Lima Ketua GEA Berkumpul pada 11 Maret 2023, Ada Apa?

Jakarta, FNN – Empat mantan ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi (HMTG) "GEA" Institut Teknologi Bandung (ITB) dan satu ketua GEA yang masih aktif berkumpul dalam acara "Sumbangan Pemikiran Sebelas Maret" yang digelar online, pada tanggal 11 Maret 2023 lalu.

Acara ini digagas oleh Idham Maulana, alumni Teknik Geologi ITB angkatan 2010 yang digadang-gadang sebagai calon ketua Ikatan Alumni Teknik Geologi (IAGL) ITB.

Kelima ketua GEA tersebut yakni Ananda Setyawan (angkatan 2020), Ahmad Fitra Alkautsar (angkatan 2019), M. Faiz Azka Siregar (angkatan 2018), Enggal Estuaji (angkatan 2017), dan M. Rizaldi Utomo (angkatan 2016).

Idham mengatakan acara diselenggarakan dalam jaringan karena domisili peserta yang berbeda-beda, bahkan ada yang beda negara.

"Rencana semula pertemuan akan dilaksanakan offline agar supaya bonding kami lebih kuat. Akan tetapi karena ada yang sedang on site di Jambi dan S2 di Jepang, kami putuskan rapat via Zoom saja dulu. Yang penting output acara tetap sesuai harapan.", jelas Idham.

Idham menambahkan, forum ini adalah salah satu upaya untuk menjaring aspirasi sebanyak-banyaknya dari anggota.

"Salah satu implementasi demokrasi yang kita perjuangkan seperempat abad silam adalah membuka diri terhadap semua pendapat dari anggota. Semoga forum ini juga dapat membangun koridor program-program kerja sehingga tepat sasaran dan berdaya manfaat tinggi bagi anggota.", tutur Idham.

Dimulai dari yang termuda, Ananda Setyawan menyampaikan Ikatan Alumni Teknik Geologi ITB merupakan ruang berkumpul bagi Alumni GL ITB yang telah bergiat pada jalan masing-masing pasca kuliah di almamater kebanggaannya.

Nanda mengingatkan alumni tersebut tak hanya di dunia profesional geologi di Indonesia, banyak Alumni GL ITB yang juga berkarir di luar negeri.

Dengan kondisi tersebut, dia berharap IAGL ITB dapat menjadi ruang pemersatu, dimana Alumni GL ITB yang telah tersebar luas dapat berkumpul kembali untuk bertemu rekan juangnya.

Menyampaikan pandangan salah satu mahasiswa Teknik Geologi ITB, pengetahuan akan dunia profesional geologi adalah "ilmu mahal" yang selalu kita damba guna mempersiapkan langkah untuk meniti karir.

Dia juga berharap bahwa IAGL ITB dapat senantiasa menjadi wadah penghubung dan penginformasian kepada mahasiswa Teknik Geologi ITB berkaitan dengan dunia kerja guna mempersiapkan geologis andal pembangun bangsa.

"Tak kalah penting, harapan terbesar dia adalah agar mahasiswa dan alumni senantiasa dapat terhubung secara harmonis melalui GEA, Prodi, maupun IAGL ITB.", pungkasnya.

Kemudian Fitra, ketua GEA 2019, mengutarakan harapannya bahwa IAGL ITB sebagai organisasi tempat bernaung alumni Teknik Gelogi ITB dapat menjadi motor kemajuan dunia geologi Indonesia, mengoptimalisasi kolaborasi, memajukan profesionalisme alumni, serta memperkuat solidaritas antar-alumni. 

Dia juga berharap bahwa hubungan IAGL ITB dengan para mahasiswa yang masih berada dalam bangku kuliah dalam naungan Prodi Teknik Geologi ITB dan HMTG “GEA” ITB semakin kuat dan memberikan efek yang nyata. 

"Dukungan baik moril dan materil, taktis dan strategis kepada alumni muda, Prodi, dan Himpunan merupakan salah satu aksi untuk memupuk kebersamaan dan kejayaan IAGL ITB dalam waktu yang akan datang.", tandasnya.

Giliran Azka, eks ketua GEA yang saat ini sedang melanjutkan kuliah di Jepang, berpendapat bahwa sebagai suatu keluarga yang lahir dari satu rahim yang sama tentunya IAGL berkewajiban menjadi kolam bagi setiap alumni teknik geologi yang berkiprah dari berbagai macam sektor-sektor di dunia pekerjaan.

"Alhasil IAGL harus mampu menerapkan golden circlenya untuk menarik demand dari setiap alumni teknik geologi dan memberikan supply kedalam demand tersebut.", sambungnya.

Dia beranggapan IAGL harus mampu terlebih dahulu memberikan expossure yang kuat dimulai dari pertanyaan “WHY?” Atau kenapa IAGL hadir ditengah-tengah kita? Tentunya demi menjawab permasalahan maupun demand yang ada.

Beberapa  masukan yang dapat dipetakan untuk menjawab “HOW?” dari beberapa demand ataupun alasan yang ada seperti:

1. Pemetaan desain permasalahan yang ada di setiap entitas alumni teknik geologi akan pentingnya kehadiran IAGL.

2. IAGL sebagai Medium untuk menjuntai kembali tali persaudaraan dengan berbagai program menarik didalamnya.

3. IAGL diharapkan dapat melahirkan role model untuk dijadikan suatu pembelajaran, pengalaman berharga, dan tolak ukur untuk bergerak lebih maju.

4. IAGL sebagai pemantik sense of belonging akan pentingnya pengabdian dan bahu membahu membangun atmosfer himpunan maupun IAGL itu sendiri agar tercipta semangat saling belajar dan kolam aktualisasi bersama.

"Besar harapan kami IAGL dapat menjadi ujung tombak dan alasan kembali bagi seluruh alumni yang berada di berbagai penjuru dunia. Sebagai bentuk rasa kasih sayang, perjuangan, dan pengalamam yang dapat dijadikan pembelajaran bagi generasi yang akan datang. Sehingga IAGL berhasil menjaga atmosfir ikatan alumni yang resilien hingga kapanpun.", tutupnya.

Mantan ketua GEA 2017, Enggal, menerangkan bahwa Alumni GL ITB secara mayoritas berkiprah di industri energi, teknik, dan ada juga yang shifting ke sektor industri lainnya.

Pada zaman yang serba Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous (VUCA) ini, di berharap IAGL ITB bisa menjadi tempat para alumni untuk :

1. Belajar mempersiapkan diri secara hardskill dan softskill untuk yang baru saja lulus.

2. Giving back dalam bentuk bimbingan atau berbagi kesempatan kepada sesama alumni (untuk alumni yang sudah settle dan ingin mengaktualisasikan dirinya).

Selain itu, dia juga berharap IAGL ITB dapat menjadi tempat singgah para alumni yang sudah melanglang buana ke seluruh dunia agar dapat kembali melepas rindu kepada sesama teman kuliah, dan menjadi sarana solidaritas yang saling membantu sesama alumni dalam aspek sosial lainnya.

"Semoga IAGL ITB bisa membentuk karakteristik alumni GL ITB yang pada akhirnya dapat mengharumkan nama Teknik Geologi ITB ke seluruh dunia.", harapnya.

Forum diakhiri oleh aspirasi dari Rizal yang menyarankan IAGL ITB, sebagai organisasi yang sudah cukup matang, perlu terus menjaga warna dan arah geraknya pada anggota dan masyarakat.

"Keistimewaan ikatan almamater, seharusnya dapat dimanfaatkan untuk membentuk jaringan-jaringan sumber daya manusia yang potensinya dapat dimanfaatkan untuk kemajuan Indonesia.", ujarnya.

Disamping itu dia meyakini menjaga relevansi organisasi terhadap perkembangan zaman menjadi sangat penting agar IAGL ITB bisa terus sehingga bisa terus berkontribusi untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater Tercinta.

"Namun, jangan pernah lupa bahwa jantung organisasi ini adalah esensi 'rumah untuk pulang' bagi seluruh anggotanya. Semoga IAGL ITB terus jaya jaya jaya!", pesannya. (sof)

690

Related Post