Mobil Corp Diplomatic Indonesia Dirampas Pemberontak Sudan

(Anak-anak yang direkrut pemberontak Sudan (RSF) untuk melawan pemerintah yang sah. (foto kedubes Sudan Jakarta)

Jakarta, FNN - Satu unit mobil Corp Diplomatik (CD) Indonesia dirampas Pasukan Pendukung Cepat (RSF) yang memberontak terhadap pemerintahan yang sah di Sudan. Selain itu mereka  juga membunuh seorang atase administrasi kedutaan Mesir.

Hal tersebut disampaikan Duta Besar Republik Sudan untuk Indonesia  Dr. Yassir Mohamed Ali Mohamed dalam jumpa pers di kediamannya, kawasan Patra Kuningan Jakarta, Rabu 3/5.

Dalam memberikan keterangan, Yassir didampingi Deputy Head of Mission Sid Ahmed M. Alamain Hamid Alamain.

Yassir juga menjelaskan pemberontak telah enam kali melanggar gencatan senjata kemanusiaan, dan melanggar kedaulatan tempat diplomatik asing. Seperti kedutaan Uni Eropa, India, Indonesia, Malaysia, dan jalur diplomatik milik Kedutaan Besar Amerika Serikat.

“Saya ingin menjelaskan yang terjadi di Sudan adalah pemberontakan oleh RSF. Jadi keliru kalau ada opini dunia yang mengatakan bahwa yang terjadi di Sudan adalah perang saudara,” terang Yassir.

Yassir kemudian menjelaskan kronologi konflik bersenjata  yang terjadi di negaranya itu. Menurutnya, pemberontakan dimulai  Sabtu pagi, 15 April 2023. Dilakukan oleh Pasukan Pendukung Cepat (RSF). Mereka ingin merebut kekuasaan secara paksa dan menyerang sesama rekan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF), di berbagai lokasi di ibu kota, Khartoum, dan kota-kota lainnya.

Sebelumnya RSF dan SAF bersatu dalam menjaga keamanan Negara. Tetapi kemudian muncul ambisi  RSF untuk mengambil alih keamanan secara sepihak.

SAF, berdasarkan tugas konstitusional dan tanggung jawab nasional untuk menjaga keamanan dan stabilitas di negara, tidak memiliki pilihan selain menanggapi serangan tersebut dengan keras.

“Sekarang RSF telah diusir dari markas SAF, dan sekitarnya, dan beberapa lokasi sensitif, yang coba direbut RSF, seperti Istana Republik, Bandara Khartoum dan Perusahaan Penyiaran Radio dan Televisi Nasional. Ironisnya, semua lokasi ini dulunya dijaga bersama oleh pasukan SAF dan RSF,” terang Yassir.

Yassir juga menjelaskan, dalam upayanya merebut kekuasan,  RSF telah mengerahkan lebih dari empat puluh ribu pasukannya di ibu kota, dengan mobil SUV bersenjata lengkap. Mereka juga merekrut dan melatih anak-anak untuk menjadi pasukan pemberontak.  

“Sekarang dipastikan. setelah penghancuran semua sumber dukungan logistik dasar mereka, 85% pasukan mereka menyerah, melarikan diri atau terbunuh,” tambahnya.

Yassir memastikan, RSF, kini kehilangan cengkeramannya di beberapa lokasi, dan saat ini berada di posisi yang sangat terdesak. Akibatnya, mereka cenderung memperburuk situasi kemanusiaan, melalui taktik jahat, dengan menargetkan beberapa fasilitas dasar di ibu kota. Akibatnya 69% rumah sakit tidak berfungsi, dan staf medis dievakuasi secara paksa; pekerja darurat dan ambulans menjadi sasaran.

“19 tenaga medis tewas. 9 di antaranya diculik dan sejumlah apotek dijarah,” terang Yassir.

Dikatakan Yassir, Sudan, dalam perjuangannya melawan pemberontakan ini, telah mendapat dukungan dari Liga Arab, yang mengutuk penyerangan terhadap warga sipil, misi diplomatik dan rumah sakit, dan meminta RSF untuk mengecualikan rumah sakit dari operasi militer. Pada konteks yang sama, Uni Afrika secara samar-samar menggambarkan apa yang terjadi di Sudan adalah masalah internal, dan harus ditangani tanpa intervensi asing; dan semua mediasi dan dukungan kemanusiaan harus dikoordinasikan dengan pemerintah  Sudan. (ph).

585

Related Post