Memandang Politik Indonesia ke Depan

Oleh Ridwan Saidi Budayawan 

PERNYATAAN Presiden Prancis Macron beberapa hari lalu menyadarkan kita bahwa dunia dalam satu komando. Dalam istilah CABE monopolarisme. Secara natural hal ini tak mungkin berlangsung lama karena mekanisme alam bekerja dalam kaidah keseimbangan dan pada fitrahnya.

Monopolarisme akan berlangsung berapa lama? Untuk hidup dan kehidupan diperlukan energi. Dan energi datang dari dialektika. 

Selesai USA mendinginkan hubungannya dengan Iran yang semula suam-suam kuku, bahkan terkadang memanas, tiba-tiba di Iran terjadi gejolak massa besar yang berlangsung in every single day dalam sebulan terakhir. Gejolak ini menewaskan kepala intelijen Iran dalam suatu pembunuhan. Ini bukan soal sederhana.

Pemilihan PM Malaysia yang baru melalui Parliament menemui jalan buntu dan took over by Yang Dipertuan  Agong. Keputusan Agong menunjuk Anuar Ibrahim yang selama ini oleh elit politik Malaysia dijadikan matter of conflict selama lebih dari dua warsa. Agong dengan tajam melihat masa depan Malaysia terlepas dari situasi global.

Myanmar juga menempuh jalan itu walau belanja waktu sangat mahal. Bila Myanmar tak pandai menghitung time budget nasibnya akan sama dengan Somalia di Afro dan Venezuela di Latin America.

Indonesia? Elit politiknya dari kedua sisi mentok. Kecuali Anies Baswedan, belum ada tokoh lain yang dicapreskan secara resmi. Baru olahan media sosial saja. Usaha menghapuskan syarat pencapresan versi UU yang tidak membolehkan orang yang telah menjabat Presiden dua periode untuk dicapreskan, ditolak MK.

Tak pula terlihat indikator solusi ekstra konstitusional. 

Kalau rontoknya rumah-rumah di Cianjur karena gempa lalu direncanakan bikin rumah anti gempa, lalu kalau rontoknya ekonomi karena sistem politik yang tak berlandaskan UUD 45 asli, mau bikin sistem politik anti apa?

Ekobal, eka komando global seperti dimaksudkan Macron, mau bikin apa?  Yang Dipertuan Agung mengambil fungsi parliament karena parliament gagal menjalankan fungsi.

Indonesia tak punya Agong. Proses penyelesaian yang anti thesis seperti Iran, sejauh ini tak terlihat.

Atau keadaan seperti ini enjoyable bagi Ekobal. (RSaidi).

240

Related Post