Lima Negara Arab Telah Jatuh ke Pelukan Israel
Jakarta, FNN - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) secara terang-terangan menyatakan keinginannya untuk mendekati Israel. Ia bahkan menyebut Israel sebagai sekutu potensial dalam banyak kepentingan.
Pernyataan ini di sampaikan di depan Presiden Israel Isaac Herzog saat bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Minggu (30/1/2022).
"Kami tidak melihat Israel sebagai musuh, kami melihat mereka sebagai sekutu potensial dengan banyak kepentingan yang dapat kami kejar bersama," kata MBS dalam sebuah wawancara kepada Tha Atlantic.
"Akan tetapi, kami harus menyelesaikan beberapa masalah sebelum mencapai itu," sambungnya. Kendati demikian, MBS tetap menaruh harapan besar terkait konflik Palestina-Israel agar bisa segera diselesaikan.
Sikap MBS itu menambah daftar panjang negara Arab yang jatuh ke pelukan Israel.
Pada tahun 2020 melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Langkah itu menjadikannya negara Arab keempat setelah Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Yordania yang mengakui Israel sejak didirikan pada tahun 1948.
Manuver diplomatik Bahrain menambah kemarahan Palestina yang merasa perjuangannya melawan pendudukan rezim Zionis Israel telah dikhianati.
Palestina sebelumnya juga marah dengan langkah serupa yang lebih dulu dilakukan UEA.
Berikut ulasan singkat empat negara Arab yang telah berada dalam "pelukan" Israel setelah melakukan normalisasi hubungan.
1. Bahrain
Sepertii negara-negara Arab pada umumnya, sebelumnya menolak mengakui Israel sebagai negara. Namun, permusuhan mereka kini mencair, di mana kedua negara sepakat untuk sepenuhnya menormalisasi hubungan yang diumumkan Sabtu (12/9/2020).
"Israel adalah bagian dari warisan seluruh wilayah ini, secara historis. Jadi, orang-orang Yahudi memiliki tempat di antara kita," kata Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa seperti dikutip Reuters. Ancaman umum dari Iran telah memberikan landasan bersama untuk mencairkan hubungan yang dulunya tegang. Kendati demikian, kebijakan politik Bahrain secara tradisional tetap mendukung pembentukan negara Palestina yang merdeka.
1. Uni Emirat Arab
Hubungan Israel-Uni Emirat Arab (UEA) telah dingin selama beberapa dekade, tetapi pada tahun 2010-an, hubungan informal kedua pihak meningkat pesat dan mereka mulai terlibat dalam kerjasama tidak resmi dengan narasi alasan sama-sama menentang program nuklir dan pengaruh regional Iran.
Pada 2015, Israel membuka misi diplomatik resmi di Abu Dhabi. Kemudian pada Agustus lalu, keduanya resmi sepekat menormalkan hubungan dalam kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat (AS). Salah satu perjanjian normalisasi itu adalah Israel harus menghentikan rencananya untuk mencaplok bagian dari Tepi Barat, termasuk Lembah Jordan. Sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh UEA, Israel dan Amerika Serikat mengatakan bahwa ketiga negara telah menyetujui normalisasi penuh hubungan antara Israel dan Uni Emirat Arab.
Upacara penandatanganan normalisasi ini dijadwalkan pada 15 September 2020.
Turki dan Iran sama-sama mengkritik perjanjian tersebut. Turki gencar mengumbar retorika anti-Israel, meski faktanya negara itu juga memulihkan hubungan diplomatik dengan rezim Zionis yang pernah putus setelah insiden kapal Mavi Marmara 31 Mei 2020 yang menewaskan sembilan aktivis penolong rakyat Gaza, Palestina.
Pada 16 Agustus 2020, UEA untuk pertama kalinya membangun sambungan telepon ke Israel dengan membuka blokir panggilan langsung ke kode negara +972 Israel. Penerbangan komersial langsung pertama dari Israel ke UEA adalah penerbangan El Al pada 31 Agustus 2020.
3. Mesir
Mesir dan Israel pernah terlibat Perang Arab-Israel 1948 dan Perang Yom Kippur pada 1973. Keduanya berdamai dengan meneken Perjanjian Perdamaian Mesir-Israel 1979 setahun setelah sebelumnya meneken Perjanjian Camp David yang dimediasi oleh presiden AS Jimmy Carter.
Hubungan diplomatik penuh kedua negara dibangun pada 26 Januari 1980, dan pertukaran duta besar resmi terjadi satu bulan kemudian, pada 26 Februari 1980, di mana Eliyahu Ben-Elissar menjabat sebagai Duta Besar Israel pertama untuk Mesir, dan Saad Mortada sebagai orang Mesir pertama yang menjadi duta besar untuk Israel. Mesir memiliki kedutaan besar di Tel Aviv dan konsulat di Eilat. Israel memiliki kedutaan besar di Kairo dan konsulat di Alexandria. Perbatasan bersama mereka memiliki dua penyeberangan resmi, satu di Taba dan satu di Nitzana. Penyeberangan di Nitzana hanya untuk lalu lintas komersial dan turis. Perbatasan kedua negara juga bertemu di garis pantai Teluk Aqaba di Laut Merah.
4. Yordania
Seperti halnya negara-negara Arab, Yordania pernah bergabung dalam perang melawan Israel pada tahun 1967 yang dikenal sebagai Perang Enam Hari. Namun, hubungan kedua negara terjalin setelah meneken perjanjian damai Israel-Yordania tahun 1994. Perjanjian damai itu secara resmi mengakhiri keadaan perang yang telah ada antara kedua negara sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948. Sejak meneken perjanjian damai itu pula, kedua pihak menjalin hubungan diplomatik. Meski demikian, hubungan antarnegara itu kerap tegang, yang biasanya dipicu masalah konflik di sekitar masjid Al-Aqsa. (ida, kompas, reuters, dan sumber lainnya)