KONFERENSI LIGA ARAB, "A"-historis Israel-Trump, Fatal!
Oleh Sabpri Piliang | Wartawan Senior
KONSTRUKSI permanen Israel. Tidak boleh ada negara Palestina! Palestina adalah "A-historis" bagi Israel. Israel tak mengakui sumber primer sejarah.
Konstruksi permanen Arab Saudi dan 22 negara anggota Liga Arab. Negara Palestina mesti didirikan, sekalipun harus berbagi dengan Israel. Yang sesungguhnya ada, karena "kemurahan" hati bangsa Palestina.
Israel adalah "A-historis", tidak berada di sumber primer sejarah (bisa dibuktikan). Karena Israel adalah "diaspora" yang terbentuk "by design" Inggris, lewat Deklarasi Belfour.
Telah lama negara-negara Liga Arab menurunkan "daya tawar", dari tidak mengakui negara Israel. Menjelma, menjadi mengakui untuk memberi "breakthrough". Mencari jalan tengah dan terobosan, agar kebuntuan akut berakhir.
Inggris yang paling "concern", mencarikan tanah, untuk negara bagi bangsa Yahudi. Sempat mempertimbangkan beberapa pilihan di masa lalu.
Madagaskar, Uganda, Alaska ke sudut (sisi Rusia), Ethiopia, adalah "tanah" yang sempat di "declared" untuk pendirian negara Israel.
Pelajaran berharga yang men-deviasi-kan, atau menyimpangkan sejarah di kemudian hari. Hingga hari ini. Saat orang-orang Palestina mulai menjual tanahnya pada bangsa Yahudi (1880-an).
Di masa kemandatan Inggris penjualan tanah oleh bangsa Palestina kepada etnis Yahudi, kian masif. Tahun 1944, sekitar 6 persen tanah Palestina telah dimiliki oleh kaum Yahudi.
Tidak berpikir jernih (bangsa Palestina). Deklarasi Belfour (1917) pernah menyatakan, dukungan pendirian "rumah nasional" bagi orang-orang Yahudi di Palestina.
Berbaik hati "menolong" diaspora Yahudi, setahun sebelum pendirian negara Israel (1948), tahun 1947 jumlah populasi Yahudi di Palestina telah mencapai 33 persen.
Jauh sebelum itu, pula Theodor Herzl (1897) sebagai pemimpin Kongres Zionis, telah bercita mematok negara Yahudi di Palestina. Kelengahan dan kebaikan hati bangsa Palestina, berbuah petaka. Kebaikan menolong, menjadi bumerang.
Nakhba adalah puncak dari "exile", dan hilangnya "tanah air" bangsa Palestina. Peristiwa 15 Mei 1948, 700.000 anak-bangsa Palestina yang sekarang disebut Israel, terusir.
Pergi menjauh dari rumah mereka (diusir), menjadi diaspora tanpa warganegara. Hari derita itu, mereka sebut sebagai Nakhba. Artinya, "hari hilangnya tanah air Palestina".
"Wait and see" Liga Arab selama 15 bulan perang brutal dan "asimetris" Israel-Hamas, sudah tak tertahan lagi.
Pernyataan Presiden AS Donald Trump, menyuruh pergi jutaan penduduk Gaza berdalih Gaza hancur dan tak layak huni. Juga statemen negara Palestina di tanah Arab Saudi yang luas. Memantik Liga Arab.
Setelah konferensi ke-96 (Juli 2024), Liga Arab akan bertemu di Kairo (27 Pebruari 2025). Pernyataan Trump yang "A-historis", juga Netanyahu, akan melahirkan komunike bersama menyangkut masa depan Palestina.
Israel yang hampir membuat kesepakatan damai dengan Arab Saudi. Setelah berhasil merangkul tiga anggota Liga Arab: Sudan, Maroko, dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam "Abraham Peace" (2020), kini harus "gigit jari".
Keberhasilan Trump mengikat ketiganya sebelum ini, gagal di sesi pamungkas mengikat Arab Saudi (Joe Biden). Hamas telah menggagalkan rencana Israel, atas prakarsa AS. Setelah serangan 7 Oktober 2023 (Banjir Al-Aqsa).
Bicara "untung-rugi" dari perang Hamas-Israel, semua rugi. Namun, Israel rugi lebih banyak.
Kehilangan kesempatan "mengikat" Arab Saudi, menyadarkan Liga Arab untuk solid, bahwa Israel tidak punya niat menyelesaikan konflik, image genosida. Juga kehilangan sekutu di Eropa: Norwegia, Irlandia, Spanyol.
Pertemuan Liga Arab 27 Pebruari di Kairo, akan memberi "pressure" kepada Trump, maupun Netanyahu. Keduanya dianggap fatal dan tidak berniat baik untuk melunakkan konflik.
Disinyalir, pertemuan 22 anggota Liga Arab akan melahirkan keputusan bersama. Seperti apa "Komunike-nya"?
Rasanya akan lebih keras terhadap Israel. Setelah sekian lama "tertidur" dan persuasif. (*).