Rocky Gerung, PSI Partai Yang Didesain untuk Anti-Islam

Jakarta, FNN – Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesa berkemah di Ibukota Negara, Paser Penajam, Kalimantan Timur mengikuti jejak Presiden Joko Widodo.

Menanggapi tingkah polah ketua umum PSI, pengamat politik Rocky Gerung malah tertawa. “Orang-orang yang sejenis akan saling menyukai. Jadi, ini jenis IQ-nya sama, jenis kapasitasnya sama, dan jenis hobinya sama,” katanya kepada wartawan FNN Hersubeno Arief dalam kanal Rocky Gerung Official, Jumat 25 Maret 2022.

Rocky menyayangkan anak-anak muda sekarang lebih suka ambil jalan pintas. “Kalau kita membayangkan ada generasi baru, generasi muda yang berkumpul dalam sebuah partai yang menjanjikan diri untuk progresif, sekarang malah jadi regresif menjadi partai konservatif juga. Karena menganggap satu-satunya kepentingan dia adalah mem-back up kekuasaan. Partai anak muda mustinya berseberangan dengan kekuasaan. Jadi, kalau cara pakai baju sama, kostumnya sama, ya otaknya sama juga,” tegasnya.

Apa yang dipertontonkan Ketua Umum PSI dengan mengatakan akan menjaga IKN dari kaum intoleran, Rocky menegaskan bahwa hal itu sama seperti anak PAUD yang mau mengajari profesor-profesor fisika tentang theory of everything.

Itu semacam headlines yang diperlukan oleh PSI. Jadi, anggap saja itu sebagai upaya kampanye. Nggak ada soal juga. Yang menjadi soal adalah cara memilih gimik, cara memilih gestur politik yang mungkin bagi kalangan tertentu penting bahwa ini menunjukkan bahwa Jokowi masih punya pendukung,” paparnya.

Rocky menyatakan PSI sudah tepat melakukan ritus di situ, sekaligus dia panggil juga seluruh DPD-nya untuk membawa tanah dan air ke situ. “PSI ini partai yang mau disebut ada ya nggak, ada juga. Ini kan Jokowi-Jokowi kecil yang isunya hanya tentang anti-Islam. Partai yang didesain untuk anti Islam atau Partai Sinis Islam,” katanya.

Jargon-jargon yang dikampanyekan PSI antara lain anti-Perda Syariah, menurut Rocky hal itu paralel dengan kondisi sekarang yang disebut dengan dukungan massal dan kebulatan tekad.

“Simbol-simbolnya semacam Islamofobia kecil. PSI didesain untuk itu. PSI gagal menunjukkan bahwa dia partai masa depan. Harusnya tidak ada simbol-simbol sara dan feodalisme. Sejumlah kedunguan juga ada di situ,” paparnya.

Rocky berharap ada satu fasilitas politik yang memelihara pluralisme, bukan menebarkan islamofobia. Dalam konstitusi, seluruh aliran dihidupkan, bukan diperdebatkan, diolok-olok.

“Pikiran Islam tumbuh dengan bagus. Pikiran mahasiswa juga tumbuh dengan bagus di situ. Liberalisme juga tumbuh. Tapi semua diolah dengan pikiran yang metodologis. Prinsipnya negara ini negara majemuk, jadi tidak boleh ada satu orang pun yang menghina agama lain, menebarkan semacam fobi,” pungkasnya. (ida, sws)

1192

Related Post