Rektor ITK Balikpapan Rasis Merangkap “Buzzer”?

Hersubeno Point.

Jakarta, FNN – Status Rektor Institut Teknologi Kalimatan (ITK) Profesor Budi Santosa Purwokartiko yang kontroversial (April 27 at 6:18 AM) mengundang banyak komentar netizen. Berikut petikannya:

Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa.

Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8, dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5, bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan, dan asisten lab atau asisten dosen.

Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagaianya.

Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek.

Dari 14, ada dua tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar open mind. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju, seperti Korea, Eropa Barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi.

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof Aidul Fitriciada langsung menyebut tulisan Budi Santosa yang menyebut mahasiswi menutup kepala ala manusia gurun itu rasialis.

“Rasialis dan xenofobia. Jelas-jelas anti Pancasila,” kata Aidul Fitriciada dalam akun Twitter-nya @AidulFa, Jumat (29/4/2022).

Aidul mengatakan itu mengomentari akun Twitter @maspiyuaja: Kok Bisa Ya Seorang Prof. Budi Santosa Purwokartiko Kayak Gini? Pakaian Muslimah “Menutup Kepala Ala Manusia Gurun”???

Sebelumnya, warganet juga menemukan jejak digital tulisan Budi Santoso yang diduga membenci Habib Rizieq Syihab (HRS).

Mengutip Knews.id, Senin (01/05/2022 6:01 PM), Budi Santoso juga membuat pernyataan kontroversi terkait kitab suci.

“Kitab suci kebanyakan isinya dongeng jaman dulu. Jadi saya lebih suka baca sains atau berita terkini untuk menambah wawasan,” kata Budi Santoso saat diskusi di Facebook-nya menanggapi Anita Niawati.

Budi juga mempertanyakan orang yang mengaji Al Qur’an tetapi tidak tahu artinya. “Nggak tahu saya apa bagusnya ngaji tanpa tahu artinya,” ungkap Budi Santosa. Kini, tulisan kontroversi “manusia gurun” itu dihapus.

Kok bisa seorang guru besar rektor perguruan tinggi negeri cara berpikirnya seperti itu, tidak hanya rasialis, tapi Islamofobia itu juga anti demokrasi,” ujar wartawan senior FNN Hersubeno Arief dalam kanal Hersubeno Arief Point, Ahad (1/5/2022.

Menurut Hersubeno Arief, dengan mengatakan anak-anak itu pinter dan tidak satupun yang hobi demo secara tidak langsung dia menyebut mahasiswa yang demo itu adalah mahasiswa yang bodoh.

“Itu bahaya sekali ada rektor seperti ini. Sehingga, ini wajar bila unggahan seperti itu membuat Rektor UMM Prof Aidul Fitriciada geleng-geleng kepala, dia menyebutnya sebagai rasis dan senofobia merasa diri paling Pancasialis dan paling nasionalis,” lanjut Hersubeno Arief. 

Prof Aidul Fitriciada benar! Unggahan semacam itu tidak pantas diucapkan oleh seorang guru besar, apalagi rektor perguruan tinggi negeri. Caranya dia berpikir sekelas Buzzer.

“Kalian masih ingat yah kemarin ada buzzer yang mengancam mantan politisi PSI Rahmani tak lama setelah dia keluar dari PSI. Dia akan mengirim seluruh keturunan Arab ke kamar gas seperti yang dilakukan oleh Nazi, Jerman pada orang Yahudi itu kalau dia berkuasa,” ungkap Hersubeno Arief.

Saat Ade Armando dipukuli di DPR, dia membuat tulisan “Ade Armando dan kewarasan berpikir”. Dalam tulisannya itu dia mengutip dialog dengan sang istri karena istrinya ditanya oleh anaknya Siapa Ade Armando?

“Bagaimana mungkin kadrun dipukuli oleh kadrun, dia merasa kesal dengan istrinya karena menurut dia sudah berapa kali memutar video Ade Armando dan istrinya ikut nonton tapi kok tetap tidak tahu siapa Ade Armando,” lanjut Hersubeno Arief.

Kemudian, menurutnya, dia juga tidak percaya akhirat tapi dia meminta orang membuktikan dulu berangkat dulu mati dulu baru tahu kehidupan di akhirat. 

“Membaca beberapa postingan pemikirannya, kita jadi tidak aneh kalau dia bisa dengan mudah menilai seseorang dari apa yang dikenakan dan apa yang diucapkan,” simpul Hersubeno Arief. 

“Yang aneh lagi, kok bisa ada seorang profesor guru besar apalagi kemudian terpilih sebagai rektor perguruan tinggi negeri tapi cara pandangnya seperti itu,” lanjutnya.

Ini kan sudah ada pembandingnya ada seorang profesor dari UGM yang harus disidang etik dan kemudian dilaporkan ke polisi karena dianggap meledek Ade Armando.

Bagaimana dengan Prof. Budi Santosa yang menyebut mereka yang berhijab sebagai manusia gurun dan menyebut orang Islam memakan batu. Dan arah sembahyangnya ini yang dimaksud dia adalah arah ka’bah karena ka’bah itu memang terbuat dari batu. 

Banyak sekali pendukung pemerintah yang merasa paling Nasionalis, paling Pancasialis kemudian memberikan stigma-stigma yang menyebut agama Islam ini sebagai kadrun, intoleran, dan radikal. (mth)

457

Related Post