Mendag Tuding Emak-Emak Timbun Minyak Goreng, Rocky Gerung: Bau Busuk di Kamar Istana, bukan Kamar Emak-Emak
Jakarta, FNN – Ahli filsafat Rocky Gerung menanggapi pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi yang menuding emak-emak menimbun minyak goreng.
Rocky Gerung menyebut tudingan Mendag terhadap emak-emak atas kelangkaan minyak goreng merupakan tudingan yang serius.
Rocky menyarankan seharusnya Mendag mensurvei emak-emak yang disebutnya telah menimbun minyak goreng, mengingat fakta di lapangan menunjukkan banyak emak-emak harus mengantri berjam-jam untuk mendapatkan minyak goreng.
"Ini tuduhan serius, karena Kementerian Perdagangan mestinya dia survei aja di daerah mana emak-emak itu menimbun. Bagaimana mungkin ngantri selama 8 jam dan maksimal dibatasi dua liter lalu menimbun tuh?," kata Rocky Gerung kepada Hersubeno Arief dalam Rocky Gerung Official, Rabu (09/03/2022)
“Kalau dia nimbun, kira-kira dia bisa mengumpulkan 100 liter sehari, tapi cuma 2 litar kok. Tentu saja kalau emak nimbun karena dia menganggap ke depan akan ada kelangkaan. Itu rumus ekonomi biasa saja,” tegasnya.
Lebih lanjut, Rocky Gerung menjelaskan bahwa istilah menimbun merupakan istilah kriminal, karena pada umumnya hal tersebut hanya dilakukan oleh pemain besar atau yang memiliki banyak uang. Termasuk yang mengalihkan potensi sawit untuk jadi minyak goreng dijual jadi CPO ke luar negeri.
Dosen Filsafat Universitas Indonesia itu juga menilai bahwa pernyataan Mendag merupakan pernyataan yang sangat konyol karena sedang panik, bahkan membuatnya sibuk mencari 'bau busuk' di setiap rumah tangga.
Menurutnya, Mendag seharusnya mencari bau busuk yang ada di kamar Istana yang dianggap sebagai pemicu utamanya.
"Konyolnya Departemen Perdagangan, dia jadi panik sendiri lalu dia cari bau busuknya di mana. Jangan cari bau busuk di kamar emak-emak yang busuk ada di kamar Istana tuh," ujar dia.
Rocky Gerung juga menyarankan kepada Mendag untuk bertanya kepada ekonom atau ahli ekonomi mengenai pemicu kelangkaan minyak goreng.
Dia mengatakan bahwa hampir semua ekonom menyimpulkan bahwa kelangkaan minyak goreng dipicu oleh praktik kartel.
Dia berpendapat bahwa kartel tak hanya beroperasi di skala global, namun juga di skala domestik melalui campur tangan Istana yang menyebabkan rakyat tercekik karena naiknya harga bahan pokok termasuk minyak goreng.
“Tanya Faisal Basri, tanya para ekonomi, pengamat dunia bahwa itu adalah hasil kartel, dan kita tahu bahwa kartel itu beroperasi juga di istana, di sekitar menteri perdagangan dan menteri lainnya. Sebetulnay ada upaya di dalam istana yang kita tahu untuk bagi-bagi lebih ketat, dan itu yang menyebabkan kenaikan harga,” paparnya.
Rocky menegaskan bahwa setiap menteri yang bikin kebijakan, para kartel cemas, ke arah mana kebijakan itu. “Maka lalu mereka melakukan penimbunan untuk memeras kebijakan. Itu sebetulnya persoalannya,” katanya.
Bisa jadi, lanjut Rocky, Menteri Perdagangan juga bikin kebijakan supaya para emak dilarang membuat WA grup untuk menanyakan harga minyak goreng. Sama sepetri presiden yang mengintip WAG Emak prajuit. Ini kan konyol.
“Kalau toh ada emak yang mengerahkan anak dan suami untuk antri minyak goreng, paling dapat berapa sih? Yang antri dari pasar satu ke pasar yang lain, pasti tukang gorengan karena untuk jualan. Dia kan musti punya stok selama satu minggu, karena ini pendapatan mereka. Mereka antri untuk kebutuhan dasar mereka. Otaknya Kementerian ini hanya untuk mencurigai rakyat. Kecurigaan itu datang dari kedunguan kebijakan mereka,” katanya.
Rakyat kata Rocky akhirnya mengerti, mungkin mereka di belakang bikin perjanjian untuk naikin harga, untuk menambah anggaran 3 periode, karena dari APBN sudah tidak bisa. Kita akhirnya tahu bahwa pemerintah sedang menyembunyikan sesuatu, “ pungkasnya. (ida, sws)