Sepak Bola atau Sepak Suara?
Oleh Rizal Fadillah - Pemerhati Politik dan Kebangsaan
PSSI akan memilih Ketum baru. Masa jabatan Iwan Bule selesai tahun 2023 ini. Ia meninggalkan bau bangkai yang menyengat. Seratus lebih penonton sepakbola di stadion Kanjuruhan Malang tewas akibat gas air mata yang ditembakkan berlebihan oleh aparat Kepolisian. Pak Polisi Iwan Bule kepentung Polisi lagi. Akhir yang buruk.
Kongres Luar Biasa akan digelar 16 Februari 2023. Di antara lima kandidat Ketum dua yang diprediksi bersaing yaitu Erick Thohir Menteri BUMN dan AA La Nyala Mattalitti Ketua DPD. Nama lain seperti Doni Setiabudi, Arif Putra Wicaksono dan Fary Djami Francis nampaknya hanya meramaikan saja.
Erick Thohir mengklaim didukung 60 voters dari 87 voters. Sementara LaNyalla "merendah" dengan menyatakan didukung PSSI Jatim dan Lamongan. Meskipun demikian Ketua Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia (ISORI) Prof Syahrial Bakhtiar mengimbau voters untuk memilih LaNyalla sebagai Ketum PSSI periode 2023-2027. LaNyalla dinilai lugas, tegas dan berpengalaman.
Di atas kertas Erick Thohir bakal menang, walau orang sering katakan bola itu bundar. Erick direstui Jokowi dan didukung Kaesang. BUMN ada dalam kendalinya artinya kuat kontribusi "moral" nya. Semangat ingin membersihkan PSSI diuji dengan bersihnya berkompetisi menuju Ketum. Jika uang berhamburan maka omong kosong pemberantasan korupsi.
Pengamat Sepakbola Sigit Nugroho menyatakan bahwa Kongres PSSI sarat dengan politik uang. Satu suara bernilai puluhan juta. Menurutnya pembelian suara dalam KLB PSSI sudah biasa dan sudah menjadi rahasia umum. Ia menyindir dan memancing KPK untuk masuk.
Pandangan Sigit ini mengindikasi bahwa semakin profesional sepak bola semakin "profesional" juga pemilihan Ketum PSSI dan jajarannya. Sepakbola menjadi sepak suara.
Sepak bola yang berubah menjadi sepak suara memastikan prestasi jeblok. Daripada sibuk olah bola agar mahir dan hebat lebih baik sibuk otak atik cuan yang bisa digolkan ke kantong sendiri. Hatrick lagi.
Spektrum jauhnya adalah bahwa sepakbola semakin lekat dengan perjudian.
Dari ruang uang bergeser ke ruang politik. Ketum PSSI adalah batu loncatan untuk mendapatkan suara dukungan politik. Erick Thohir bukan hanya dilihat sebagai mantan Presiden Milan tetapi figur yang sedang mengotak atik suara menuju Presiden Indonesia, sekurang-kurangnya Wapres. Ada baliho, iklan ATM, medsos dan lainnya. Termasuk ikut organisasi ini dan itu.
Kini satu jabatan "politik" lagi yang ingin direbut Erick yaitu Ketum PSSI. Sebagai bekal sekaligus taktik dalam menyepak dan menyundul suara. Untuk mem-back up kepentingan oligarki yang ingin mempertahankan kejuaraan. Siap mengatur permainan hanya dua babak dan siap pula bermain untuk perpanjangan waktu. Tiga periode.
Fair play menjadi tidak penting yang pasti harus menjadi juara meskipun dengan permainan curang. Untuk ini wasit harus ikut main. Biaya tidak jadi masalah karena bandar sudah sangat siap siaga.
Erick Thohir akan membersihkan korupsi PSSI ? Ah, omong kosong. BUMN yang diamanahi kementriannya saja bobol dan tidak ada yang maju. Boros dan sarang korupsi. Ajang bagi permainan politik.
PSSI harus dipimpin oleh orang yang jujur, kompeten dan betul-betul yang ingin memajukan persepakbolaan. Bukan figur-figur yang menjadikan PSSI sebagai batu loncatan untuk bisnis dan politik.
Bila demikian maka penjahat telah mengubah PSSI dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia menjadi Persatuan Sepak Suara Indonesia.
PSSI menjadi alat bisnis dan politik. Bahkan menjadi Partai Sepakbola Seluruh Indonesia. Pengusung Calon Presiden.
Luar biasa Erick Thohir setelah sukses membantai BUMN kini bola juga akan dimakan dan ditelan mentah-mentah. Rakus sekali.
Bandung, 24 Januari 2023