Vaya Con Dios
Oleh Ridwan Saidi - Budayawan
Prabowo terkait capres: Kalau bisa yang pengalaman, tidak harus saya (Derik.com)
Megawati membuat pernyataan yang merangsang nieuwsgierig, rasa ingin tahu. Megawati khawatirkan kondisi RI, "kalau aku sudah 'ndak ada, piye yo", katanya. (Detik.com)
Sebait lyric lagu Melayu Sekedar Bertanya nyanyian Babay Suhaeni tahun 1970-an membantu kita memahami motif pernyataan kedua tokoh di atas:
Wajahmu dulu berseri-seri
Senyummu sungguh manis sekali
Pandangan matamu bercahaya
Tetapi kini jauh berbeda.
Pernyataan Prabowo mengesankan reluctancy terhadap pencapresan. Jokowi menggunakan istilah ojo kesusu ketika di Jateng Projo bersemangat untuk mencapresi Ganjar. Megawati sudah lama tak menyebut akronim capres.
Capres jadwalnya tetap, tapi kutipan sikap-sikap di atas tidak terhubung dengan realisasi jadwal. Juga SBY tak bicara capres, AHY tidak melakukan lobbies seperti Ketua PAN atau Nasdem. Semangat bercapres ria berkobar pada capres-capres non-partai. Bagaikan api nan tak kunjung padam laiknya, mengutip Sutan Takdir Alisyahbana.
Sidang-sidang kabinet lama tak tersiar. Untuk soal-soal teknis Presiden cuma kordinasi dengan Menko Luhut.
Content jadwal Jokowi lebih pada kunjungan ke pasar-pasar.
Nada sendu membayang dalam tampilan pembesar. Di wajahmu tak lagi kulihat bulan.
The lady who knew too much, itulah latar ucapan Megawati yang dikutip di atas. Ia dikenal akrab dengan Presiden Korea Utara Kim Jo Il dan penerusnya sekarang, tapi berhadir di pelantikan Presiden Korsel, dan bicara empat mata sesudah itu. Korsel dekat dengan USA semua orang tahu. Megawati dengan Presiden Korsel bila bicara tentang Ukraine atau China, dalam term ilmu fiqih dikatakan mustahil pada akal, karena tidak proporsional. Yang dibahas tentu Indonesia. Itu tercermin dari kata-kata Mega, gimana kalau saya sudah 'ndak ada. Facta: Mega mitra wicara.
Vaya con dios mi vida
Vaya con dios lu sudah
(RSaidi)