Sejak Kolonial, Penguasa Negeri Ini Selalu Membodohi Rakyat

Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih 

ETNOLOG Belanda Profesor Veth pernah mencela rakyat negeri ini seperti “rakyat kambing yang semangat harimaunya sudah dijinakkan sampai ke kutu-kutunya, karena bekerjanya obat tidur penjajahan ...”

Banjir bandang yang terjadi saat ini paralel dengan  kebodohan penguasa di negeri ini. Semua terjadi bukan kecelakaan atau musibah tetapi telah direncanakan dan di ciptakan. Bahkan sebagai investasi bagi mereka yang sengaja agar rakyat bangsa ini tetap bodoh  supaya penjajah gaya baru bisa berjalan tanpa gangguan.

Untuk merawat kebodohan rakyat dan bangsa ini berjalan sangat sistematis ruang publik dijejali dengan kebisingan bercanda, gosip, sibuk dengan stiker, melahap info mainan, malah harus bertanggungjawab   mencari jalan keluar mbantu korban banjir yang mengerikan.

Kebohongan drama politik amatiran melanda masyarakat luas . Publik hanya bisa marah, takut, senang, berisik — tapi jangan sampai kritis, boleh gaduh asal tidak sadar.

Masyarakat digiring dan dibiarkan debat kusir tentang apa saja, perhatikan dialog di media sosial  berlangsung tiap hari hanya omong kosong. Jangan pernah bicara mengkritik substansi tentang kerusakan hutan dan solusinya 

Diciptakan suasana kritik dan pertanyaan sebagai dosa sosial, orang yang bertanya dianggap pembangkang. Orang yang kritis dicap pemberontak. Maka pelan-pelan, masyarakat belajar bahwa berpikir itu risiko, dan patuh itu aman.

Beginilah cara merawat kebodohan, bukan membuat rakyat sadar akan kebodohannya tapi membuat rakyat tetap linglung dan tidak sadar. Bukan menutup mulut mereka, tapi menutup pikiran mereka.  Bukan melarang berbicara, tapi melarang bicara kritis dan rasional. 

Inilah sistem yang berjalan mulus,  rakyat di korbankan,  banjir bandang telah membawa korban sangat memilukan . Selama rakyat tidak mau melawan struktur penyebab terjadinya banjir — maka struktur itu akan tetap berdiri kokoh.

Gembok atau kunci penyebab banjir yang melibatkan pejabat negara yang memberi ijin pembalakan hutan dengan liar ditutup rapat-rapat dan dijaga dengan ketat jangan sampai ada kekuatan yang bisa membuka gembok tersebut.

Rakyat tidak berdaya hanya bisa berdoa, terpaksa hanya bisa memohon Tuhan untuk bertindak, atas semua penderitaan yang menimpanya.

Penguasa tidak becus menjaga sumber daya alam dan hutan terjadilah banjir bandang, rakyat yang jadi korban dan dikorbankan, lho rakyat yang harus bertanggung.

Ini akibat para pemangku kekuasaan yang hanya berpijak pada Visi dan Misi kosong tetap menutup mata dan membisu pura pura tidak menyadari negara sudah sempoyongan  tanpa bentuk dan negara berjalan tanpa arah setelah UUD 45 di kudeta diganti dengan UUD NRI 2002. (*).

19

Related Post