Soal Pertahanan: Ubah System atau Orientasi?
Oleh Ridwan Saidi Budayawan
BEBERAPA hari lalu seorang tokoh partai berkata karena perubahan politik global kita harus mengubah sistem pertahanan kita. Pernyataan ini langsung diresponi Istana.
Panglima TNI Jend Andika usai pertemuan di Istana 3/10/2022 berkata dengan tenang kepada pers bahwa TNI akan bekerja dengan apa yang ada pada TNI.
Kemungkinan besar TNI sudah mengantisipasi perubahan global ini.. bukan sekedar paham. Tentu beda dengan mereka yang mendadak paham. Mirip mendadak dangdut.
Perubahan global terasa kuat bahwa Rusia sejak dua bulan lalu ternyata gagal mengintervensi Ukraine . Dan China juga makin tampak ragu menginvasi Taiwan. Malah Jin Ping sudah sekitar 10 Hari tak tampak.
Perubahan yang diendus mereka yang lagi berkuasa itu makin kuatnya Amerikka. Indonesiia di era Jokowi malah akrabnya dengan China.
Kalau mau, revisi politik luar negeri (polugrii) agar tak nampak kali kedekatan kita dengan China. Mestinya ini yang diubah bukan system tapi orientasi Indonesiia di era Jokowii malah akrab dengan China.
Tempat Indonesia tidak bagus-bagus amat di konstelasi global, apalagi setelah tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 182 orang. Ini melukai rasa kemanusiaan sejagat. Di setiap stadion bola di seluruh permukaan bumi mesti dijembreng spanduk yang cerminkan rasa kecewa kepada Indonesia.
Imej Indonesia jatuh di mata dunia. Nilai rupiah jatuh di pasar uang. Tokoh resmi itu mesti insyaf bahwa bukan masanya lagi untuk jual tampang.
Apa yang didapat penguasa dengan serangkaian pameran kekuasaan mulai dari KM 50 hingga Kanjuruhan?
Jatuhnya nama Indonesia, dan saya tidak yakin kejatuhan ini dapat ditolong dengan tindak copras capres. C atau core copras capres jual tampang. Tampang tampang.
(RSaidi)