lagi.

“Sekarang justru berbalik. Presiden menganggap ah kalian gak ada gunanya, maka pendapatan kalian kami turunkan,” begitu pendapat Rocky.

Jadi, lanjut Rocky, sebetulnya pendapatan petani jadi drop, tetapi Presiden selalu menghitung siapa yang harus dia menangkan, opini publik kota atau petani sawit. Dan dia memilih untuk menyogok masyarakat sipil kota atau konsumen kelas menengah. Kira-kira begitu.

Tapi tentu itu efek berantainya juga akan berlangsung. Mustinya ada langkah yang disembunyikan oleh presiden. Kalau presiden menyembunyikan langkah itu, mustinya dia gembira.

“Ya ini saya cuma ngetes aja ya, saya permainkan sedikit isu ini tapi kemudian wajah presiden menunjukkan bahwa dia sudah tidak punya langkah apa-apa. Jadi antara melempar handuk dan membakar handuk tidak jelas,” kata Rocky Gerung.

Jadi, “Kelihatannya presiden membakar handuk, bukan melempar handuk.”

Rocky Gerung melihat di belakang ekonomi-politik CPO ini ada upaya untuk rekonsolidasi kekuasaan, dan presiden pasti menginginkan hal itu. Dia tahu bahwa potensi dia untuk dihalangi maju tiga periode sudah jelas dari PDIP dan dia menganggap bahwa PDIP bukan lagi partai yang mengasuh dia atau yang akan melindungi dia. Dia butuh partai lain.

Kebetulan secara gampang kita lihat Airlangga Golkar tahu kenapa mbalelo terhadap presiden. Dia menganggap bahwa Airlangga mbalelo. Presiden sudah bilang dua hari lalu bahwa ditutup sepenuhnya, Airlangga bilang bahwa masih bisa tuh 50% separuhnya.

Kawasan Berikat masih bisa. Kemudian presiden tutup dengan cara yang agak dramatis, gak semuanya dia larang. Ini sebetulnya Airlangga musti disalahkan dong kan masih bandel-bandel sama presiden.

“Nah, kita melihat sebetulnya sisi itu, dan sangat mungkin Golkar juga akan diacak-acak karena Airlangga gak berhasil mengikuti jalan pikiran presiden,” ungkap Rocky Gerung.

“Ini periode berikut kita lihat efek dari CPO ini terhadap jaket kuning yang memang nggak akan keliatan karena sama-sama jaketnya warna kuning,” lanjutnya.

“Iya Pak Luhut kan jauh di atas Airlangga kekuasaannya. Kan Pak AIrlangga cuman Menko, sedangkan Pak Luhut Perdana Menteri. Kan nggak bisa. Pak Jokowi itu berat, terlalu berat. Mungkin dicicil nanti-nanti, sinyalnya nanti setelah itu Pak Luhut. Tapi masih nego nego dengan PDIP,” ujar Rocky.

Namun, lanjutnya, buat publik jelas bahwa Airlangga akan dikorbankan. Kelihatannya begitu. “Kan nggak mungkin presiden wajahnya sedih dan murung sekaligus jengkel, tapi tiba-tiba Airlangga senyum-senyum aja. Pasti Airlangga juga udah merasa bahwa gue besok di-reshufle nih,” lanjutnya.

Menurut Rocky Gerung, ini bagus juga sebetulnya buat Airlangga supaya dia punya kebebasan, lebih lega untuk mencalonkan diri. “Manfaatkanlah Golkar dalam singkat Pak Airlangga supaya jangan sampai sebelum Anda diturunkan sebagai ketua Golkar, maka anda gagal untuk memperlihatkan elektabilitas. Ini analisis acak-acakan,” ujar Rocky.

Kalau ada kepala negara dan kepala pemerintahan yang incas. “Dan memang faktanya Pak Luhut yang incas sebagai kepala pemerintahan. Kan fasilitas dan institusi yang dia pegang ada 12 atau 20. Tepatnya 10. Dan, mungkin hari ini tambah menjadi 12. Karena bisa jadi nanti Menkonya digabung ke Pak Luhut menjadi Menko Investasi dan Menko Perekonomian digabung ke Pak Luhut,” lanjutnya. 

Kata Rocky Rerung, “Kan nanti Pak Airlangga pasti akan dinyatakan sebagai untuk sementara diistirahatkan.” 

Kita bisa bayangkan rapat yang berantakan sebetulnya karena di situ akan ada yang saling curiga, “Siapa yang bisa dijewer oleh Pak Jokowi. Tapi yang jelas Airlangga itu dari awal gagal membaca pikiran Pak Joko Widodo,” ujar Rocky Gerung.

Itu artinya mungkin juga dia tahu tetapi dia mau melawan saja karena di belakang Airlangga pasti ada hal yang disebut kartel minyak goreng yang memang berupaya untuk menerangkan atau meminta Airlangga untuk terangkan pada Jokowi.

“Tapi bukan itu maasalahnya. Masalahnya, cuma soal kewajiban untuk menyediakan stok dalam negeri,” lanjutnya.

Bagi mereka jauh berlebih. “Tapi, tetap saja ada Pak Luhut di situ, mungkin Pak Luhut bisikkan hal yang lain pada Pak Jokowi. Pak Luhut kan jago untuk ngatur-ngatur headlines,” ujar Rocky.

Jadi, “Untuk sementara Pak Jokowi tetap dengar bisikan dari Pak Perdana Menterinya, sori, Menkonya yang satu, sementara Menko yang lain dianggap harus ada yang dikorbankan.”

Rocky menyebut, ini keadaan yang dalam teori komunikasi politik musti ada headline. Jadi kalau cuma minyak goreng Jokowi sudah ngomong itu headline kecil. Tapi musti orang nunggu siapa yang akan dihukum.

“Solusi Pak Jokowi kan bukan menyelesaikan masalah ekonomi tapi orang tunggu di belakang statement Pak Jokowi yang melarang itu pasti ada orang yang akan disalahkan. Kenapa membantah presiden. Jadi nanti kita lihat asal-usulnya nanti apa sebetulnya di belakang,” katanya. 

“Dan itu yang lagi jadi pertanyaan dalam dua hari ini. Dan saya kira sebelum lebaran ada keputusan terhadap Pak Menko Airlangga. Ini sudah kacau-kacau ngapalin nama-namanya karena walaupun nama mereka berbeda tapi suara mereka sama aja sebelumnya,” tegas Rocky Gerung. (mth)

352

Related Post