Pemilu 2024 Batal Ditunda, Presiden Jokowi Ditinggal Partai Koalisi

Jakarta, FNN - Wacana penundaan Pemilu 2024 sebagaimana diusulkan sejumlah pimpinan partai politik (parpol) tampak sulit diwujudkan. Berdasarkan dinamika politik terakhir, usulan ini baru didukung oleh Ketua Umum (ketum) PKB Muhaimin Iskandar, Ketum PAN Zulfikli Hasan, dan Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Sementara, partai koalisi lainnya plus Partai Demokrat dan PKS sudah tegas menolak wacana ini.

Perkembangan terakhir, para pengusung wacana penundaan Pemilu mulai balik badan. Wakil Ketua MPR RI Zulkifli Hasan saat melakukan safari kebangsaan dan konsolidasi dengan DPD PAN Kabupaten Purworejo, Sabtu (6/3) enggan menanggapi soal dukungannya terhadap penundaan Pemilu 2024 mendatang.

Sementara Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Muhaimin Iskandar mengatakan penundaan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2024 hanya sebatas usulan. Pemilu sudah ditetapkan jatuh pada 14 Februari 2024.

Sedangkan Partai Golkar malah getol menyiapkan Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto untuk maju dalam Pilpres 2024.

Para pendukung penundaan Pemilu 2024 kini mulai melipir mencari jalan penyelamatan sendiri-sendiri. Terhadap plintat-plintutnya sikap para ketua partai seharis Presiden Jokowi memberi sanksi tegas. Akan tetapi Jokowi justru menampakkan sikap mendua.

“Dia kan bilang, ya sudah saya akan terima, tetapi dia masih berharap ada jalan lain. Sebab satu-satunya jalan untuk membuat presiden tenang adalah cari jaminan bahwa ia tak akan dilengserkan, cari jaminan bahwa pengganti dia akan menjaga dia, cari jaminan bahwa dia punya waktu lagi untuk konsolidasi. Semua jamina itu kelihatannya makin lama makin kurang,” kata Rocky Gerung kepada Hersubeno Arief dari FNN dalam Channel YouTube-nya, Sabtu (6/2).

“Kalau kita hubungkan dengan ucapan presiden bahwa dalam demokrasi apa saja boleh dibahas, lah kalau Emak Emak TNI membahas pemindahan ibu kota, mengapa dilarang,” tegas Rocky.

Rocky menegaskan bahwa sikap Jokowi ini semakin menunjukkan bahwa makin lama presiden makin - apa yang disebut peneliti Australia sebagai Man of the Contradiction. Akan tetapi kontradiksi- kontradiksi ini justru jadi umpan partai-partai yang tadinya masih bisa diatur presiden, tapi justru sekarang partai-partai itu kayak roda gila.

“Akhirnya publik bisa lihat Cak Imin mulai nantang-nantang presiden juga. Golkar sudah mulai kasih sinyal,” paparnya.

Sebetulnya kata Rocky, presiden telah membikin jebakan sendiri. “Lain halnya kalau dari awal dia mengatakan apapun yang terjadi, saya akan hukum partai-partai itu, karena melanggar kesepekatan pertama. Bukan malah bilang demokrasi bebas. Ini artinya dia takut pada ancaman partai-partai itu,” tegasnya.

“Jadi sebetulnya kalau presiden tegas, dia bilang saya presiden, saya sudah utus Menteri Dalam Negeri dan DPR yang artinya adalah partai-partai, dan KPU sebagai lembaga resmi. Kan sudah diputuskan, apa yang kalian mau, kok masih ngoceh-ngoceh. Jadi, teguran itu harus keras, bukan mendua. Silahkan kalau masih ada wacana. Wacana memang tidak ada soal. Ini yang jadi soal adalah soal ketetapan hati presiden, mau menunda atau tidak,” kata Rocky geram.

Dalam istilah psikolog, kata Rocky presiden saat ini tengah mengalami bifurkasi, pikiran yang bercabang.

Lebih jauh Rocky memaparkan bahwa dalam sejarah, presiden tidak mungkin dalam periode kedua - masih berhubungn sepenuhnya dengan para koalisinya.

“Koalisi ini kan orang orang homo economicus yang berpikir mending investasi kecil-kecilan di tempat lain, dari pada bertahan dalam ketidakpastian,” katanya.

Hal semacam itu, kata Rocky, sebetulnya hal biasa. Yang tidak biasa itu presiden menganggap mereka masih bisa diatur. Bisa saja, asal presiden gak punya liability, tapi presiden kan liability-nya banyak, seperti dugaan korupsi yang dilaporkan Ubelihah Badrun, relasi dengan Ibu Megawati yang terus memburuk.

“Jadi partai-partai koalisi ini juga mengintip keretakan dalam psikologi presiden. Mental politisi kita kan seperti itu, mereka cari selamat juga. Di luar mereka mulai melihat, siapa yang potensial menjadi presiden baru. Mulai pelan-pelan menghindar dari tatapan presiden Jokowi,” pungkasnya. (ida)

Simak wawancara lengkapnya di Channel Forum News Network.

282

Related Post