HARGAI KEPUTUSAN PSSI, Selamat Bekerja Coach Patrick
Oleh Sabpri Piliang | Wartawan Senior
"Setiap malam sebelum tidur. Aku akan mengecup pasanganku". Itu wujud rasa cinta! Timnas Indonesia adalah milik rakyat Indonesia.
Rakyat mencintainya. Rakyat akan mengecupnya! Tak ada kultus individu! Yang terbersit, bagaimana Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia 2026 (AS-Kanada-Meksiko). Titik!
Ini bukan soal Shin Tae Yong (STY). Bukan soal Patrick Kluivert. Juga bukan soal Erick Thohir. "I don't care about popularity", suatu ketika polemik penggantian STY membuncah. Erick bereaksi!
Mengikat perilaku 11 pemain yang diinginkan PSSI, adalah struktur dasar. Itu adalah fondasi utuh, "beton bertulang" yang akan sulit menatanya kembali.
Seandainya "approach" yang tersedia, membuat para pemain tak nyaman. Mungkin hasil 1-2 Indonesia versus China di "matchday" ke-4 lalu, akan berbeda. Ini adalah "case study".
Tidak mungkin Indonesia kalah lawan China (di Qingdao Youth Football Stadium)! Trend positif di "matchday" ke-3 versus Bahrain (meski wasit Al-Kaf curang), ditambah bagusnya permainan Jay Idzes dkk. Mestinya Indonesia menang!
Shin Tae Yong, telah "mencuri hati" masyarakat Indonesia. Sebuah fakta. Sejuta harapan, dimanifestasikan publik kepada mantan pelatih "World Cup" Timnas Korea Selatan (2018) ini. Shin Tae Yong tak diharap pergi secepat ini. "Pesta" belum usai, mengapa harus berpisah!
Sebuah negeri yang "gila bola" dan pelatihnya dicintai. Publik haus kebanggaan, meski cuma sejumput. STY telah membangkitkan harapan "mustahil", dengan ketatnya persaingan poin di Group C.
Polemik penggantian Shin Tae Yong kepada mantan bintang: Belanda, Ajax Amsterdam, dan Barcelona (Patrick Kluivert), membuat sengit pertengkaran di media sosial. Publik terkejut, dan terkesima. STY tak diharap pergi.
Meski "kekayaan" prestasi STY belum megah. Namun, tangga yang didaki telah manampakkan fenomena "suggestion impulse buying". Bukan sekadar membeli produk (pelatih), bukan sekadar "membeli" STY.
Lebih dari itu, prestasi Shin Tae Yong telah "tersaji" baik di depan mata. Lolos ke Piala Asia hampir di semua kelompok usia, maju ke putaran tiga Pra-Piala Dunia, dan rangking tiga klasemen sementara Group C. Itu yang membuat publik 'kepincut'. Shin Tae Yong "reputable".
Pilihan PSSI mengganti Shin Tae Yong, tentu ada alasan. Tidak secara eksplisit dikemukakan. Namun narasi ada persoalan komunikasi, melahirkan praduga implisit. Terdapat masalah antara Shin Tae Yong dengan pemain.
Saya yakin, Ketua Umum PSSI Erick Thohir dihadapkan pada soal pelik. Kehilangan pemain, atau kehilangan Shin Tae Yong?
Kehilangan pemain, ekuivalen dengan kehilangan asa lolos ke Piala Dunia. Sementara kehilangan Shin Tae Yong, lebih bisa disederhanakan. Bisa cepat dicari pengganti, tanpa perlu proses dokumen dan sumpah.
Sejatinya, hingga diambil keputusan cepat. Erick Thohir pasti sudah mendapat masukan. Ada persoalan antara pemain-STY. Tak ada tanda-tanda STY akan diganti. Inilah yang membuat publik "shock", dan bereaksi keras.
Ketua Umum PSSI dikejar "deadline". "Deadline" untuk memastikan: Mees Hilgers, Kevin Diks, Eliano Reijnders, Elkan Baggott. Bahkan: Jairo Riedewald dan Elo Romeny, untuk bisa dan mau bermain 20 Maret versus Australia, dan 25 Maret melawan Bahrain.
PSSI tentu ingin kesempatan bermain di Piala Dunia, terbuka lebar. Dimotori sebagian besar pemain keturunan, sang Ketua Umum ingin memastikan. Semua pemain diaspora, tak ada lagi yang beralasan cedera, atau karena "mal-komunikasi" dengan pelatih.
Hari ini dijadwalkan, Patrick Kluivert, Alex Pastoor, dan Denny Landzaat akan tiba di Indonesia. Sehari kemudian, besok (Minggu) mereka akan diperkenalkan pada publik sebagai pelatih Timnas Indonesia yang baru.
"Teluk budi, pangkal akal". Langkah yang dilakukan Ketua Umum PSSI, terlepas dari apa pun sudah tepat. Tak ada kultus individu, kepentingan bangsa di atas segalanya.
Hargai keputusan PSSI. Apa yang dilakukan, tentu sudah Arif dan bijaksana. Selamat bekerja "Coach" Patrick Kluivert! (***).