Menyedihkan Bikin Kebijakan Tanggung-tanggung

Oleh Sugeng Waras - Purnawirawan TNI AD 

Selayaknya pimpinan negara memberikan peringatan atau kebijakan berlaku untuk seluruh rakyatnya, tidak ambigiu, coba coba atau mancing mancing  diair keruh bagi yang lain, atau vulgarnya penyesatan bisa juga  alih perhatian.

Alasan apapun, yang diberikan setelah ada reaksi dari rakyat, dapat diindikasikan coba-coba, cari ramai di tempat sepi dan cari sepi di tempat ramai.

Tampak gagasan tidak orisinil, toh kalau saran tidak dipertimbangkan dengan matang akan berbeda hasilnya.

Buka bersama bukan tanda hiruk pikuk atau hura-hura dan lagi peringatan yang aneh aneh bisa menimbulkan multi tafsir dari yang baik hingga yang  buruk.

Bukan hanya itu, instruksi ini bisa berdampak  menyinggung perasaan  pihak lain atau rakyat keseluruhan khususnya yang beragama Islam.

Terus apa manfaat dan makna yang bisa diambil.

Hidup sederhana?  Kadaluwarsa,  toh korupsi di lembaga dan instansi-instansi negara sudah masif belum terpecahkan secara tuntas.

Bukan itu masalahnya, bahwa setiap kebijakan keluar sebagai hasil kajian dan analisis berdasarkan keadaan yang berlaku, sehingga solusi yang ditempuh bisa secara konkrit memberikan pencerahan, kebaikan, ketenangan dan kemanfaatan bagi orang banyak.

Apalagi jika ditelusur dan jika benar sumber atau awal gagasan dari Pramono Anung, orang akan mengkait-kaitkan siapa Pramono  Anung dan bagaimana sikap dan pandanganya terhadap umat Islam di negeri ini.

Marilah kita coba, banding-bandingkan makna, tujuan dan untung ruginya suatu kebijakan.

Secara sederhana BUKA BERSAMA merupakan wujud konkrit dari implementasi Pancasila khususnya sila ke tiga, tentang persatuan.

Meskipun banyak para pakar dan ahli agama memaknakan puasa seperti apa yang diajarkan dalam agama islam, dan bukan hanya berarti sekadar menahan lapar dan haus sekitar 13 -- 14 jam, mau tidak mau harus diakui bahwa even buka puasa merupakan hal yang dinanti- nantikan dan diharapkan oleh umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa dimana kita merasakan syukur, bahagia karena telah selamat dan berhasil melewati masa masa perjuangan menahan lapar dan haus seiring dengan kegiatan masing-masing.

Lebih dari itu, sebagai rasa pengertian, penghayatan dan kebersamaan telah lepas dari perjuangan yang hebat

Maka rasa kebahagiaan itu ingin dirasakan bersama kluarga, teman, anak buah dan lain sebagainya.

Sudah barang tentu, semuanya terukur, layak dan tidak terlalu berlebihan.

Bahkan ada tertanam rasa senang, bahagia dan kepuasan bersama.

Tujuanya untuk silaturahmi dan berbahagia bersama-sama sebagai rasa syukur atas sudah terlewatnya masa masa ujian dari Alloh swt, Alloh yang Maha Kuasa.

Keuntunganya jelas semakin akrab dan kebersamaan, inilah yang diidamiddamkan setiap orang khususnya dan bangsa Indonesia umumnya.

Jika ini dilarang, meskipun belakangan hanya untuk ASN dan pejabat saja, namun dapat juga diartikan ditujukan kepada rakyat yang beragama Islam.

Bisa juga kebijakan ini diasumsikan sebagai isyarat bahwa niat baik pemerintah hanya ditujukan dan diberikan kepada jajaranya saja, dengan kata lain rakyat dianggap di luar tanggung jawabnya bahkan lawan sainganya keterlaluan.

Maka sebaiknya pemerintah tidak perlu mengeluarkan kebijakan yang tidak signifikan agar tidak menimbulkan situasi yang tidak kondusif di negeri ini.

Seiring dengan suasana bulan Romadhan bulan suci yang berbeda dengan bulan bulan lainya, bulan penuh berkah dan bulan penuh ampunan , marilah kita sama-sama menjaga dan mengawal situasi ini dengan saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain.

MARHABAN YAA MARHABAN...

(Bandung, 26 Maret 2023)

471

Related Post