Pulau Daun Bawang
Oleh Ridwan Saidi Budayawan
MEMAHAMI toponim Kepulauan Seribu mestilah via pintu Armenia. Oknum pemda dan arkaeolog DKI awam belaka dengan bahasa ini karena tak kunjung diajarkan kedatangan migran yang besar itu orang Armenia. Anak didik dijejali info bahwa orang India itu di sini sejak IV M tanpa pembuktian.
Pulau Perak artinya tanah pertanian. Pulau Pelemparan artinya daun bawang. Zaman bang Ali diganti pulau Harapan.
Saya menjadi tidak heran dengan banyaknya digunakan toponim Armenia setelah mengamati foto penganten pulau Pelemparan seperti di atas.
Secara administratif Keputusan Seribu masuk Jakarta era Gubernur Ali Sadikin.
Kebudayaan mereka pada dasarnya Betawi. Tapi masih banyak dari mereka yang menyebut diri orang Pulo.
Pulau Kotok artinya dalam Armenia pohon. Kotok Betawi artinya tak melihat. Pulau Macan artinya murni. Bukan tiger.
Kanda: Cintaku macan padamu
Dinda: Oh kanda jangan-jangan dinda takut digeragot macan.
Pulau Pari itu perempuan tua. Pari doyan pari. Perempuan tua doyan ikan pari.
Tapi ada pulau Putri. Lagunya juga ada:
Pulau lah Puteri
Pandanglah tak jemu
Di situlah tempat
Cinta kita bertemu.
Juga ada pulau Bidadari yang bikin arkaeolog yang bertugas menjadi kocak jenaka musicana. Situs pulau Bidadari mereka bilang benteng Portugis. Supaya shahih mereka pasang meriem fitik sebesar sepeda roda tiga balita.
Tanyalah native. Mereka akan jawab, itu Mortelo. Maksudnya telaga orang Moor. Itu bethseba. Bethseba arkaeolog Indonesia diduga tak pernah tau karena mereka belajar di India:
Mehra juta hei Japan
Yeh patlul ka himdustan
Sarpelal topi ruski
Firbidil ke hindustan
Acha arkelogiye. (RSaidi)